Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Menjaga Allah
Rabu, 02 April 14


Khutbah Pertama

Åöäø ÇáúÍóãúÏó öááåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ æóäóÚõæúÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóÓóíøÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáø áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáåó ÅöáÇø Çááåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäø ãõÍóãøÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐóíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó ÍóÞø ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäø ÅöáÇø æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæúäó

íóÇÃóíøåóÇ ÇáäóÇÓõ ÇÊøÞõæúÇ ÑóÈøßõãõ ÇáøÐöí ÎóáóÞóßõãú ãöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËø ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíúÑðÇ æóäöÓóÇÁð æóÇÊøÞõæÇ Çááåó ÇáóÐöí ÊóÓóÇÁóáõæúäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇã ó Åöäø Çááåó ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíúÈðÇ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐöíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó æóÞõæúáõæúÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíúÏðÇ íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑúáóßõãú ÐõäõæúÈóßõãú æóãóäú íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæúáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíúãðÇ¡ ÃóãøÇ ÈóÚúÏõ ...

ÝóÃöäø ÃóÕúÏóÞó ÇáúÍóÏöíúËö ßöÊóÇÈõ Çááåö¡ æóÎóíúÑó ÇáúåóÏúìö åóÏúìõ ãõÍóãøÏò Õóáøì Çááå Úóáóíúåö æóÓóáøãó¡ æóÔóÑø ÇúáÃõãõæúÑö ãõÍúÏóËóÇÊõåóÇ¡ æóßõáø ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ æóßõáø ÈöÏúÚóÉò ÖóáÇóáóÉð¡ æóßõáø ÖóáÇóáóÉö Ýöí ÇáäøÇÑö.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda (berpesan) kepada seorang anak muda, yang mana dia adalah anak pamannya. Dia-lah Abdullah ibn ‘Abbas Radiyallahu ‘Anh. Apakah gerangan sabda yang dipesankan kepada anak muda yang mulia ini?. Marilah kita simak langsung dari penuturan Abdullah ibn ‘Abbas Radiyallahu ‘Anh, beliau berkata;

ßõäúÊõ ÎóáúÝó ÑóÓõæáö Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó íóæúãðÇ¡ ÝóÞóÇáó: «íóÇ ÛõáóÇãõ Åöäøöí ÃõÚóáøöãõßó ßóáöãóÇÊò¡ ÇÍúÝóÙö Çááøóåó íóÍúÝóÙúßó¡ ÇÍúÝóÙö Çááøóåó ÊóÌöÏúåõ ÊõÌóÇåóßó¡ ÅöÐóÇ ÓóÃóáúÊó ÝóÇÓúÃóáö Çááøóåó¡ æóÅöÐóÇ ÇÓúÊóÚóäúÊó ÝóÇÓúÊóÚöäú ÈöÇááøóåö¡ æóÇÚúáóãú Ãóäøó ÇáÃõãøóÉó áóæú ÇÌúÊóãóÚóÊú Úóáóì Ãóäú íóäúÝóÚõæßó ÈöÔóíúÁò áóãú íóäúÝóÚõæßó ÅöáøóÇ ÈöÔóíúÁò ÞóÏú ßóÊóÈóåõ Çááøóåõ áóßó¡ æóáóæú ÇÌúÊóãóÚõæÇ Úóáóì Ãóäú íóÖõÑøõæßó ÈöÔóíúÁò áóãú íóÖõÑøõæßó ÅöáøóÇ ÈöÔóíúÁò ÞóÏú ßóÊóÈóåõ Çááøóåõ Úóáóíúßó¡ ÑõÝöÚóÊö ÇáÃóÞúáóÇãõ æóÌóÝøóÊú ÇáÕøõÍõÝõ»

