Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Pujian Kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-

Jumat, 19 Agustus 22
**

Ketahuilah bahwa pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- merupakan doa yang paling agung. Hal tersebut termasuk bentuk pendekatan diri yang paling agung yang dilakukan oleh orang-orang yang berupaya mendekatkan dirinya kepada Rabb bumi dan langit.

Pujian kepada-Nya, faedahnya banyak sekali, tak terhitung jumlahnya. Buahnya dan pengaruhnya terhadap orang-orang yang memuji-Nya demikian pula. Pahalanya di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sangat besar dan melimpah. Karena sesungguhnya Allah –ÚóÒøó æóÌóáøó – Maha Terpuji dan mencintai pujian.

Dengan pujian kepada-Nya, Allah –ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membuka kitab-Nya. Dan, surat al-Hamd (yakni, surat al-Fatihah) merupakan surat paling utama di dalam al-Qur’an. Dia–ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga membuka sebagian surat di dalam al-Qur’an dengan pujian kepada-Nya. Dia–ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga menyebutkan ‘pujian’ di lebih dari 40 tempat di dalam al-Qur’an. Dia–ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membuka penciptaanNya dengan ‘pujian kepada-Nya’, seraya berfirman,


{ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÎóáóÞó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖó æóÌóÚóáó ÇáÙøõáõãóÇÊö æóÇáäøõæÑó Ëõãøó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÑóÈøöåöãú íóÚúÏöáõæäó} [ÇáÃäÚÇã:1] ¡


Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan kegelapan-kegelapan dan cahaya. Sungguhpun demikian, orang-orang yang kufur mempersamakan tuhan mereka (dengan sesuatu yang lain). (al-An’am : 1)

Dia–ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga menutup penciptaanNya dengan ‘pujian kepada-Nya’, seraya berfirman -setelah Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyebutkan kesudahan penduduk Surga dan kesudahan penduduk Nereka-,


{æóÊóÑóì ÇáúãóáóÇÆößóÉó ÍóÇÝøöíäó ãöäú Íóæúáö ÇáúÚóÑúÔö íõÓóÈøöÍõæäó ÈöÍóãúÏö ÑóÈøöåöãú æóÞõÖöíó Èóíúäóåõãú ÈöÇáúÍóÞøö æóÞöíáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó} [ÇáÒãÑ:75] ¡


Engkau (Nabi Muhammad) akan melihat Malaikat melingkar di sekeliling ʻArasy. Mereka bertasbih sambil memuji Tuhannya. (Urusan) di antara mereka (seluruh makhluk) diputuskan dengan hak (adil). (Ketika itu) dikatakan, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (az-Zumar : 75)

Dan, pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- merupakan doa terakhir yang dipanjatkan oleh para penduduk Surga. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


{ÏóÚúæóÇåõãú ÝöíåóÇ ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÊóÍöíøóÊõåõãú ÝöíåóÇ ÓóáóÇãñ æóÂóÎöÑõ ÏóÚúæóÇåõãú Ãóäö ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó} [íæäÓ:10] .


Doa mereka di dalamnya adalah “Subhānakallāhumma” (‘Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami’) penghormatan mereka di dalamnya adalah (ucapan) salam, dan doa penutup mereka adalah “Alḥamdu lillāhi rabbil ‘ālamīn” (‘segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’) (Yunus : 10)

Wahai orang-orang yang beriman !

Rabb kita-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Dialah Dzat yang Maha Terpuji. Maka, termasuk nama-nama-Nya yang terindah adalah "ÇóáúÍóãöíúÏõ" (al-Hamid, Maha Terpuji). Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menyebutkan nama ini di dalam al-Qur’an di lebih dari 15 tempat. Di antaranya yaitu firman-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


{íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÃóäúÊõãõ ÇáúÝõÞóÑóÇÁõ Åöáóì Çááøóåö æóÇááøóåõ åõæó ÇáúÛóäöíøõ ÇáúÍóãöíÏõ} [ÝÇØÑ:15] .


Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Fathir : 15)

"ÇóáúÍóãöíúÏõ" (al-Hamid, Maha Terpuji) merupakan nama yang agung lagi mulia yang menunjukkan kepada kesempurnaan penyematan sifat Rabb kita-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan ‘pujian’ dan keberkahan diri-Nya menyandang sifat tersebut. Maka, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Dzat yang Maha Terpuji, Dzat yang berhak menyandang sifat tersebut, karena Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang tinggi, dan oleh karena Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memiliki kesempurnaan, kemuliaan dan keagungan, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Dzat yang Maha Terpuji atas nikmat-nikmat-Nya yang terus-menerus diberikan kepada para hamba-Nya dan makhluk-Nya yang jumlahnya tidak terhingga banyaknya.


æóÂÊóÇßõãú ãöäú ßõáøö ãóÇ ÓóÃóáúÊõãõæåõ æóÅöäú ÊóÚõÏøõæÇ äöÚúãóÊó Çááøóåö áóÇ ÊõÍúÕõæåóÇ Åöäøó ÇáúÅöäúÓóÇäó áóÙóáõæãñ ßóÝøóÇÑñ [ÅÈÑÇåíã : 34]


Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur (Ibrahim : 34)

Wahai hamba-hamba Allah !

Nabi kita Muhammad- Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah imam orang-orang yang banyak memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dan di tangannyalah nanti pada hari Kiamat bendera ‘pujian’ berada. Bendera ‘pujian’ tersebut merupakan bendera sebenarnya yang dipengang oleh tangan beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Di bawah bendera ‘pujian’ inilah orang-orang yang banyak memuji-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari kalangan orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan-bakal berkumpul.

Di dalam sunan at-Tirmidzi disebutkan hadis dari Abu Sa’id al-Khudriy- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


(( ÃóäóÇ ÓóíøöÏõ æóáóÏö ÂÏóãó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö æóáóÇ ÝóÎúÑó ¡ æóÈöíóÏöí áöæóÇÁõ ÇáúÍóãúÏö æóáóÇ ÝóÎúÑó ¡ æóãóÇ ãöäú äóÈöíøò íóæúãóÆöÐò ÂÏóãõ Ýóãóäú ÓöæóÇåõ ÅöáøóÇ ÊóÍúÊó áöæóÇÆöí ))


Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari Kiamat dan bukannya sombong, di tangankulah (tergenggam) bendera ‘al-Hamd’ dan bukannya sombong, dan tidak ada seorang nabi pun pada hari itu, baik Adam atau selainnya kecuali berada di bawah benderaku.

Maka, orang-orang yang banyak memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dari kalangan orang-orang terdahulu hingga orang-orang belakangan mereka akan berkumpul di bawah bendera ‘al-Hamd’ yang diberkahi nan mulia ini yang berada pada genggaman tangan imam orang-orang yang banyak memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Somoga shalawat dan salam dicurahkan kepadanya.

Wahai hamba-hamba Allah !

Semakin seorang hamba memperbanyak pujian kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- niscaya ia semakin berpeluang untuk menempati tempat yang dekat dengan bendera ini.

Di dalam Surga pun ada sebuah rumah yang dinamakan dengan ‘ÈóíúÊõ ÇáúÍóãúÏö ‘ (baitul hamdi, rumah pujian). Rabb kita Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengkhususkannya untuk orang-orang yang banyak memuji-Nya baik dalam kondisi lapang maupun sempit, baik dalam kondisi berkecukupan atau pun dalam kondisi kekurangan.

