Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaidah Ke-1 [Ucapkan Yang Baik Kepada Orang Lain]

Selasa, 24 Agustus 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-1


æóÞõæáõæÇ áöáäøóÇÓö ÍõÓúäðÇ


“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah: 83)

Manusia itu madani (modern) secara alami sebagaimana dikatakan (oleh orang-orang). Dan banyaknya interaksi sehari-harinya mengharuskannya bersinggungan dengan sekelompok manusia yang berbeda pemahaman dan akhlak, mendengar yang baik dan yang lainnya, dan melihat apa yang bisa berpengaruh pada dirinya, maka kaidah ini datang untuk mengatur interaksinya (dengan orang lain) dari sisi kata-kata (yang dipergunakan).

Ia adalah kaidah yang sering disebut dalam al-Qur’an di lebih dari satu tempat, baik secara tersurat maupun tersirat:

Di antara tempatnya (dalam al-Qur’an) yang kurang lebih sesuai dengan lafazh ini adalah Firman Allah:


æóÞõáú áöÚöÈóÇÏöí íóÞõæáõæÇ ÇáøóÊöí åöíó ÃóÍúÓóäõ


"Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)'." (Al-Isra’: 53).

Para ulama-ÑóÍöãóåõãõ Çááåõ-berkata, "Ucapan yang baik itu meliputi : baik dalam lafazhnya, dan baik dalam maknanya, maka lafazhnya harus lembut, halus, tidak kaku, dan tidak keras, serta maknanya juga harus baik, karena setiap ucapan yang bagus adalah baik, dan setiap ucapan yang baik adalah bagus." (Lihat Tafsir al-Utsaimin, 3/196.).

Kita sangat membutuhkan kaidah ini, khususnya karena kita dalam hidup ini sering berinteraksi dengan kelompok-kelompok manusia yang berbeda. Di antara mereka ada yang Muslim dan ada juga yang kafir, ada yang shalih dan ada juga yang durjana, ada yang masih kecil dan ada juga yang dewasa, bahkan kita membutuhkannya untuk berinteraksi dengan orang-orang yang paling dekat dengan kita, yakni kedua orangtua, suami, istri, anak, bahkan kita juga membutuhkannya untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berada di bawah kekuasaan kita, seperti pembantu dan orang-orang yang semakna dengannya.

Bentuk-bentuk Realisasi Kaidah Ini, Antara Lain:

Anda –wahai orang Mukmin– jika membuka-buka al-Qur`an, Anda akan menemukan banyak keadaan di mana al-Qur`an menyebutkannya sebagai realisasi praktis untuk kaidah ini, misalnya:
(1). Renungkanlah Firman Allah ta’ala tentang kedua orangtua,


æóáóÇ ÊóäúåóÑúåõãóÇ æóÞõáú áóåõãóÇ ÞóæúáðÇ ßóÑöíãðÇ


"Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Al-Isra’: 23).

Ia adalah perintah untuk tidak membentak, dan ia mengandung perintah kepada kebalikannya, yaitu perintah untuk berkata mulia, yang tidak ada kekasaran padanya.

(2).Demikian juga yang berkaitan dengan apa-apa yang khusus dalam berbicara kepada orang yang meminta-minta lagi membutuhkan,


æóÃóãøóÇ ÇáÓøóÇÆöáó ÝóáóÇ ÊóäúåóÑ


"Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya." (Adh-Dhuha: 10).

Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa ia berlaku umum untuk setiap orang yang meminta, baik ia meminta harta maupun ilmu. Sebagian ulama berkata, "Yakni, berbuat baiklah kepadanya dengan (memberikan) sesuatu, atau tolaklah ia dengan ucapan yang baik." (Tafsir al-Alusi, 23/15)

(3).Dan di antara realisasi praktis terhadap kaidah al-Qur`an yang satu ini, adalah apa yang dengannya Allah memuji hamba-hamba ar-Rahman dalam FirmanNya,


æóÅöÐóÇ ÎóÇØóÈóåõãõ ÇáúÌóÇåöáõæäó ÞóÇáõæÇ ÓóáóÇãðÇ



"Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (Al-Furqan: 63).

