Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Rizki Terbaik yang Dirindukan Menjelang Kematian

Jumat, 29 Juli 22
**

Imam Ibnu Majah-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-di dalam Sunannya meriwayatkan dari al-Aghar Abu Muslim, bahwasanya ia bersaksi atas Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ –dan Abu Sa’id-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ – bahwa keduanya bersaksi atas Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bahwa beliau bersabda,


ÅöÐóÇ ÞóÇáó ÇáúÚóÈúÏõ : «áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ ¡ æóÇááøóåõ ÃóßúÈóÑõ» ¡ ÞóÇáó : íóÞõæáõ Çááøóåõ ÚóÒøó æóÌóáøó : «ÕóÏóÞó ÚóÈúÏöíº áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÃóäóÇ¡ æóÃóäóÇ Çááåõ ÃóßúÈóÑõ


Apabila seorang hamba mengatakan, ‘Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah dan Allah yang Maha Besar’. Beliau bersabda,’Allah- ÚóÒøó æóÌóáøó- akan berfirman, ‘Hamba-Ku telah benar ; tidak ada Tuhan yang haq kecuali Aku, dan Akulah Allah yang Maha Besar.’


æóÅöÐóÇ ÞóÇáó ÇáúÚóÈúÏõ: «áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ æóÍúÏóåõ»¡ ÞóÇáó: «ÕóÏóÞó ÚóÈúÏöíº áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÃóäóÇ æóÍúÏöí


Apabila seorang hamba mengatakan, ‘Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah semata’. Dia- ÚóÒøó æóÌóáøó-berfirman,’Hamba-Ku telah benar ; Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Aku semata.’


æóÅöÐóÇ ÞóÇáó: «áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ áóÇ ÔóÑöíßó áóåõ»¡ ÞóÇáó: «ÕóÏóÞó ÚóÈúÏöí¡ áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÃóäóÇ æóáóÇ ÔóÑöíßó áöí


Apabila ia (si hamba) mengatakan, ‘Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya’, Dia-ÚóÒøó æóÌóáøó-berfirman, ‘Hamba-Ku telah benar; Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Aku dan tidak ada sekutu bagi-Ku.’


æóÅöÐóÇ ÞóÇáó: «áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ¡ áóåõ Çáúãõáúßõ æóáóåõ ÇáúÍóãúÏõ»¡ ÞóÇáó: «ÕóÏóÞó ÚóÈúÏöíº áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÃóäóÇ¡ áöíó Çáúãõáúßõ¡ æóáöíó ÇáúÍóãúÏõ» .


Apabila ia (si hamba) mengatakan,’Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah, milik-Nya kerajaan dan milik-Nya pula pujian.’ Dia-ÚóÒøó æóÌóáøó- berfirman, ‘Hamba-Ku telah benar; Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Aku, milik-Ku-lah kerajaan dan milik-Ku pula pujian.


æóÅöÐóÇ ÞóÇáó: «áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ¡ æóáÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáøóÇ ÈöÇááøóåö» ¡ ÞóÇáó : «ÕóÏóÞó ÚóÈúÏöíº áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ ÃóäóÇ ¡ æóáÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáøóÇ Èöí


Apabila ia (si hamba) mengatakan,’Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Allah, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.’ Dia-ÚóÒøó æóÌóáøó-berfirman, ‘Hamba-Ku telah benar ; Tidak ada Tuhan yang haq kecuali Aku, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Ku.’

Abu Ishaq mengatakan, ‘Kemudian al-Aghar mengatakan sesuatu yang aku tidak dapat memahaminya. Ia berkata, ‘Maka aku tanyakan kepada Abu Ja’far, ‘Apa yang dia katakan ?’. ia pun menjawab, (bahwa kemudian Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda)


ãóäú ÑõÒöÞóåõäøó ÚöäúÏó ãóæúÊöåö áóãú ÊóãóÓøóåõ ÇáäøóÇÑõ


Barang siapa diberi rizki berupa ungkapan kata-kata tersebut saat menjelang kematiannya, niscaya api neraka tak akan menyentuhnya.
**

Dan, imam at-Tirmidzi-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-meriwayatkannya (meriwayatkan hadis ini) (di dalam sunannya) di dalam (ÈóÇÈñ ãóÇ íóÞõæúáõ ÇáúÚóÈúÏõ ÅöÐóÇ ãóÑöÖó) (bab : apa yang diucapkan seorang hamba ketika sakit), lafazhnya,


ßóÇäó íóÞõæáõ : ãóäú ÞóÇáóåóÇ Ýöí ãóÑóÖöåö Ëõãøó ãóÇÊó áóãú ÊóØúÚóãúåõ ÇáäøóÇÑõ


Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan, ‘Barang siapa mengucapkannya di saat sakitnya, kemudian ia meninggal dunia niscaya api neraka tidak akan melahapnya.