Datang di dalam sunan at-Tirmidzi dan yang lainnya, bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


(( ÅöÐóÇ ãóÇÊó æóáóÏõ ÇáúÚóÈúÏö ÞóÇáó Çááøóåõ áöãóáóÇÆößóÊöåö ÞóÈóÖúÊõãú æóáóÏó ÚóÈúÏöí ÝóíóÞõæáõæäó äóÚóãú ÝóíóÞõæáõ ÞóÈóÖúÊõãú ËóãóÑóÉó ÝõÄóÇÏöåö ÝóíóÞõæáõæäó äóÚóãú ÝóíóÞõæáõ ãóÇÐóÇ ÞóÇáó ÚóÈúÏöí ÝóíóÞõæáõæäó ÍóãöÏóßó æóÇÓúÊóÑúÌóÚó ÝóíóÞõæáõ Çááøóåõ ÇÈúäõæÇ áöÚóÈúÏöí ÈóíúÊðÇ Ýöí ÇáúÌóäøóÉö æóÓóãøõæåõ ÈóíúÊó ÇáúÍóãúÏö ))


Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman kepada para Malaikat-Nya,’kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku’. Mereka pun mengatakan, ‘Iya.’ Lalu, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman, ‘Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya ?.’ Mereka pun menjawab,’Iya.’ Lalu, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman, ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku ?’, mereka pun menjawab, ‘Dia (hamba-Mu) memuji-Mu dan beristirja’ (mengucapkan, ÅöäøóÇ áöáøóåö æóÅöäøóÇ Åöáóíúåö ÑóÇÌöÚõæäó (innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji’uun, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Maka, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun berfirman (kepada para malaikat-Nya), ‘Bangunkanlah sebuah rumah untuk hamba-Ku ini di dalam Surga dan namakanlah rumah tersebut dengan ÈóíúÊó ÇáúÍóãúÏö (bait al-Hamdi, rumah pujian).

Wahai hamba-hamba Allah !

Selayaknya seorang mukmin, orang beriman itu memanfaatkan secara baik hidupnya dan menggunakan waktu-waktunya untuk banyak memuji kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-di setiap waktu dan kesempatan, terlebih lagi di waktu-waktu yang sangat ditekankan untuk memuji-Nya. Sungguh Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- membuka khutbah-khutbahnya dengan pujian-pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pun biasa memperbanyak memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- di dalam shalatnya dan di penghujung dari shalatnya.

Shalat itu ditegakkan di atas pujian-pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Shalat itu dibuka dengan pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- (setelah takbiratul ihram dan doa iftitah), dan (membaca) surat al-Hamd (al-Fatihah) merupakan rukun dari rukun-rukun shalat.

Nabi kita-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-biasa mengucapkan di dalam rukuk dan sujudnya,


((ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÈöÍóãúÏößó¡ Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑú áöí))¡


Maha suci Engkau, ya Allah dan dengan pujian kepada-Mu, ya Allah ampunilah aku.

Ketika beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bangkit dari rukuk, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mengucapkan,


(( ÑóÈøóäóÇ æóáóßó ÇáúÍóãúÏõ ãöáúÁó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóãöáúÁó ÇáúÃóÑúÖö æóãöáúÁó ãóÇ ÈóíúäóåõãóÇ æóãöáúÁó ãóÇ ÔöÆúÊó ãöäú ÔóíúÁò ÈóÚúÏõ ÃóÍóÞøõ ãóÇ ÞóÇáó ÇáúÚóÈúÏõ))


Wahai Rabb kami !, Untuk-Mu segala pujian, sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu setelah itu, (Pujian kepada-Mu) adalah sesuatu yang paling berhak untuk dikatakan oleh seorang hamba.

Yakni, bahwa pujian kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- merupakan sesuatu yang paling utama yang dikatakan oleh seorang hamba.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menutup shalatnya dengan menyebut nama Allah, ÇóáúÍóãöíúÏõ (Dzat Yang Maha Terpuji). Dan beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- biasa mengucapkan ’ ÇóáúÍóãúÏõ áöáøóåö ‘ (Segala puji bagi Allah) sebanyak 33 kali di penghujung setiap shalat (fardhunya). Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengucapkannya dalam kalimat-kalimat yang diucapkan beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berupa dzikir-dzikir pada penghujung shalat-shalat wajibnya.

