Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Bukti-Bukti Pendukung Untuk Mengetahui Terjadinya Pemalsuan Dalam Sebuah Hadits (Bagian ke-2)

Rabu, 15 Mei 13

Bagian Kedua: Qara'in (Bukti-Bukti Pendukung) Yang Ada Pada Hadits Yang Diriwayatkan

Di antara Qara'in yang menunjukkan palsunya sebuah hadits adalah bukti-bukti atau indikasi-indikasi yang ada pada hadits tersebut. Qara'in tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teks Hadits Tersebut Menyelisihi Nash Al-Qur'an

Contohnya adalah: Hadits palsu yang mengatakan bahwa umur dunia ini adalah tujuh puluh ribu tahun, dan bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diutus pada seribu tahun terakhir. Hadits palsu tersebut diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitab al-Maudhu'at dengan lafazh:

" عُمُرُ الدُّنْيَا سَبْعَةُ أَيَّامٍ مِنْ أَيَّامِ الآخِرَةِ ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ سورة الحج آية 47 " . مَوْضُوعٌ

“ Umur Dunia itu tujuh hari dari hari-hari akhirat, Allah Ta'ala berfirman:“ Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj: 47) (Hadits palsu dibawakan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitab,"al-Maudhu'at")

Beliau (Ibnul Jauzi) berkata," Ini adalah hadits palsu."

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab,"al-Manar al-Munif", Maka hadits ini adalah dusta, karena kalau Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diutus pada seribu terakhir (dari umur dunia) -menurut dugaan dusta-, maka maknanya adalah bahwa tidak tersisa lagi waktu sampai datangnya kiamat kecuali sekitar 251 tahun saja (dihitung dari masa Ibnul Qayyim, ed). Dan ini bertentangan dengan Kitabullah Ta'ala, Dia lah yang berfirman:

يَسْئَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي لاَيُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلاَّ هُوَ ... {187}

" Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat:"Bilakah terjadinya"?. Katakanlah:"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. …" (QS. Al-A'raaf: 187)

Di samping itu ia juga menyelisihi realita."

2. Hadits Tersebut Menyelisihi Sunnah Shahihah (hadits yang shahih), dan tidak harus hadits yang diselisihi tersebut adalah hadits mutawatir, maka bisa jadi dia (hadits shahih yang diselisihi tersebut) mutawatir atau tidak mutawatir.

Maka jika perslisihan yang terjadi adalah perselisihan yang hakiki, yang mana tidak mungkin dikompromikan antara keduanya, tidak diketahui nasikh dan mansukhnya, dan tidak mungkin ditarjih (tarjih adalah menguatkan salah satu dalil dan meninggalkan dalil lain ketika terjadi perbedaan, ed) dengan menggunakan salah satu metode tarjih, serta kita dapatkan di dalam sanad hadits tersebut seseorang yang mungkin bertanggung jawab terhadap hadits tersebut, yang mana dia adalah seorang perawi yang tertuduh berdusta. Maka ini memungkinkan untuk mengatakan kepada hadits tersebut bahwa ia adalah hadits Maudhu' (palsu).

Contohnya adalah hadits-hadits dha'if yang menjelaskan bahwasanya barang siapa yang namanya Ahmad akan diampuni dosanya, dan akan dilindungi dari Neraka. Padahal yang dijadikan acuan adalah ketakwaan, nama-nama seseorang tidak ada kaitannya dengan masalah tersebut.

3. Hadits Tersebut Menyelisihi Akal Sehat

Namun kita perlu menggarisbawahi (memperhatikan) kata terakhir (yaitu akal sehat, ed), karena orang-orang Mu'tazilah, mereka mendewakan akal mereka dan menjadikannya sebagai hakim (pemberi keputusan) terhadap nash-nash syari'at, sehingga mereka menolak sebagian nash-nash yang shahih, bahkan yang mendekati mutawatir dengan alasan karena nash tersebut menyelisihi akal. Ini yang tidak kita maksudkan (tidak kita inginkan), akan tetapi kita katakan:" Menyelsihi akal yang sehat dan selamat."

Contohnya adalah hadits palsu yang dibuat oleh salah seorang zindiq (kafir) untuk menjelek-jelekkan Islam, dan lafazhnya adalah:


إن الله عز وجل خلق الفرس ، فأجراها ، فعرقت ثم خلق نفسه منها

" Allah menciptakan kuda, lalu Dia mempekerjakannya hingga berkeringat, lalu Dia menciptakan dirinya dari keringat tersebut." ( Hadits palsu)

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:" Tidak diragukan lagi palsunya hadits ini, dan seorang muslim tidak mungkin membuat hadits palsu seperti ini."

Imam as-Suyuthi rahimahullah berkata:" Palsu"

4. Hadits Tersebut Rendah (Kacau) Susunan Kalimatnya

Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dikaruniai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala Jamwami' al-Kalim (kata yang ringkas namun luas maknanya), beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling fasih dalam berbahasa. Maka jika kita temukan sebuah hadits yang lafazhnya kacau (rendah), kita mengetahui bahwa ia bukanlah dari perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Contohnya adalah apa yang dibuat oleh para tukang dongeng untuk menyedot harta manusia. Dan di dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan burung yang memiliki sekian dan sekian sayap, sekian dan sekian paruh, di masing-masing paruh tersebut terdapat tujuh puluh ribu lisan (lisah), dan masing-masing lisan bertasbih (mensucikan Allah) sebanyak tujuh puluh ribu bahasa. (lihat al-Maudhu'at, Ibnul Jauzi 1/62)

Contoh lain: Hadits yang dibawakan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya al-Maudhu'at (2/112):

(مَنْ صَلى الضُحَى يَومَ الجُمُعة كذا ركعة و قال فيها كذا)

"Barang siapa shalat Dhuha pada hari jum'at sekian raka'at, dan di dalamnya membaca ini dan itu…..(dan seterusnya sampai akhir hadits)

Kemudian disediakan pahala untuknya dengan pahala yang tidak sebanding dengan pahala ibadahnya orang yang paling rajin beribadah semenjak Allah menciptakan makhluk-Nya.

5. Hadits Tersebut Diriwayatkan Dengan Lafazh Tertentu, Namun Perawi Menambahkannya untuk Tujuan Tertentu Wallahu A'lam
(Sumber: شرح نخبة الفكر karya Syaikh Dr. Sa'd bin 'Abdullah Alu Humaid, hal 79-81. Diterjemahkan dengan sedikit tambahan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=346