Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

DALIL KETIGA: PEMBAHASAN DAN BANTAHANNYA

Maliki, menyebutkan dalil ketiga, dengan berkata,
“Bahagia dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan keharusan, karena diperintahkan Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman,
Þõáú ÈöÝóÖúáö Çááóøåö æóÈöÑóÍúãóÊöåö ÝóÈöÐóáößó ÝóáúíóÝúÑóÍõæÇ [íæäÓ/58]
‘Katakan, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.’ (Yunus: 58). Pada ayat ini, Allah menyuruh kita gembira dengan sebab rahmat-Nya sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat-Nya yang paling agung. Allah Ta’ala berfirman,
æóãóÇ ÃóÑúÓóáúäóÇßó ÅöáóøÇ ÑóÍúãóÉð áöáúÚóÇáóãöíäó [ÇáÃäÈíÇÁ/107]
‘Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.’ (Al-Anbiya’: 107).”

Tidak diragukan, bahagia dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan kepada umat Islam dan beliau rahmat bagi alam semesta. Tapi, berdalil terhadap kebahagiaan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara-cara bid’ah dengan firman Allah Ta’ala, “Katakan, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (Yunus: 58), itu adalah istidlal yang tidak benar, kesimpulan orang yang menzalimi ayat, dan memperlakukannya sesuai selera hawa nafsunya.

Ayat di atas ditafsirkan tokoh-tokoh tafsir, semisal Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Al-Baghawi, Al-Qurthubi, Ibnu Al-Arabi, dan lain-lain. Tidak ada seorang pun dari mereka, yang menafsirkan bahwa yang dimaksud kata rahmat pada ayat tersebut ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, yang dimaksud dengan karunia dan rahmat yang mesti disenangi ialah penjelasan ayat sebelumnya, yaitu firman Allah Ta’ala,
íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáäóøÇÓõ ÞóÏú ÌóÇÁóÊúßõãú ãóæúÚöÙóÉñ ãöäú ÑóÈöøßõãú æóÔöÝóÇÁñ áöãóÇ Ýöí ÇáÕõøÏõæÑö æóåõÏðì æóÑóÍúãóÉñ áöáúãõÄúãöäöíäó [íæäÓ/57]
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit di dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57).

Itulah Al-Qur’an. Untuk mengcounter kerancuan Maliki dan kezalimannya menggunakan dalil seenak perutnya, saya cuplikkan sebagian penafsiran ulama tafsir, agar pembaca yang budiman melihat bagaimana orang sekaliber Maliki kok pemandangannya ngawur dan menyimpang. Dalam hal ini, ia mirip sebagian sekte Rafidhah, ketika mereka menafsirkan ayat, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al-Fajr: 27-30).

Kata mereka, yang dimaksud dengan jiwa yang tenang pada ayat di atas ialah Hasan bin Ali.

Tentang firman Allah Ta’ala, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit di dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakan, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’.” (Yunus: 57-58).

Ibnu Katsir berkata, Allah Ta’ala yang menganugerahkan nikmat kepada manusia, dengan menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul-Nya, berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian.” Pelajaran di sini ialah sesuatu yang membuat orang kapok dari mengerjakan dosa. “Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit di dada,” maksudnya penyakit ketidakjelasan dan keragu-raguan. Maksudnya, seluruh kotoran dihilangkan dari hati. “Dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman,” maksudnya, dengan Al-Qur’an, petunjuk dan rahmat bisa didapatkan dari Allah. Ini hanya berlaku bagi orang-orang yang mempercayainya. Ayat ini mirip dengan ayat, “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al-Isra’: 82).

Dan ayat, “Katakan, ‘Al-Qur’an itu petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman’.” (Fushshilat: 44).

Firman Allah Ta’ala, “Katakan, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (Yunus: 58).

Maksudnya, dengan petunjuk dan agama yang benar, yang datang kepada kalian, hendaklah kalian bergembira, karena kalian lebih layak bergembira dengan keduanya.