Dan adalah Nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bila telah membaringkan diri di tempat pembaringannya untuk tidur, beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- memuji Rabbnya yang Maha Mulia, seraya mengucapkan,


((ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÃóØúÚóãóäóÇ æóÓóÞóÇäóÇ æóßóÝóÇäóÇ æóÂæóÇäóÇ Ýóßóãú ãöãøóäú áóÇ ßóÇÝöíó áóåõ æóáóÇ ãõÄúæöíó ))


Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberikan makan dan minum kepada kami, mencukupi kami dan melindungi kami. Betapa banyak orang yang tidak memiliki hal yang mencukupinya dan yang melindunginya.

Dan, ketika beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bangun, beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pun memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- .

[Di antara pujian beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-kala itu adalah dengan beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengucapkan,


ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÃóÍúíóÇäóÇ ÈóÚúÏó ãóÇ ÃóãóÇÊóäóÇ æóÅöáóíúåö ÇáäøõÔõæÑõ


Segala puji bagi Allah Dzat yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya tempat kembali-pen]

Dengan demikian, maka beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- membuka harinya dengan ‘pujian kepada-Nya’ dan menutup harinya dengan ‘pujian kepada-Nya’ pula.

Beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pun memperbanyak memuji-Nya di setiap waktu dan kesempatan.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pun pernah bersabda,


((Åöäøó Çááøóåó áóíóÑúÖóì Úóäú ÇáúÚóÈúÏö Ãóäú íóÃúßõáó ÇáúÃóßúáóÉó ÝóíóÍúãóÏóåõ ÚóáóíúåóÇ Ãóæú íóÔúÑóÈó ÇáÔøóÑúÈóÉó ÝóíóÍúãóÏóåõ ÚóáóíúåóÇ)) ÑæÇå ãÓáãñ Ýí ÕÍíÍå ¡


Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba ketika (usai) makan makan lantas ia memuji-Nya atas nikmat makanan yang dikonsumsinya atau ia minum minuman lantas ia pun memuji-Nya atas nikmat minuman yang telah diminumnya. (Diriwayatkan imam Muslim di dalam shahihnya)

Dan, imam at-Tirmidzi meriwayatkan di dalam Jami’nya dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, beliau bersabda,


((ãóäú Ãóßóáó ØóÚóÇãðÇ ÝóÞóÇáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÃóØúÚóãóäöí åóÐóÇ æóÑóÒóÞóäöíåö ãöäú ÛóíúÑö Íóæúáò ãöäøöí æóáóÇ ÞõæøóÉò ÛõÝöÑó áóåõ ãóÇ ÊóÞóÏøóãó ãöäú ÐóäúÈöåö )) ¡


Barang siapa mengonsumsi makanan, lalu ia mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberi makan kepadaku makanan ini dan mengaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.

Dan, adalah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ketika mengenakan pakain baru atau imamah, beliau menyebutnya kemudian berdoa,


(( Çááøóåõãøó áóßó ÇáúÍóãúÏõ ÃóäúÊó ßóÓóæúÊóäöíåö ¡ ÃóÓúÃóáõßó ÎóíúÑóåõ æóÎóíúÑó ãóÇ ÕõäöÚó áóåõ æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøöåö æóÔóÑøö ãóÇ ÕõäöÚó áóåõ )) ¡


Ya Allah !, Hanya milik-Mu segala puji, Engkaulah yang memberi pakaian ini kepadaku. Aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang ia diciptakan karenanya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan yang ia diciptakan karenanya.

Dan, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


((ÅöÐóÇ ÚóØóÓó ÃóÍóÏõßõãú ÝóáúíóÍúãóÏú Çááøóåó ))


Apabila salah seorang di antara kalian bersin, maka hendaklah ia memuji Allah.