Ibnu Jarir-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata ketika menjelaskan makna ayat ini, "Dan apabila orang-orang yang jahil tentang Allah menyapa mereka dengan ucapan yang tidak mereka sukai, mereka menjawabnya dengan perkataan yang baik dan omongan yang lurus."(Tafsir ath-Thabari,, 19/295)

Mereka mengucapkan hal itu bukan karena mereka lemah, tapi karena keluhuran mereka, bukan pula karena mereka tidak mampu, tapi karena ketinggian mereka dan untuk menjaga waktu dan tenaga agar tidak terbuang untuk hal-hal yang tidak layak dilakukan oleh orang yang mulia, di mana ia disibukkan dari pertengkaran dengan hal yang lebih penting, lebih mulia, dan lebih luhur. Lihat azh-Zhilal, 5/330.

Di antara hal yang sangat disayangkan, adalah bahwasanya manusia melihat banyaknya pelanggaran terhadap kaidah ini di tengah umat yang mengikuti al-Qur`an, dan hal itu (terlihat) dalam banyak hal, di antaranya:

1.Anda lihat para misionaris Kristen sangat antusias dalam menjalankan kaidah ini; karena ingin menarik orang-orang ke dalam agama mereka yang telah dimansukh dengan Islam; maka bukankah orang-orang Islam lebih berhak mengaplikasikan kaidah ini, untuk menarik seluruh manusia ke dalam Agama yang agung ini, yang telah Allah ridhai bagi hamba-hambaNya?!
2.Dalam interaksi dengan kedua orangtua.
3.Dalam interaksi suami-istri.
4.Dengan anak-anak.
5.Dengan para pegawai dan pembantu.

Dan ayat (dalam Surat) al-Isra’ berikut telah mengingatkan akan bahaya dari meninggalkan kaidah ini, Allah ta’ala berfirman,


Åöäøó ÇáÔøóíúØóÇäó íóäúÒóÛõ Èóíúäóåõãú


"Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka." (Al-Isra’: 53).

Dan bagi orang yang diuji dengan mendengar sesuatu yang ia benci, hendaklah ia berusaha menahan gangguan orang yang dia dengarkan tersebut, berbicara yang baik, membalas tindakan bodoh dengan kesantunan, dan (membalas) ucapan yang kotor dengan ucapan yang baik. Jika tidak demikian, maka tindakan bodoh dan membalas dengan ucapan yang kotor akan dipandang baik oleh setiap orang.

Imam Malik –ÑóÍöãóåõ Çááåõ-pernah berfatwa terhadap seorang penyair dengan apa yang tidak dia setujui, maka orang itu berkata, "Wahai Abu Abdillah (Imam Malik), apakah Anda mengira bahwa gubernur tidak mengetahui putusan yang telah Anda putuskan ini?"
Beliau menjawab, "Tentu."
Dia berkata, "Kami mengutus utusan kepada Anda adalah agar Anda mendamaikan kami, tapi tidak Anda lakukan, demi Allah, aku akan memutuskan agar Anda dicambuk sebagai penghinaan untuk Anda!"
Maka Imam Malik–ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata kepadanya, "Kamu menyifati dirimu sendiri dengan kebodohan dan kerendahan! Ia adalah dua sifat yang mana siapa pun tidak merasa lemah dari keduanya, maka jika kamu mampu mendatangkan putusan yang mana leher-leher tidak perlu terputus karenanya, maka lakukanlah, (ia adalah) kedermawanan dan kebaikan pribadi!" Lihat Tartib al-Madarik, 1/59.


Dinukil dari:
"50 Prinsip Pokok Ajaran Al-Qur'an"
Ditulis Oleh: Dr. Umar Bin Abdullah Al-Muqbil
Diposting oleh: Ricky Adhitia


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=346