Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

NASIHAT UNTUK MALIKI

Saya banyak berharap kepada Maliki atas pengakuannya sebagai salah seorang cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar menempuh jalan yang pernah ditempuh kakeknya, shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya dan menempatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada kedudukan yang diberikan Allah kepada beliau, tidak berlebihan dan tidak mengurangi, tidak ada pengkultusan dan keterlaluan, dan tidak ada penyakralan. Beliau hanyalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Allah mengutus beliau untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, pemberi berita gembira dan peringatan, dai kepada Allah dengan izinnya dan suluh nan terang, “Katakan, ‘Aku bukan rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” (Al-Ahqaf: 9).

Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian.”(Al-Kahfi: 110).

Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Mahasuci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (Al-Isra’: 93).

Allah berfirman, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (Ali Imran: 144).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ÅöíøóÇßõãú æóÇáúÛõáõæøó ÝóÅöäøóãóÇ Ãóåúáóßó ãóäú ßóÇäó ÞóÈúáóßõãõ ÇáúÛõáõæøõ.


“Janganlah kalian bersikap berlebihan, sebab umat sebelum ka-lian binasa disebabkan sikap berlebihan.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

áÇó ÊõØúÑõæúäöíú ßóãóÇ ÃóØúÑóÊö ÇáäøóÕóÇÑóì ÇÈúäó ãóÑúíóãó ÅöäøóãóÇ ÃóäóÇ ÚóÈúÏñ ÝóÞõæúáõæúÇ ÚóÈúÏõ Çááåö æóÑóÓõæúáõåõ.


“Janganlah kalian memujiku secara berlebihan, seperti halnya orang-orang Nasrani yang memuji Isa bin Maryam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba. Karena itu, katakan (tentang aku), ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya.”

ÞõæúáõæúÇ ÈöÞóæúáößõãú Ãóæú ÈóÚúÖö Þóæúáößõãú æóáÇó íóÓúÊóåúæöíóäøóßõãõ ÇáÔøóíúØóÇäõ.


“Ucapkan perkataan kalian, atau sebagian perkataan kalian. Jangan sampai setan menjerumuskan kalian.”

åóáóßó ÇáúãõÊóäóØøöÚõæúäó. åóáóßó ÇáúãõÊóäóØøöÚõæúäó. åóáóßó ÇáúãõÊóäóØøöÚõæúäó.


“Binasalah orang yang berlebihan. Binasalah orang yang berlebihan. Binasalah orang yang berlebihan.”

Saya nasihati Maliki agar bertakwa kepada Allah Tuhannya, agar mengetahui kedudukan Tuhannya yang Mahahidup dan Maha Berdiri, Raja semua kerajaan, Pemilik kebesaran dan kemuliaan. Tuhannya yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, Dia melindungi dan tidak ada yang mampu memberikan perlindungan dari (adzab)-Nya, meliputi segala sesuatu dengan ilmu, dan menjamin untuk memberikan hak bagi setiap orang beramal. “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia melihat (balasan) nya pula.” (Al-Zalzalah: 7-8).

“Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” (Al-Kahfi: 49).

Dia pemilik kemuliaan, anugerah, dan kenikmatan. PertolonganNya tiada terhitung dan nikmatnya tiada terbilang. Mahasuci Tuhan Yang Agung dan Mahatinggi dari apa yang diucapkan orang-orang zhalim.

Saya berharap Maliki menjadikan kitab Allah Ta’ala sebagai tuntunan hidupnya, baik dalam kehidupan amal atau ilmu. Menjadikan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai obor penerang apa yang diucapkan dan dikerjakan. Juga menjadikan salafus shalih, para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in sebagai teladan pada arah hidup ini. Agar jelas baginya jalan yang ditempuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabat. Itulah jalan kelompok yang selamat (Firqah Najiyah) dari api neraka. Dengan itu semua, mendapat jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semua ambisinya diridhai, sebab ambisi yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah ambisi untuk meraih kebahagiaan di surga dan selamat dari api neraka.

