Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Asyura dan Kebinasaan Fir’aun

Jumat, 05 Agustus 22
**

Asyura adalah hari ke-10 dari bulan Muharam. Hari ini memiliki keistimewaan dan puasa pada hari ini memiliki keutamaan. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah mengistimewakannya dan Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-memotivasi kita agar melakukan puasa padanya.

Asyura merupakan hari di mana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyelamatkan Nabi Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-dan kaumnya dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menenggelamkan Fir'aun beserta bala tentaranya. Maka, Nabi Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-berpuasa sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, kemudian Nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berpuasa pada hari tersebut.

Hal ini berdasarkan apa yang diriwayatkan Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, ia berkata, "Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura. Ketika mereka ditanya tentang hal itu, mereka pun menjawab, 'Hari ini adalah hari dimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memenangkan Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-dan Bani Israil atas Fir'aun, karenanya, kami berpuasa pada hari ini sebagai bentuk pengagungan terhadap hari tersebut. Mendengar hal itu, maka Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


äóÍúäõ Ãóæúáóì ÈöãõæúÓóì ãöäúßõãú


(Kami lebih utama terhadap Musa daripada kalian)
Lalu, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-perintahkan (kepada para sahabatnya) untuk berpuasa hari itu. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam satu riwayat milik imam Muslim,



ÝóÕóÇãóåõ ãõæúÓóì ÔõßúÑðÇ¡ ÝóäóÍúäõ äóÕõæúãõåõ...


Maka Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-berpuasa hari itu sebagai bentuk kesyukuran, karena itu kami pun berpuasa...

Fir’aun Beriman dan Tanda Kekuasaan Tuhan Semesta Alam
Ketika Fir’aun hampir tenggelam, ternyata ia menyatakan dirinya beriman. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÌóÇæóÒúäóÇ ÈöÈóäöí ÅöÓúÑóÇÆöíáó ÇáúÈóÍúÑó ÝóÃóÊúÈóÚóåõãú ÝöÑúÚóæúäõ æóÌõäõæÏõåõ ÈóÛúíðÇ æóÚóÏúæðÇ ÍóÊøóì ÅöÐóÇ ÃóÏúÑóßóåõ ÇáúÛóÑóÞõ ÞóÇáó ÂãóäúÊõ Ãóäøóåõ áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÇáøóÐöí ÂãóäóÊú Èöåö Èóäõæ ÅöÓúÑóÇÆöíáó æóÃóäóÇ ãöäó ÇáúãõÓúáöãöíäó (90) ÂáúÂäó æóÞóÏú ÚóÕóíúÊó ÞóÈúáõ æóßõäúÊó ãöäó ÇáúãõÝúÓöÏöíäó (91) ÝóÇáúíóæúãó äõäóÌøöíßó ÈöÈóÏóäößó áöÊóßõæäó áöãóäú ÎóáúÝóßó ÂíóÉð æóÅöäøó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö Úóäú ÂíóÇÊöäóÇ áóÛóÇÝöáõæäó (92) [íæäÓ : 90 - 92]


Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir'aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menzhalimi dan menindas (mereka); Sehingga ketika Fir'aun hampir tenggelam ia berkata: "Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Yunus : 90-92)

Yaitu, ketika Bani Israil bersama Musa melintasi lautan dengan pertolongan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, lalu ketika yang terakhir di antara mereka keluar dari lautan, saat itulah Fir’aun dan bela tentaranya tiba di tepi lautan di sisi lain. Fir’aun dan bala tentaranya mengejar mereka untuk bertindak semena-mena terhadap mereka. Setelah mereka semua berada di tengah lautan di jalan-jalan dasar laut yang telah dilalui Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ-dan para pengikutnya, Allah Yang Maha Kuasa memerintahkan lautan agar menutup mereka. Gelombang lautan menutup mereka hingga mereka semua tergulung ombak tanpa seorang pun yang selamat. Ombak bergulung-gulung berada di atas Fir’aun, hingga ia mengalami sakaratul maut. Di saat seperti itu, ia berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Ia baru beriman di saat-saat iman tidak lagi membawa guna baginya, karena iman ini baru muncul ketika yang bersangkutan sudah melihat adzab. Seperti itulah ketentuan Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – yang tidak menerima keimanan orang kafir ketika adzab turun menimpanya.
Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –berfirman,