“Pada suatu hari, aku berada di belakang Rasulillah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, kemudian beliau bersabda kepadaku; ‘wahai anak muda, sesungguhnya aku mengajarimu (aku berpesan kepadamu) beberapa kalimat, jagalah Allah niscaya Allah menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya ada di hadapanmu, apabila kamu meminta maka mintalah hanya kepada Allah, apabila kamu mohon pertolongan maka mohonlah pertolongan hanya kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sekiranya suatu kaum berkumpul untuk mendatangkan kemanfaatan bagimu (mendatangkan kebaikan untukmu), maka mereka tidak akan dapat melakukan hal itu melainkan hanya sedikit saja sekedar apa yang telah Allah tentukan untukmu, dan kalau sekiranya mereka hendak mendatangkan bahaya kepadamu (mendatangkankan kemadhorotan atasmu), maka mereka tidak akan dapat melakukan hal itu melainkan sedikit saja sekedar apa yang telah Allah tentukan atasmu. Pena telah terangkat, dan lembar-lembar takdir telah mengering (segalanya telah ditetapkan sebagai ketetapan yang pasti).” (HR. at Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh al Albani)

Kaum muslimin rahimakumullah…

Dari hadits ini, khotib hanya akan menjelaskan kalimat yang pertama, yaitu “Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu!.”

Lalu apakah yang dimaksud dengan menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala?.

Imam Abdurrahman ibn Abi Bakr Jalaludin as Suyuthi Rahimahullah dalam kitabnya Qutul Mughtadzi berkata, Imam al Kahfani Rahimahullah berkata,

“Menjaga Allah, maksudnya adalah kamu menjaga perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kamu bertakwa kepadaNya. Maka jangan sampai Allah melihatmu berbuat kemaksiatan atau berbuat pelanggaran terhadap perintahNya.”

Dan Imam Ibn Daqiq al ‘Id Rahimahullah berkata,

“Memjaga Allah maksudnya adalah, jadilah kamu orang yang selalu ta’at kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berteguh dalam menjalankan perintahNya dan dalam menjauhi laranganNya.”

Kaum muslimin rahimakumullah…

Dan merupakan perbuatan seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dengan menjaga anggota badannya agar tidak digunakan untuk hal kemaksiatan atau perbuatan dosa. Maka hendaknya setiap kita memperhatikan dan merenungkan siapa sebenarnya di balik rupa kita ini. Siapa sebenarnya di balik anggota badan kita ini?

Kaum muslimin rahimakumullah…

Ada 5 anggota badan dari diri kita ini yang perlu direnungkan bersama oleh kita. Sudahkah kita menjaga ke 5 anggota badan ini untuk tidak bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala?

1. Menjaga Hati.

Termasuk seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga hatinya dari perkara-perkara syubhat yang dapat mengkeruhkan keyakinannya, dan adalah dia yang dapat menjaga hatinya dari perkara-perkara syahwat yang dapat menyesatkan dan menyengsarakannya.

Hati memiliki kedudukan yang penting bagi hidup setiap manusia. Apabila hati telah hilang, maka hilanglah segala hidupnya. Apabila hati telah rusak, maka rusaklah segala perilaku hidupnya.

ÃóáÇó æóÅöäøó Ýöí ÇáÌóÓóÏö ãõÖúÛóÉð: ÅöÐóÇ ÕóáóÍóÊú ÕóáóÍó ÇáÌóÓóÏõ ßõáøõåõ¡ æóÅöÐóÇ ÝóÓóÏóÊú ÝóÓóÏó ÇáÌóÓóÏõ ßõáøõåõ¡ ÃóáÇó æóåöíó ÇáÞóáúÈõ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam badan/tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh badan. Namun apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh badan. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhori-Muslim)

Maka hendaknya setiap kita selalu menjaga hati dan menatanya agar tetap dalam kondisi yang baik dan bersih dari noda-noda hitam dosa. Setiap manusia akan merugi pada hari kiamat, kecuali dia yang datang dalam keadaan hatinya bersih lagi sejahtera. Tidak ada syahwat, tidak ada syubhat di dalam hatinya. Tidak ada sesuatu pun di dalam hatinya kecuali kalimat Laa ilaaha illallaah Muhammad rasulullaah.

