Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Merenungi Kehidupan Yang Sesungguhnya

Jumat, 05 Juli 19

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


æóãóÇ åóÐöåö ÇáúÍóíóÇÉõ ÇáÏøõäúíóÇ ÅöáøóÇ áóåúæñ æóáóÚöÈñ æóÅöäøó ÇáÏøóÇÑó ÇáúÂÎöÑóÉó áóåöíó ÇáúÍóíóæóÇäõ áóæú ßóÇäõæÇ íóÚúáóãõæäó


“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 64).

Penjelasan ayat

Manusia hidup di dunia hanya sekali, di dalamnya manusia diwajibkan untuk menghambakan diri kepada Rabb-nya dengan sebaik-baiknya, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dunia adalah tempat hidup yang penuh dengan ujian, di dalamnya penuh dengan cobaan, karena dunia adalah kehidupan yang menipu.

Maka manusia hidup harus mengetahui hakikat kehidupan yang sebenarnya, agar tidak tertipu dengan hiasannya dan tidak menjadi orang yang merugi dunia dan akhirat. Pada ayat yang singkat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada kita tentang hakikat kedua kehidupan, yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Hakikat kehidupan dunia

Kehidupan dunia adalah kehidupan sendau gurau dan main-main. Syaikh as-Sa’di berkata menjelaskan hakikat dunia, “Ini adalah hakikat kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, adapun hakikat kehidupan dunia adalah sendau gurau dan main-main belaka, maka seorang hamba akan selalu main-main dengan hartanya, anak-anaknya, perhiasannya, kenikmatannya berupa wanita, makanan, minuman, tempat tinggal, tempat duduk, pemandangan yang indah dan kekuasaannya.

Dan bermain-main dengan amalan-amalan yang tidak ada manfaatnya, bahkan ia selalu berada diantara pengangguran, kelalaian dan kemaksiatan, hingga dunianya menjadi sempurna dan kemudian datanglah ajalnya.” (Tafsir as-Sa’di, hal. 790).

Dan tentang hakikat dunia juga dijelaskan dalam ayat yang lain yaitu firman-Nya:


ÇÚúáóãõæÇ ÃóäøóãóÇ ÇáúÍóíóÇÉõ ÇáÏøõäúíóÇ áóÚöÈñ æóáóåúæñ æóÒöíäóÉñ æóÊóÝóÇÎõÑñ Èóíúäóßõãú æóÊóßóÇËõÑñ Ýöí ÇáúÃóãúæóÇáö æóÇáúÃóæúáóÇÏö


“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.” (QS. Al-Hadid: 20).

Perumpamaan kehidupan dunia

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


ßóãóËóáö ÛóíúËò ÃóÚúÌóÈó ÇáúßõÝøóÇÑó äóÈóÇÊõåõ Ëõãøó íóåöíÌõ ÝóÊóÑóÇåõ ãõÕúÝóÑøðÇ Ëõãøó íóßõæäõ ÍõØóÇãðÇ


“Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.” (QS. Al-Hadid: 20).

Hukuman bagi orang yang terpedaya dengan kehidupan dunia

Orang yang tertipu dengan dunia akan dilupakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat dan tidak ditolong oleh-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


ÇáøóÐöíäó ÇÊøóÎóÐõæÇ Ïöíäóåõãú áóåúæðÇ æóáóÚöÈðÇ æóÛóÑøóÊúåõãõ ÇáúÍóíóÇÉõ ÇáÏøõäúíóÇ ÝóÇáúíóæúãó äóäúÓóÇåõãú ßóãóÇ äóÓõæÇ áöÞóÇÁó íóæúãöåöãú åóÐóÇ æóãóÇ ßóÇäõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ íóÌúÍóÏõæäó


“(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf: 51).

Nasihat untuk orang yang tertipu dengan kehidupan dunia

Adapun nasihat bagi orang yang terperdaya dengan dunia adalah agar kembali kepada al-Qur’an, dengan membaca, memahami kandungannya dan mengamalkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


æóÐóßøöÑú Èöåö Ãóäú ÊõÈúÓóáó äóÝúÓñ ÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú


“Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri.” (QS. Al-An’am: 70).

Hakikat kehidupan akhirat

Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


æóÅöäøó ÇáÏøóÇÑó ÇáúÂÎöÑóÉó áóåöíó ÇáúÍóíóæóÇäõ áóæú ßóÇäõæÇ íóÚúáóãõæäó


“Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan.” (QS. Al-‘Ankabut: 64).