Imam an-Nasai-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-juga meriwayatkanya dan beliau-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- menambahkan redaksi,


«íóÚúÞöÏõåõäøó ÎóãúÓðÇ ÈöÃóÕóÇÈöÚöåö»


Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menghitungnya lima (kalimat) dengan jari-jemarinya.

Dalam satu riwayat, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan,


«íõÕóÏøöÞõ Çááøóåõ ÇáúÚóÈúÏó ÈöÎóãúÓò íóÞõæáõåõäøó»


Allah membenarkan seorang hamba karena lima (kalimat) yang diucapkanya.
(dan selanjutnya beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menyebutkan kelima kalimat tersebut).

Saat menyebutkan beberapa faedah dzikir, Ibnul Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ -mengatakan, “Dzikir itu merupakan sebab pembenaran Rabb-ÚóÒøóæóÌóáøó-terhadap hamba-Nya. Sesungguhnya sang hamba (ketika ia berdzikir) menghabarkan tentang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –berupa sifa-sifat kesempurnaan-Nya dan keagungan-Nya. Maka, ketika sang hamba menghabarkannya, Rabbnya pun membenarkannya. Dan, barang siapa yang dibenarkan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – niscaya ia tidak akan dikumpulkan bersama para pendusta dan diharapkan ia akan dikumpulkan bersama orang-orang yang benar.’ Dan beliau (Ibnul Qayyim -ÑóÍöãóåõ Çááåõ –) menyebutkan hadis ini.

Beliau (Ibnul Qayyim -ÑóÍöãóåõ Çááåõ –) juga mengatakan, “Dan termasuk hal yang dicintai-Nya adalah sanjungan (seorang hamba) kepada-Nya. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – akan membenarkan orang yang menyanjung-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.”

Dan dengan ini Ibnu Hibban-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –memberikan judul bab untuk hadis ini di dalam shahihnya. Beliau -ÑóÍöãóåõ Çááåõ –mengatakan :


ÐößúÑõ ÇáúßóáöãóÇÊö ÇáøóÊöí ÅöÐóÇ ÞóÇáóåóÇ ÇáúãóÑúÁõ ÇáúãõÓúáöãõ ÕóÏøóÞóåõ ÑóÈøõåõ Ìóáøó æóÚóáóÇ ÚóáóíúåóÇ.


Penyebutan kalimat (beberapa ungkapan kata) apabila seorang muslim mengucapkannya niscaya Rabbnya –ÚóÒøó æóÌóáøó - akan membenarkannya.
**

Sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


ãóäú ÑõÒöÞóåõäøó ÚöäúÏó ãóæúÊöåö áóãú ÊóãóÓøóåõ ÇáäøóÇÑõ


Barang siapa diberi rizki berupa ungkapan kata-kata tersebut saat menjelang kematiannya, niscaya api Neraka tak akan menyentuhnya.

As-Sindiy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-di dalam Hasyiyahnya terhadap Sunan Ibnu Majah mengatakan,’Yakni, barang siapa dikaruniai oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –kalimat-kalimat (ungkapan kata-kata) ini saat menjelang kematian dan diberikan taufik untuk mengucapkannya niscaya Neraka tak akan menyentuhnya. Bahkan, ia bakal masuk Surga sedari awal bersama orang-orang yang baik. Ya, Allah ! Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau berikan rizki berupa kalimat-kalimat (ungkapan kata-kata) tersebut.’

Asy-Syaukaniy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ- di dalam Tuhfatu adz-dzakirin mengatakan, “Hal itu karena kalimat-kalimat tersebut berisikan (pernyataan) tauhid sebanyak lima kali. (Yakni, pertama, «áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ ¡ æóÇááøóåõ ÃóßúÈóÑõ» , kedua, « áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ æóÍúÏóåõ» , ketiga, « áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ áÇó ÔóÑöíßó áóåõ» keempat, « áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ¡ áóåõ Çáúãõáúßõ æóáóåõ ÇáúÍóãúÏõ» dan kelima, « áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ¡ æóáÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáÇøó ÈöÇááøóåö»-pen). Sementara telah tetap di dalam hadis-hadis shahih bahwa barang siapa meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – dengan sesuatu pun niscaya ia masuk Surga. Dan akan datang (penjelasan) mengenai bahwa ‘barang siapa akhir ucapannya adalah áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ niscaya masuk Surga.’ Dan datang hadis-hadis yang cukup banyak dengan redaksi yang semakna dengan hadis ini di dalam shahihain (shahih al-Bukhari dan shahih Muslim) dan yang lainnya bersumber dari sekelompok orang dari kalangan para sahabat.