Ibnu Jarir berkata, tentang firman Allah Ta’ala, “Katakan, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” Abu Ja’far berkata, Allah Ta’ala mengingatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hai Muhammad, katakan kepada orang-orang yang mendustakanmu dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu, ‘Hai manusia, dengan karunia Allah yang diberikan kepada kalian, yaitu Islam, yang telah dijelaskan kepada kalian dan kalian diajak kepadanya. Juga dengan rahmat-Nya yang Allah merahmati kalian dengannya, dengan menurunkannya pada kalian dan mengajari kalian apa saja yang tadinya tidak kalian ketahui dengan Al-Qur’an, lalu kalian tahu rambu-rambu agama kalian. Itulah Al-Qur’an. Hendaklah kalian gembira dengannya, karena lebih baik dari seluruh yang kalian kumpulkan. Islam yang kalian diajak kepadanya dan Al-Qur’an yang diturunkan kepada kalian lebih baik bagi kalian daripada dunia dan seisinya.

Al-Qurthubi berkata di tafsirnya, tentang firman Allah Ta’ala, “Katakan, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” Abu Said Al-Khudri dan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Karunia Allah itu Al-Qur’an dan rahmat-Nya adalah Islam.” Keduanya juga berkata, “Karunia Allah itu Al-Qur’an dan rahmat-Nya ialah Dia menjadikan kalian pengikutnya.” Al-Hasan, Adh-Dhahak, Mujahid, dan Qatadah, berkata, “Karunia Allah itu iman dan rahmat-Nya adalah Al-Qur’an.”

Kita tegaskan lagi, jika gembira dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan kepada umat, maka gembira dengan beliau tidak berarti kita harus membuat bid’ah dalam agama, karena itu berarti menuduh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalai dalam menyampaikan risalah, menunaikan amanah, dan menasihati umat. Bukan dengan kita mengajak manusia mengerjakan bid’ah. Dan, bukan dengan membuat ajaran yang tidak pernah direstui Allah. Kita katakan kepada mereka, dengan perayaan malam Maulid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kalian menghidupkan peringatan satu malam yang lebih baik dari Lailatul Qadar. Ini seperti ditegaskan buku-buku Maliki dan ia nukil dari orang-orang sesat dan ahli bid’ah.

Yang dimaksud gembira dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah berpegang teguh pada Sunnah dengan memegangnya erat-erat, jauh dari segala macam bid’ah, dan beribadah kepada Allah sesuai dengan yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena mengamalkan sabda beliau,

Úóáóíúßõãú ÈöÓõäóøÊöíú æóÓõäóøÉö ÇáúÎõáóÝóÇÁö ÇáÑóøÇÔöÏöíúäó ÇáúãóåúÏöíöøíúäó ãöäú ÈóÚúÏöíú¡ ÚóÖõøæúÇ ÚóáóíúåóÇ ÈöÇáäóøæóÇÌöÐö¡ æóÅöíóøÇßõãú æóãõÍúÏóËóÇÊö ÇúáÃõãõæúÑö¡ ÝóÅöäóø ßõáóø ÈöÏúÚóÉò ÖóáÇóáóÉñ.


“Hendaklah kalian berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sepeninggalku. Pegang Sunnah tersebut kuat-kuat. Tinggalkan hal-hal baru yang diada-adakan, karena hal baru merupakan bid’ah dan semua bid’ah itu sesat.” (Diriwayatkan An-Nasai dan At-Tirmidzi). Inilah yang dimaksud gembira dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, cinta beliau, dan menghormati beliau. Itulah makna orang tidak beriman, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi orang yang paling ia cintai dari dirinya sendiri, harta, anak, ayah, dan seluruh manusia. Dengan penjelasan ini, maka terlihat bagi ulama, orang adil dan obyektif bahwa dalil Maliki tidak valid dan ia memahaminya tidak sesuai dengan semestinya.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001