íóæúãó áóÇ íóäúÝóÚõ ãóÇáñ æóáóÇ Èóäõæäó (88) ÅöáøóÇ ãóäú ÃóÊóì Çááøóåó ÈöÞóáúÈò Óóáöíãò (89) [ÇáÔÚÑÇÁ : 88 ¡ 89]


“(Pada hari kiamat) hari yang mana harta benda dan anak-anak tiada lagi berguna, kecuali dia yang datang dengan hati yang sejahtera (hati yang selamat dan bersih dari dosa).” (Asy Syu’ara : 88-89)

Dialah hati yang tidak ada kesyirikan di dalamnya, tidak ada riya’, tidak ada kemunafikan, tidak ada kesombongan, tidak ada kebanggaan diri, tidak ada dendam, tidak ada dengki. Hatinya murni penuh dengan tauhid Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penuh dengan keikhlasan dan kejujuran. Penuh dengan ketawakkalan dan penyandaran diri yang tulus hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana hati kholilullah Ibrahim ‘Alaihis Salam.

ÅöÐú ÌóÇÁó ÑóÈøóåõ ÈöÞóáúÈò Óóáöíãò [ÇáÕÇÝÇÊ : 84]


“(ingatlah) ketika dia Ibrahim datang kepada Rabbnya dengan hati yang bersih (ikhlas sepenuhnya hanya untuk Allah).” (Ash Shoffat : 84)

Kaum muslimin rahimakumullah…

2. Menjaga Lisan

Termasuk seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga lisannya. Lisan memiliki perkara yang sangat mengagumkan. Berapa banyakkah kehormatan orang yang hancur disebabkan oleh lisan? Berapa banyakkah harga diri yang menjadi rendah disebabkan oleh lisan? Berapa banyakkah rumah tangga yang runtuh disebabkan oleh lisan? Dan berapa banyakkah kemaksiatan yang keluar dari lisan, namun kita tidak pernah menyadarinya? Ghibah (menggunjing orang lain), namimah (mengadu domba), mengejek, menghina, berdusta, menipu, atau saling berdebat untuk sesuatu yang tidak berguna, tidak ada manfaatnya sama sekali.

Åöäøó ÇáÑøóÌõáó áóíóÊóßóáøóãõ ÈöÇáúßóáöãóÉö áóÇ íõÑöíÏõ ÈöåóÇ ÈóÃúÓðÇ¡ íóåúæöí ÈöåóÇ ÓóÈúÚöíäó ÎóÑöíÝðÇ Ýöí ÇáäøóÇÑö

“Sesungguhnya seseorang berkata dengan satu kalimat, ia menganggapnya biasa. Tapi ternyata kalimat tersebut menjadikannya terlempar ke dalam api neraka sejauh 70 tahun perjalanan.” (HR. Ahmad, dishohihkan oleh Syaikh al Albani)

Åä ÇáÚÈÏ áíÊßáã ÈÇáßáãÉ ãÇ íÊÈíä ÝíåÇ íÒá ÈåÇ Ýí ÇáäÇÑ ÃÈÚÏ ãÇ Èíä ÇáãÔÑÞ æÇáãÛÑÈ

“Sesungguhnya seseorang berkata dengan satu kalimat yang tidak ada kejelasan di dalamnya (dia mengucapkannya tanpa ilmu). Maka oleh sebab kalimat itu, dia tergelinicir ke dalam api jahannam sejauh jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhori-Muslim)

Maka hendaknya setiap kita menjaga lisan ini, agar tidak keluar darinya kecuali sesuatu yang mendatangkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atau sesuatu yang menggembirakan hati orang yang mendengarnya. Abu Bakar ash Shiddiq Radiyallahu ‘Anhu berkata,

æááå ãÇ ÔíÆ ÃÍÞ ÈØæá ÍÈÓ ãä ÇááÓÇä

“Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih berhak untuk terus dijaga sepanjang waktu daripada lisan ini.”
Rosululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda,

ãóäú ßóÇäó íõÄúãöäõ ÈöÇááøóåö æóÇáíóæúãö ÇáÂÎöÑö ÝóáúíóÞõáú ÎóíúÑðÇ Ãóæú áöíóÕúãõÊú