ÝóáóãøóÇ ÑóÃóæúÇ ÈóÃúÓóäóÇ ÞóÇáõæÇ ÂãóäøóÇ ÈöÇááøóåö æóÍúÏóåõ æóßóÝóÑúäóÇ ÈöãóÇ ßõäøóÇ Èöåö ãõÔúÑößöíäó (84) Ýóáóãú íóßõ íóäúÝóÚõåõãú ÅöíãóÇäõåõãú áóãøóÇ ÑóÃóæúÇ ÈóÃúÓóäóÇ ÓõäøóÊó Çááøóåö ÇáøóÊöí ÞóÏú ÎóáóÊú Ýöí ÚöÈóÇÏöåö æóÎóÓöÑó åõäóÇáößó ÇáúßóÇÝöÑõæäó (85) [ÛÇÝÑ : 84 ¡ 85]


“Maka ketika mereka melihat adzab Kami, mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.’ Maka iman mereka ketika mereka telah melihat adzab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah (ketentuan) Allah yang telah berlalu terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.” (Ghafir : 84-85)

Karena itulah Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –menjawab ketika Fir’aun mengatakan beriman,


ÂáúÂäó æóÞóÏú ÚóÕóíúÊó ÞóÈúáõ


“Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu.”

Yakni, apakah kamu mengatakan seperti itu padahal sebelumnya sejak dulu kala kamu durhaka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-


æóßõäúÊó ãöäó ÇáúãõÝúÓöÏöíäó


dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Yaitu, di bumi bersama orang-orang yang meyesatkan orang lain.


ÝóÇáúíóæúãó äõäóÌøöíßó ÈöÈóÏóäößó áöÊóßõæäó áöãóäú ÎóáúÝóßó ÂíóÉð


Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu.

Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-dan kalangan salaf lainnya berkata, “Sebagian Bani Israil meragukan kematian Fir’aun. Mereka mengutarakan hal itu kepada Musa. Lalu Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –memerintahkan lautan agar memuntahkan jasad Fir’aun secara utuh tanpa nyawa di sebuah tempat tinggi agar mereka memastikan Fir’aun sudah mati. Karena itulah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÝóÇáúíóæúãó äõäóÌøöíßó ÈöÈóÏóäößó


Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu

Yaitu, Kami mengangkat jasadmu tanpa nyawa di sebuah tempat di bumi.


áöÊóßõæäó áöãóäú ÎóáúÝóßó ÂíóÉð


agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu

agar Bani Israil punya bukti bahwa kamu sudah mati dan binasa, agar mereka mengenali dan memastikan kematianmu, dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Yang Maha Kuasa, ubun-ubun setiap makhluk berada di tangan-Nya.

Sebagian ulama berkata, (makna dari ungkapan) ‘menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu’ yaitu bagi generasi-generasi yang setelahmu. Nyatanya, firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, ‘menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu’ berlaku untuk kedua pendapat tersebut. Yaitu untuk pendapat yang menyatakan bahwa mereka ini adalah Bani Israil. Juga untuk pendapat yang menyatakan untuk generasi-generasi yang datang setelahmu.

Adanya Fir’aun menjadi ‘pelajaran’ maksudnya untuk menunjukkan kepada seluruh manusia bahwa Fir’aun hanya seorang hamba, ia manusia hina, pengakuan bahwa dirinya tuhan adalah batil belaka, tingginya kedudukan dan kebesaran kerajaan yang ia miliki pada akhirnya berujung seperti yang Anda lihat sendiri karena ia durhaka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Lalu bagaimana dengan selain dia ?

Atau maknanya demikian, ‘agar kamu (Fir’aun) menjadi pelajaran bagi umat-umat setelahmu, sehingga mereka tidak berani melakukan seperti yang kamu lakukan bila mereka mengetahui kondisi dan kehinaanmu di mata Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –, dan hukuman yang Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –berikan sebagai balasan atas kesewenang-wenangan dan kekafiranmu.’ [1]


æóÅöäøó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö Úóäú ÂíóÇÊöäóÇ áóÛóÇÝöáõæäó


tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.