Saya nasihati Maliki agar mengecek kembali makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ãóäö ÇáúÊóãóÓó ÑöÖóÇ Çááåö ÈöÓõÎúØö ÇáäøóÇÓö ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ æóÃóÑúÖóì Úóäúåõ ÇáäøóÇÓó¡ æóãóäö ÇáúÊóãóÓó ÑöÖóÇ ÇáäøóÇÓó ÈöÓõÎúØö Çááåö ÓóÎóØó Çááåõ Úóáóíúåö æóÃóÓúÎóØó Úóáóíúåö ÇáäøóÇÓó.


“Barangsiapa mengharapkan keridhaan Allah dengan kemarahan manusia, Allah meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya. Dan, barangsiapa mengharapkan keridhaan menusia dengan kemurkaan Allah, Allah murka kepadanya dan menjadikan semua manusia marah kepadanya.”

Saya nasihati pula agar menyingkir dari jalan bid’ah dan kesesatan, karena bid’ah hanyalah beliung yang menghancurkan dan merusak, mengukuhkan kekuasaan iblis beserta pengikutnya untuk mencoreng pamor agama yang lurus ini dan memasukkan pikiran-pikiran ilusi, menganggap kejahatan sebagai kebaikan oleh hati yang penuh dendam atau akal yang penuh kenaifan dan menjadi pelecehan dalam agama dan lobang hina dan nista. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan perbuatan bid’ah secara mutlak. Beliau bersabda,

ÅöíøóÇßõãú æóãõÍúÏóËóÇÊö ÇúáÃõãõæúÑö ÝóÅöäøó ßõáøó ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ¡ æóßõáøó ÈöÏúÚóÉò ÖóáÇóáóÉñ¡ æóßõáøó ÖóáÇóáóÉò Ýöí ÇáäøóÇÑö.


“Tinggalkan hal-hal baru yang diada-adakan, karena hal baru itu bid’ah, setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan masuk neraka.”

Sabda beliau lagi,

ãóäú ÃóÍúÏóËó Ýöíú ÃóãúÑöäóÇ åóÐóÇ ãóÇ áóíúÓó ãöäúåõ Ýóåõæó ÑóÏøñ.


“Barangsiapa melakukan hal baru dari urusan kami (agama) yang sebenarnya tidak ada padanya maka ia tertolak.”

Beliau bersabda lagi,

ÝóÚóáóíúßõãú ÈöÓõäøóÊöíú æóÓõäøóÉö ÇáúÎõáóÝóÇÁö ÇáÑøóÇÔöÏöíúäó ÇáúãóåúÏöíøöíúäó ãöäú ÈóÚúÏöíú¡ ÚóÖøõæúÇ ÚóáóíúåóÇ ÈöÇáäøóæóÇÌöÐö.


“Karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sepeninggalku. Pegang Sunnah tersebut kuat-kuat.”

Beliau bersabda,

ÊóÑóßúÊõßõãú Úóáóì ÇáúãóÍóÌøóÉö ÇáúÈóíúÖóÇÁö¡ áóíúáõåóÇ ßóäóåóÇÑöåóÇ áÇó íóÒöíúÛõ ÚóäúåóÇ ÅöáÇøó åóÇáößñ.


“Aku tinggalkan kalian di atas jalan yang jelas, malamnya bagai siang, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali ia akan binasa.”