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata yang baik-baik, (kalau tidak bisa) maka lebih baik ia diam saja.” (HR. Bukhori-Muslim)

Dan Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda,

ãóäú íóÖúãóäú áöí ãóÇ Èóíúäó áóÍúíóíúåö æóãóÇ Èóíúäó ÑöÌúáóíúåö ÃÖãäú áóåõ ÇáÌäøóÉó

“Barangsiapa memberi jaminan kepadaku, apa yang ada diantara kumis dan jenggotnya (yaitu lisan), dan apa yang ada diantara kedua kakinya (yaitu kemaluan), maka aku menjamin baginya Surga.” (HR. Bukhori)

Kaum muslimin rahimakumullah…

3. Menjaga Pendengaran (Telinga)

Termasuk seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga pendengarannya. Seorang muslim, seorang mu’min tidak pantas baginya mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak mendengarkan perkataan kotor. Tidak mendengarkan musik-musik. Tidak mendengarkan siulan-siulan. Dan tidak mendengarkan perkataan yang sia-sia.

æóÇáøóÐöíäó áÇ íóÔúåóÏõæäó ÇáÒøõæÑó æóÅöÐÇ ãóÑøõæÇ ÈöÇááøóÛúæö ãóÑøõæÇ ßöÑÇãÇð

"(Dan termasuk hamba Allah Yang Maha Penyayang adalah), orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang yang melakukan perbuatan/perkataan yang sia-sia, maka dia berlalu dengan tetap menjaga kehormatan dirinya.” (Al Furqon : 72)

Maka jagalah telinga kita, jagalah pendengaran kita. Sungguh ayat-ayat Al Qur’an adalah lebih berhak untuk kita dengarkan, nasihat-nasihat atau ceramah yang baik adalah lebih layak untuk kita dengarkan, atau berita-berita tentang kabar kaum muslimin, tentang keadaan kaum muslimin, sungguh semua itu lebih pantas untuk kita dengarkan.

Åöäøó ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó æóÇáúÝõÄÇÏó ßõáøõ ÃõæáÆößó ßÇäó Úóäúåõ ãóÓúÄõáÇð

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati. Semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” (Al Isra’ : 36)

Kaum muslimin rahimakumullah…

4. Menjaga Penglihatan (Mata)

Termasuk seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga penglihatannya. Sesungguhnya mata, apabila ia digunakan untuk melihat atau memandang sesuatu yang haram, maka sesungguhnya dia adalah panah beracun iblis yang dapat merusak hati dan mengoyak keimanan yang ada di dalamnya. Namun apabila ia dijaga untuk tidak melihat atau memandang hal-hal yang diharamkan, maka Allah akan memberi ganti keimanan untuk kita yang kita rasakan manisnya di dalam dada.

Þõáú áöáúãõÄúãöäöíäó íóÛõÖøõæÇ ãöäú ÃóÈúÕÇÑöåöãú æóíóÍúÝóÙõæÇ ÝõÑõæÌóåõãú Ðáößó ÃóÒúßì áóåõãú Åöäøó Çááøóåó ÎóÈöíÑñ ÈöãÇ íóÕúäóÚõæäó

“Katakanlah kepada kaum mu’minin (orang-orang yang beriman), agar mereka menjaga pandangan mereka, dan menjaga kemaluan mereka. Karena yang demikian itu lebih baik bagi mereka (lebih mensucikan jiwa mereka). Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.” (An Nur : 30)

Maka hendaknya setiap kita memalingkan pandangan, mengarahkan penglihatan kita kepada kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ada di muka bumi ini, agar kita dapat merenungi akan betapa maha agungnya penciptaan langit dan bumi.