Yaitu, berpaling untuk merenungkan dan memikirkan tanda-tanda kebesaran Kami. [2]

Sebab-sebab Kebinasaan Fir’aun dan Bala Tentaranya
Ada pelajaran yang bisa diambil dari ayat-ayat al-Qur’an terkait kisah kebinasaan Fir’aun dan bala tentaranya yang ditenggelamkan di lautan. Yaitu, mereka binasa karena Fir’aun mengaku dirinya Tuhan, lalu pengakuan terserbut diikuti kaumnya termasuk bala tentaranya. Selain itu, mereka mendustakan ayat-ayat Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –, lalai dan berpaling darinya, sombong, lalim, melampaui batas dalam berbuat maksiat yang mengharuskan adzab turun menimpa mereka dan tidak perlu diberi tangguh lebih lama.

a. Fir’aun Mengaku Rabb dan Tuhan
Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –mengabarkan kepada kita terkait pengakuan Fir’aun ini. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman menuturkan tentang Fir’aun terkait pengakuan batilnya ini.


æóÞóÇáó ÝöÑúÚóæúäõ íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáúãóáóÃõ ãóÇ ÚóáöãúÊõ áóßõãú ãöäú Åöáóåò ÛóíúÑöí [ÇáÞÕÕ : 38]


Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagi kalian selainku…(al-Qashash : 38)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman menuturkan tentang pengakuan Fir’aun sebagai rabb :


ÝóÍóÔóÑó ÝóäóÇÏóì (23) ÝóÞóÇáó ÃóäóÇ ÑóÈøõßõãõ ÇáúÃóÚúáóì (24) [ÇáäÇÒÚÇÊ : 23 ¡ 24]


Maka, dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru (memanggil kaumnya). Dia berkata, “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.” (an-Nazi’at : 23-24)

Kaumnya menaatinya, termasuk bala tentaranya. Mereka mengikuti pengakuan batil Fir’aun ini, dan juga kezhaliman yang ia perintahkan kepada mereka berdasarkan pengakuan batil Fir’aun ini. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang mereka :


ÝóÇÓúÊóÎóÝøó Þóæúãóåõ ÝóÃóØóÇÚõæåõ Åöäøóåõãú ßóÇäõæÇ ÞóæúãðÇ ÝóÇÓöÞöíäó [ÇáÒÎÑÝ : 54]


Maka, dia (Fir‘aun) telah mempengaruhi kaumnya sehingga mereka patuh kepadanya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (az-Zukhruf : 54)

b. Fir’aun Mendustakan Tanda-tanda Kebesaran Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÝóÇäúÊóÞóãúäóÇ ãöäúåõãú ÝóÃóÛúÑóÞúäóÇåõãú Ýöí Çáúíóãøö ÈöÃóäøóåõãú ßóÐøóÈõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ æóßóÇäõæÇ ÚóäúåóÇ ÛóÇÝöáöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 136]


Maka, Kami membalas mereka (dengan siksa yang lebih berat). Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang lengah terhadapnya. (al-A’raf : 136)

c. Sombong dan Zhalim

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman menuturkan tentang kesombongan dan kezhaliman Fir’aun dan bala tentaranya :


æóÇÓúÊóßúÈóÑó åõæó æóÌõäõæÏõåõ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÈöÛóíúÑö ÇáúÍóÞøö æóÙóäøõæÇ Ãóäøóåõãú ÅöáóíúäóÇ áóÇ íõÑúÌóÚõæäó (39) ÝóÃóÎóÐúäóÇåõ æóÌõäõæÏóåõ ÝóäóÈóÐúäóÇåõãú Ýöí Çáúíóãøö ÝóÇäúÙõÑú ßóíúÝó ßóÇäó ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáÙøóÇáöãöíäó (40) [ÇáÞÕÕ : 39 ¡ 40]


Dia (Firʻaun) dan bala tentaranya bersikap sombong di bumi tanpa (alasan yang) benar. Mereka mengira bahwa sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.