Beliau juga bersabda,

ÇöÝúÊóÑóÞóÊö ÇáúíóåõæúÏõ Úóáóì ÅöÍúÏóì æóÓóÈúÚöíúäó ÝöÑúÞóÉð æóÇÝúÊóÑóÞóÊö ÇáäøóÕóÇÑóì Úóáóì ÇËúäóÊóíúäö æóÓóÈúÚöíúäó ÝöÑúÞóÉð¡ æóÓóÊóÝúÊóÑöÞõ åóÐöåö ÇúáÃõãøóÉõ Úóáóì ËóáÇóËò æóÓóÈúÚöíúäó ÝöÑúÞóÉð¡ ßõáøõåóÇ Ýöí ÇáäøóÇÑö ÅöáÇøó æóÇÍöÏóÉð. ÞõáúäóÇ: ãóäú åöíó íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö¿ ÞóÇáó: ãóäú ßóÇäó Úóáóì ãöËúáö ãóÇ ÃóäóÇ Úóáóíúåö Çáúíóæúãó æóÃóÕúÍóÇÈöíú.


“Orang-orang Yahudi pecah menjadi tujuh puluh satu golongan dan orang-orang Nashara pecah menjadi tujuh puluh dua golongan, sedang umatku akan pecah menjadi tujuh puluh tiga golongan; semuanya di neraka kecuali satu.” Kami bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Siapa saja yang berada di atas yang saya hari ini dan sahabatku’.”

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

ÎóØøó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÎóØøðÇ ÈöíóÏöåö Ëõãøó ÞóÇáó: (åóÐóÇ ÓóÈöíúáõ Çááåö ãõÓúÊóÞöíúãðÇ) Ëõãøó ÎóØøó ÎõØõæúØðÇ Úóäú íóãöíúäö Ðóáößó ÇáúÎóØøö æóÚóäú ÔöãóÇáöåö¡ Ëõãøó ÞóÇáó: (æóåóÐöåö ÇáÓøõÈõáõ áóíúÓó ãöäúåóÇ ÓóÈöíúáñ ÅöáÇøó Úóáóíúåö ÔóíúØóÇäñ íóÏúÚõæú Åöáóíúåö)¡ Ëõãøó ÞóÑóÃó: (æóÃóäøó åóÐóÇ ÕöÑóÇØöíú ãõÓúÊóÞöíúãðÇ ÝóÇÊøóÈöÚõæúåõ æóáÇó ÊóÊøóÈöÚõæÇ ÇáÓøõÈõáó ÝóÊóÝóÑøóÞó Èößõãú Úóäú ÓóÈöíúáöåö).


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat garis dengan tangan beliau, lalu bersabda, ‘Inilah jalan Allah, lurus.’ Beliau membuat beberapa garis sebe-lah kanan garis tadi dan sebelah kirinya lalu bersabda, ‘Di semua jalan ini terdapat setan yang mengajak manusia kepadanya.’ Kemudian beliau membaca, ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya’.” (Al-An’am: 153). (Diri-wayatkan Ahmad, Nasa’i, Ad-Darimi, Ibnu Abi Hatim, dan Al-Hakim menshahihkannya.

Saya berharap Maliki mendapatkan keshalihan kini dan nanti. Saya juga berharap ia melepaskan diri dari kepemimpinan bid’ah dimana dampaknya nampak begitu jelas dipersembahkan para pengikutnya yang lugu yang berupa ketundukan dan kekhusyu’an, yang diperagakan dengan jilatan mereka ke tanga-nnya, harapan keberkahan mereka melalui pakaian dan jejak langkah kakinya. Agar ia melepaskan diri dari kemungkaran, bid’ah, dan syirik yang dipersembahkannya melalui bukunya, Adz-Dzakhairul Muhammadiyah. Inilah kepemimpinan ilusi yang dibangun di atas landasan kesesatan, penyesatan, dan pengakuan bohong. Lalu keberadaannya berakhir sebagaimana Abu Thalib dalam agama Abdul Muthallib. Pada saat itu Maliki akan teringat firman Allah Ta’ala, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku meng-ambil jalan bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku.” (Al-Furqan: 27-29).

Sebelum saya pungkasi buku ini, senang rasanya mengakhirinya dengan penutup yang ditulis Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, dalam kitabnya Al-Inshaf fiima Qila fil Maulidi Minal Ghuluww wal Ijhad, sebagaimana perkataan beliau –semoga Allah membalasnya dengan kebaikan-.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001