Þõáö ÇäúÙõÑõæÇ ãÇÐÇ Ýöí ÇáÓøóãÇæÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö

“Katakanlah, ‘perhatikanlah (lihatlah, pandanglah) apa yang ada di langit dan di bumi’.” (Yunus : 101)

ÃóÝóáÇ íóäúÙõÑõæäó Åöáóì ÇáúÅöÈöáö ßóíúÝó ÎõáöÞóÊú æóÅöáóì ÇáÓøóãÇÁö ßóíúÝó ÑõÝöÚóÊú æóÅöáóì ÇáúÌöÈÇáö ßóíúÝó äõÕöÈóÊú æóÅöáóì ÇáúÃóÑúÖö ßóíúÝó ÓõØöÍóÊú

“Maka tidakkah mereka memperhatikan (tidakkah mereka melihat) kepada unta, bagaimana ia diciptakan?, (dan tidakkah mereka melihat) kepada langit, bagaimana ia ditinggikan, (dan tidakkah mereka melihat) kepada gunung, bagaimana ia ditegakkan, (dan tidakkah mereka melihat) kepada bumi, bagaimana ia dihamparkan?.” (Al Ghosyiyah : 17-20)

Kaum muslimin rahimakumullah…

5. Menjaga Perut

Termasuk seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga perutnya. Seorang muslim menjaga perutnya dari makanan yang haram. Dia tidak makan kecuali dari apa yang telah dibolehkan, dari apa yang telah dihalalkan untuknya. Dia menjauhi unsur-unsur penghasilan yang datang dari riba, penipuan, atau jual beli yang curang, sehingga tidak ada keberkahannya sama sekali pada harta tersebut. Justru yang ada adalah kecelakaan dan kesengsaraan. Seorang muslim makanannya adalah makan yang baik dan bersumber dari penghasilan yang baik. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidaklah menerima kecuali apa-apa yang baik. Dan tidak menerima do’a kecuali dari orang-orang yang baik.

ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ¡ Åöäøó Çááåó ØóíøöÈñ áóÇ íóÞúÈóáõ ÅöáøóÇ ØóíøöÈðÇ¡ æóÅöäøó Çááåó ÃóãóÑó ÇáúãõÄúãöäöíäó ÈöãóÇ ÃóãóÑó Èöåö ÇáúãõÑúÓóáöíäó¡ ÝóÞóÇáó: {íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáÑøõÓõáõ ßõáõæÇ ãöäó ÇáØøóíøöÈóÇÊö æóÇÚúãóáõæÇ ÕóÇáöÍðÇ¡ Åöäøöí ÈöãóÇ ÊóÚúãóáõæäó Úóáöíãñ} [ÇáãÄãäæä: 51] æóÞóÇáó: {íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ßõáõæÇ ãöäú ØóíøöÈóÇÊö ãóÇ ÑóÒóÞúäóÇßõãú} [ÇáÈÞÑÉ: 172] Ëõãøó ÐóßóÑó ÇáÑøóÌõáó íõØöíáõ ÇáÓøóÝóÑó ÃóÔúÚóËó ÃóÛúÈóÑó¡ íóãõÏøõ íóÏóíúåö Åöáóì ÇáÓøóãóÇÁö¡ íóÇ ÑóÈøö¡ íóÇ ÑóÈøö¡ æóãóØúÚóãõåõ ÍóÑóÇãñ¡ æóãóÔúÑóÈõåõ ÍóÑóÇãñ¡ æóãóáúÈóÓõåõ ÍóÑóÇãñ¡ æóÛõÐöíó ÈöÇáúÍóÑóÇãö¡ ÝóÃóäøóì íõÓúÊóÌóÇÈõ áöÐóáößó¿

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik, tidak menerima kecuali apa-apa yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mu’min dengan apa yang telah diperintahkan kepada para rasul. Allah berfirman, ‘wahai para rasul, makanlah kalian dari apa yang baik-baik, dan beramal sholihlah, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian perbuat’. Dan Allah berfirman, ‘wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik, yang telah Kami rizkikan kepada kalian’. Kemudian Rasulullah menggambarkan tentang seseorang yang melakukan perjalanan jauh, nampak bekas perjalanan tersebut di sekujur tubuhnya, penuh debu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berseru ya rabb ya rabb, sedangkan makanannya adalah haram, minumannya adalah haram, dan pakaiannya adalah haram, dia tumbuh dari sesuatu yang haram, maka bagaimana mungkin do’anya akan dijawab?.” (HR. Muslim)