Kami menghukum dia (Firʻaun) dan bala tentaranya. Kami menenggelamkan mereka ke dalam laut. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zhalim. (al-Qashash : 39-40)

Yaitu, Fir’aun dan bala tentaranya berbuat melampaui batas, semena-mena, banyak melakukan kerusakan, dan menzhalimi manusia [3]

d. Berlebihan dalam Melakukan Berbagai Kemaksiatan

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang Fir’aun dan bala tentaranya :


ÝóáóãøóÇ ÂÓóÝõæäóÇ ÇäúÊóÞóãúäóÇ ãöäúåõãú ÝóÃóÛúÑóÞúäóÇåõãú ÃóÌúãóÚöíäó [ÇáÒÎÑÝ : 55]


Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut).” (az-Zukhruf : 55)

Yaitu, ketika mereka membuat Kami murka karena mereka berlebihan dalam berbuat maksiat, mereka telah mewajibkan Kami untuk segera menyiksa dan membalas mereka, dan Kami tidak akan menunda lebih lama dari yang telah Kami tangguhkan untuk mereka. [4]

Di antara kejahatan dan dosa bala tentara Fir’aun adalah membantu Fir’aun. Sebab-sebab kebinasaan bala tentara Fir’aun dan layaknya mereka mendapatkan azab seperti yang menimpa Fir’aun karena mereka menjadi pembantu dan pembela Fir’aun dalam berbuat semena-mena, zhalim, dan memperbudak manusia.

Andai mereka ini tidak ada, tentu Fir’aun tidak bisa sendirian berbuat kerusakan di muka bumi dan menzhalimi manusia. Karena bala tentaranya banyak, Fir’aun dengan leluasa berbuat semena-mena, melakukan kerusakan, dan berbuat zhalim.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Ãóáóãú ÊóÑó ßóíúÝó ÝóÚóáó ÑóÈøõßó ÈöÚóÇÏò (6) ÅöÑóãó ÐóÇÊö ÇáúÚöãóÇÏö (7) ÇáøóÊöí áóãú íõÎúáóÞú ãöËúáõåóÇ Ýöí ÇáúÈöáóÇÏö (8) æóËóãõæÏó ÇáøóÐöíäó ÌóÇÈõæÇ ÇáÕøóÎúÑó ÈöÇáúæóÇÏö (9) æóÝöÑúÚóæúäó Ðöí ÇáúÃóæúÊóÇÏö (10) ÇáøóÐöíäó ØóÛóæúÇ Ýöí ÇáúÈöáóÇÏö (11) ÝóÃóßúËóÑõæÇ ÝöíåóÇ ÇáúÝóÓóÇÏó (12) ÝóÕóÈøó Úóáóíúåöãú ÑóÈøõßó ÓóæúØó ÚóÐóÇÈò (13) [ÇáÝÌÑ : 6 - 13]


Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah, dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (tiang) yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu), maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka? (al-Fajr : 6-13)
Dalam tafsir firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóÝöÑúÚóæúäó Ðöí ÇáúÃóæúÊóÇÏö


dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (tiang)
menurut salah satu pendapat disebutkan bahwa, ‘yang mempunyai pasak-pasak’, karena banyaknya bala tentara yang ia miliki dan banyaknya pasak yang mereka tancapkan bila mereka singgah (di suatu tempat). Atau, karena Fir’aun menyiksa orang-orang dengan pasak-pasak. [5]

Sudah diketahui bahwa menyiksa orang-orang dengan pasak tentunya dilakukan oleh tentara-tentara Fir’aun. Fir’aun memerintahkan mereka menyiksa siapa saja yang ia kehendaki dengan menggunakan pasak-pasak atau dengan alat siksaan lainnya, lalu mereka melaksanakan perintahnya.


Wallahu A’lam

(Redaksi)

Referensi :
1. Ahkamu Syahrillahi al-Muharram, Dr. Nahar al-'Utaibiy-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ.
2. Al-Mustafad Min Qashashi al-Qur’an, Dr. Abdul Karim Zaidan- ÍóÝöÙóåõ Çááåõ.

Catatan :
[1] Ibnu Katsir, II : 430-431; al-Kasysyaf, II : 369
[2] al-Qurthubi, VIII : 381
[3] Ibnu Katsir, III : 390
[4] al-Kasysyaf, IV : 259
[5] al-Kasysyaf, IV : 748












Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=985