Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Agar Berada di Antara Rasa Takut dan Harapan
Selasa, 14 Februari 23

**
Soal :

Seorang wanita dari Damam mengatakan, ‘Syaikh, yang mulia, bagaimanakah caranya agar seorang mukmin itu berada di antara harap dan takut ? Bila mana pada diri seseorang terdapat rasa takut yang berlebihan, sementara aku tahu bahwa karunia Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-terhadap para hamba-Nya itu banyak. Dan bahwa rahmat-Nya mendahului murka-Nya, namun aku selalu saja takut sekali karena kekurangan dan keteledoranku.

Aku memohon kepada Allah agar kiranya mengaruniakan kepada kami dan Anda pemaafan-Nya dan karunia-Nya.

Bimbinglah kami dalam naugan pertanyaan ini !

Jawab :

Syaikh –ÑóÍöãóåõ Çááåõ-menjawab,

“Seorang mukmin itu wjiib untuk berjalan menuju kepada Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- dengan berada di antara rasa takut dan harapan seperti layaknya dua sayap burung. Imam Ahmad-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan,’Selayaknya rasa takutnya dan harapannya satu (tidak berat sebelah), maka mana saja dari dua hal itu lebih mendominasi, niscaya pemiliknya binasa.’

Maka, seorang insan apabila melihat dosa-dosanya dan kekurangan dan kecerobohan yang dilakukannya terkait dalam memenuhi hak-hak Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- dan hak-hak para hamba, hendaknya ia merasa takut. Sedangkan apabila ia merenungkan karunia Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì- dan luasnya rahmat-Nya, serta pemaafan-Nya dan ampunan-Nya, ia sangat menginginkannya dan kembali (kepada-Nya). Jadi, hendaknya rasa takutnya dan harapannya satu. Hal itu karena, bilamana harapan itu mendominasi dirinya, dikhawatirkan ia bakal meresa aman dari makar Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì-, sementara jika rasa takunya yang mendominasi dirinya, dikhawatirkan ia akan putus asa dari rahmat Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì-. Kedua kondisi tersebut tentu berbahaya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – telah berfirman tentang para wali-Nya dan para Nabi-Nya,


Åöäøóåõãú ßóÇäõæÇ íõÓóÇÑöÚõæäó Ýöí ÇáúÎóíúÑóÇÊö æóíóÏúÚõæäóäóÇ ÑóÛóÈðÇ æóÑóåóÈðÇ æóßóÇäõæÇ áóäóÇ ÎóÇÔöÚöíäó [ÇáÃäÈíÇÁ : 90]


Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami (al-Anbiya : 90)

Dan, sebagian ulama ada yang mengatakan, ‘Jika seseorag melakukan ketaatan-ketaatan, maka hendaklah ia lebih mengedepankan sisi harapan dan penerimaan, dan bahwa Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì-itu tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang yang baik amalnya, dan jika seseorang melakukan hal-hal yang diharamkan, hendaknya ia lebih mengedepankan rasa takutnya, ia takut keburukan-keburukannya itu akan mengakibatkan datangnya hukuman-hukuman terhadapnya dalam waktu dekat dan pada masa yang akan datang.

Yang lainnya dari kalangan para ulama mengatakan, ‘Dalam kondisi sehat hendaknya lebih mengedepankan sisi takutnya, agar hal itu mendorongnya untuk melakukan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Sedangkan ketika dalam kondisi sakit yang dikhawatirkan ia akan menjumpai rabbnya karenanya, hendaklah ia lebih mengedepankan sisi harapannya, agar ia meninggal dunia dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-.

Bagaimana pun keadaannya, wajib atas seorang insan berusaha agar rasa takutnya tidak menguasai dirinya hingga ia akan merasa putus asa dari rahmat Allah, atau rasa harapannya tidak menguasai dirinya sehingga ia akan merasa aman dari makar Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-. Hendaknya ia berjalan menuju kepada Allah -ÚóÒøóæóÌóáøó- dengan berada di antara ini (ras takut) dan ini (harapan).

Wallahu Muwaffiq

Wallahu A’lam

Sumber :

(Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, 1/84-85 (Soal No. 47)


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfatwa&id=1922