ÃóÞõæúáõ Þóæúáöí åóÐóÇ ÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááå áöí æóáóßõãú æóáöÓóÇÆöÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ Åöäøåõ åõæó ÇúáÛóÝõæúÑõ ÇáÑøÍöíúãõ

Khutbah Kedua

Åöäøó ÇáúÍóãúÏó áöáøóåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåú æóäóÚõæÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ. ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóì äóÈöíøöäóÇ ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÃóÕúÍóÇÈöåö æóÓóáøóãó ÊóÓúáöíúãðÇ ßóËöíúÑðÇ.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Dalam khutbah yang kedua ini, khotib mengajak jama’ah sekalian untuk bersama merenung.

Setiap hari tentu kita menyempatkan diri untuk bercermin. Bahkan hampir di setiap waktu kita menyempatkan diri untuk bercermin. Kira-kira untuk apakah kita bercermin?.... Tidak lain adalah untuk melihat penampilan kita. Setiap kita ingin tampil dengan fisik yang sempurna, dengan fisik yang baik, sehingga sedap dipandang oleh banyak orang.

Namun jama’ah sekalian yang dirahmati Allah, pernahkah kita melihat sesuatu yang lain dari diri kita di dalam cermin. Sunggguh kebanyakan kita telah tertipu dengan apa yang dilihat di dalam cermin. Kita hanya sekedar melihat fisik, tapi tidak melihat apa yang ada dibalik fisik kita. Untuk apakah kita gunakan setiap anggota fisik kita ini, untuk apakah kita gunakan setiap anggota badan kita ini?. Untuk keta’atan kepada Allah, ataukah justru untuk kemaksiatan dan perbuatan dosa. Sudahkah kita menjaganya, ataukah justru kita menelantarkannya terbuang ke dalam lumpur kehinaan. Memang terkadang fisik itu tampak bagus, tapi apalah artinya jika isinya adalah keropos dan kosong. Seperti batang pohon yang terlihat kuat, tapi ternyata dalamnya termakan rayap.

Maka kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, jagalah Allah dengan menjaga anggota tubuh kita agar tetap dan terus dalam keta’atan dan ketakwaan kepadaNya, serta jauh dari segala kemaksiatan dan perbuatan dosa. Sehingga dengan begitu, Allah akan menjaga kita. Dan sehingga ketika kita melihat diri kita di dalam cermin, kita dapat tersenyum. Karena kita melihat calon penghuni Surga. Insya Allah. Aamiin.

Çááåõãøó Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ

Çóááøåõãø ÇÛúÝöÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇúáãõÓúáöãóÇÊö æóÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÄúãöäðÇÊö ÇóáÃóÍúíóÇÁö ãöäúåõãú æóÇáÃóãúæóÇÊö Åöäøßó ÓóãöíúÚñ ãõÌöíúÈõ ÇáÏøÚóæóÇÊö

ÑóÈøäóóÇ áÇóÊðÄóÎöÐúäóÇ Åöäú äóÓöíúäóÇ Ãóæú ÃóÎúØóÃúäóÇ ÑóÈøäóÇ æóáÇó ÊóÍúãöáú ÚóáóíúäóÇ ÅöÕúÑðÇ ßóãóÇ ÍóãóáúÊóåõ Úóáìó ÇáøÐöíúäó ãöäú ÞóÈúáöäóÇ ÑóÈøäóÇ æóáÇó ÊõÍóãøáúäóÇ ãóÇáÇó ØóÇÞóÉó áóäóÇ Èöåö æóÇÚúÝõ ÚóäøÇ æóÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóÇÑúÍóãúäóÇ ÃóäúÊó ãóæúáóäóÇ ÝóÇäúÕõÑúäóÇ Úóáìó ÇáúÞóæúãö ÇáúßóÇÝöÑöíúäó.

ÑóÈøäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æó Ýöí ÇúáÃóÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøÇÑö. æóÇáúÍóãúÏõ ááå ÑóÈø ÇáúÚóÇáóãöíúäó.

Oleh Izzatullah


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=336