Karena, bersin itu merupakan nikmat, dan seorang hamba hendaknya memiliki perhatian untuk memuji sang pemberi nikmat, banyak bersyukur kepada-Nya, menyanjung-Nya di setiap waktu dan kesempatan.

Wahai hamba-hamba Allah !

Sejatinya ‘pujian kepada-Nya’ itu sendiri merupakan nikmat. Karenanya, barang siapa yang diberi taufiq (oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) untuk memuji-Nya maka ia telah diberi taufiq (untuk bersyukur) atas nikmat yang paling agung. Karena sesungguhnya nikmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang diberikan kepada para hamba-Nya berupa dapat memuji-Nya jauh lebih besar daripada kenikmatan berupa makan, minum, pasangan hidup, kesehatan dan nikmat-nikmat lainnya. Sebagaiamna dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Majah, bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


((ãóÇ ÃóäúÚóãó Çááøóåõ Úóáóì ÚóÈúÏò äöÚúãóÉð ÝóÞóÇáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÅöáøóÇ ßóÇäó ÇáøóÐöí ÃóÚúØóÇåõ ÃóÝúÖóáó ãöãøóÇ ÃóÎóÐó))


Tidaklah Allah mengarunikan kepada seorang hamba suatu kenikmatan, lalu ia mengucapkan, ‘ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö’ (Segala puji bagi Allah) melainkan apa yang telah diberikan kepadanya lebih utama daripada sesuatu yang telah diambilnya.

Yakni, bahwa sesuatu yang telah Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berikan kepada seorang hamba, yaitu, ‘pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-’ -di mana hal itu merupakan sebuah karunia dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-kepadanya- adalah lebih utama daripada apa-apa yang telah diambilnya berupa kenikmatan-kenikmatan duniawi, baik berupa kesehatan, ‘afiyat, harta, anak, pasangan hidup dan yang lainnya.

Dan, ÇóáúÍóãúÏõ ‘pujian (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) itu’ merupakan seutama-utama doa, sebagaimana halnya bahwa áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ (kalimat tauhid) merupakan seutama-utama sanjungan (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-).

Dalam sebuah hadis yang shahih, dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-beliau bersabda,


((ÃóÝúÖóáõ ÇáÐøößúÑö áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ ¡ æóÃóÝúÖóáõ ÇáÏøõÚóÇÁö ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö )).


Seutama-utama dzikir adalah áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) dan seutama-utama doa adalah ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö (segala puji bagi Allah)

ÇóáúÍóãúÏõ, ‘pujian (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) itu’ memenuhi timbangan pada hari Kiamat kelak.

Di dalam shahih Muslim, Abu Malik al-Asy’ari-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-meriwayatkan bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


((ÇáØøõåõæÑõ ÔóØúÑõ ÇáúÅöíãóÇäö æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÊóãúáóÃõ ÇáúãöíÒóÇäó æóÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÊóãúáóÂóäö Ãóæú ÊóãúáóÃõ ãóÇ Èóíúäó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö)).


Bersuci separoh iman, alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallah dan alhamdulillah akan memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi

Wahai hamba-hamba Allah !

Maka dari itu, hendaklah kita menjadi golongan orang-orang yang banyak memuji Rabb kita Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Hendaknya pula kita memperbanyak memuji Rabb kita Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Sesungguhnya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Dzat yang Maha Terpuji dan menyukai pujian.

Ya Allah ! Berikanlah taufiq kepada kami untuk memuji-Mu dan memperbagus sanjungan kepada-Mu, wahai Dzat yang Maha Terpuji, Wahai Dzat yang Maha Mulia.

Ya Allah ! Jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang banyak memuji-Mu, yang memuji-Mu di saat lapang dan sempit, dan di setiap saat dan sekempatan.

Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Fadhail al-Hamdu Lillahi, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-



Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=987