Banyak perkataan ahli tafsir yang menjelaskan ayat tersebut, yaitu diantaranya Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Kehidupan yang kekal”, adapun Qatadah dan Mujahid mengatakan, “Tidak ada kematian di dalamnya.” Pada hakikatnya keduanya bermakna sama. Kehidupan akhirat dimulai sejak manusia dibangkitkan dari alam kubur, kemudian ada beberapa proses yang harus dijalani oleh semua manusia seperti hisab, diberikannya catatan amal, melewati shirathul mustaqim dan yang lainnya hingga berujung kepada dua tempat terakhir yaitu surga dan neraka. Saat itulah manusia menjalani kehidupan yang sesungguhnya, hidup kekal dan tidak akan pernah merasakan kematian selama-lamanya.

Bekal untuk menuju kehidupan akhirat

Manusia, sejak dilahirkan oleh ibunya adalah bagai seorang musafir menuju Rabb-nya. Maka seorang musafir pasti membutuhkan bekal. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Sesungguhnya setiap perjalanan pasti membutuhkan bekal, maka berbekallah dari kehidupan dunia untuk kehidupan akhirat.” Ibnul Jauzi berkata, “Sungguh mengherankan, orang yang melakukan perjalanan dan akan
mati sedangkan dia tidak membawa bekal untuk perjalanannya tersebut.”

Jika demikian, perjalanan akhirat membutuhkan bekal, dan diantara bekal akhirat yang paling penting adalah:

1. Tauhid dan iman

Sungguh manisnya iman adalah bekal terbesar dalam perjalanan ini, dan seseorang tidak akan mencicipi manisnya perjalanan dan lezatnya kehidupan ini kecuali seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, mentauhidkan dan beriman kepada-Nya.

Syaikhul Islam berkata, “Sesungguhnya kelezatan, kegembiraan, kebahagiaan, waktu yang baik, dan nikmat yang tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata adalah kenikmatan dalam mengetahui Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengesakan dan beriman kepada-Nya.” (al-Fataawaa: 28/31).

2. Takwa

Takwa adalah bekal terbaik untuk mengarungi kehidupan yang hakiki sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:


æóÊóÒóæøóÏõæÇ ÝóÅöäøó ÎóíúÑó ÇáÒøóÇÏö ÇáÊøóÞúæóì


“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “(Bahwasanya kehidupan) dunia tidaklah kekal, sebuah kehidupan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tulis sebagai kehidupan yang fana’....Maka perbaguslah –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kalian- perjalanan kalian, dengan membawa bekal terbaik buat kalian, dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.”

3. Ikhlas

Manusia dalam menempuh perjalanan panjang menuju kehidupan yang hakiki tentulah banyak rintangan, rintangan dari musuh manusia sepanjang masa, yaitu setan, baik dari kalangan jin maupun manusia. Oleh karena itu, benteng terbaik untuk menjaga diri dari gangguan mereka ialah menghiasi diri dengan sifat ikhlas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


ÞóÇáó ÝóÈöÚöÒøóÊößó áóÃõÛúæöíóäøóåõãú ÃóÌúãóÚöíäó (82) ÅöáøóÇ ÚöÈóÇÏóßó ãöäúåõãõ ÇáúãõÎúáóÕöíäó


“Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.’” (QS. Shad: 82-83).

4. Sabar

Merupakan bekal untuk menuju kehidupan hakiki adalah sabar, karena perjalanan ini amatlah capek lagi melelahkan, dan sangat membutuhkan kesabaran.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÇóáÓøóÝóÑõ ÞöØúÚóÉñ ãöäó ÇúáÚóÐóÇÈö


“Safar itu bagian dari azab.” (HR. Bukhari no. 1804).

Jika perjalanan di kehidupan yang fana’ ini melelahkan, maka bagaimana dengan perjalanan menuju kehidupan yang hakiki, tentulah amat sangat melelahkan?!

Saudaraku sekalian, inilah sedikit bekal yang sangat kita butuhkan untuk menuju kehidupan hakiki. Marilah kita membawa bekal sebanyak-banyaknya agar hidup kita di kehidupan yang yang sebenarnya lebih bermakna. Wallahu
a’lam. (Abu Sa’ad Muhammad Farid, Lc.).

Referensi:

1. Al-Qur’an dan terjemahnya
2. Taisiirul Kariimurrahmaan, Syaikh as-S’adi
3. Shahih al-Bukhari, dll.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=310