Al-Mubarakfuriy -ÑóÍöãóåõ Çááåõ- di dalam al-Mir’ah mengatakan,


æóÝöí ÇáúÍóÏöíúËö Ïóáöíúáñ Úóáóì Ãóäøó åóÐöåö ÇáúßóáöãóÇÊö ÇáúãóÐúßõæúÑóÉö Ýöí ÇáúÍóÏöíúËö ÅöÐóÇ ÞóÇáóåóÇ ÇáúÚóÈúÏõ Ýöí ãóÑóÖöåö æóãóÇÊó Ýöí Ðóáößó ÇáúãóÑóÖö Úóáóì Êöáúßó ÇáúßóáöãóÇÊö -Ãóíú ßóÇäóÊú ÎóÇÊöãóÉõ ßóáóÇãöåö ÇáøóÐöí íóÊóßóáøóãõ Èöåö ÚóÇÞöáðÇ ãõÎúÊóÇÑðÇ- áóãú ÊóãõÓúåõ ÇáäøóÇÑõ¡ æóáóãú íóÖõÑøõåõ ãóÇ ÊóÞóÏøóãó ãöäó ÇáúãóÚóÇÕöí¡ æóÃóäøóåóÇ ÊõßóÝøöÑõ ÌóãöíúÚó ÇáÐøõäõæúÈö.


“Di dalam hadis tersebut terdapat dalil yang menunjukan bahwa ungkapan-ungkapan kata yang disebutkan di dalam hadis tersebut, apabila seorang hamba mengucapkannya kala sakitnya dan ia meninggal dunia saat sakitnya tersebut di atas ungkapan kata-kata tersebut-yakni, penutup ucapannya yang diucapkannya dalam keadaan berakal dan memiliki pilihan- niscaya api Neraka tidak akan menyentuhnya, tidak akan membahayakannya apa-apa yang telah dilakukannya berupa kemaksiatan-kemaksiatan, dan bahwa ungkapan kata-kata tersebut akan menghapus semua dosa-dosa.”

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-di dalam syarahnya terhadap kitab Riyadhushalihin mengatakan, “Maka, selayaknya seorang insan menghafal dzikir ini, dan memperbanyak mengucapkannya saat dalam keadaan sakitnya sehingga –insya Allah- ditutup (hidup)nya dengan kebaikan. Dan Allah-lah yang dapat memberikan taufiq.”

Dan, ayahku syaikh Abdul Muhsin al-Badr –ÍóÝöÙóåõ Çááåõ- mendiktekan kepadaku seraya mengatakan, ‘Dzikir nan agung ini datang di dalam hadis yang diriwayatkan oleh sebagian pengarang kitab sunan dan selain mereka dan dishahihkan oleh sebagian kalangan ahli ilmu. Dzikir tersebut mengandung lima kalimat tahlil, ditambahkan kepada kelima dzikir tersebut sanjungan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dimana Dialah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-saja yang berhak atas sanjungan tersebut, sementara imam al-Bukhari menutup kitab shahihnya dengan hadis Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- di mana Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda di dalamnya,


«ßóáöãóÊóÇäö ÎóÝöíÝóÊóÇäö Úóáóì ÇááøöÓóÇäö ËóÞöíúáóÊóÇäö Ýöí ÇáúãöíÒóÇäö ÍóÈöíÈóÊóÇäö Åöáóì ÇáÑøóÍúãóäö ÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö ÇáúÚóÙöíãö ÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö æóÈöÍóãúÏöåö »¡


Dua ungkapan kata nan ringan atas lisan, berat di dalam timbangan, dicintai oleh ar-Rahman (Allah), yaitu, ‘Maha suci Allah yang Maha Agung, Maha Suci Allah dan pujian untuk-Nya.

Dan, kelima ungkapan tahlil ini layak untuk disifati dengan ketiga sifat ini yang datang (disebutkan) dalam hadis ini (yakni, (1) ringan atas lisan, (2)berat di dalam timbangan, dan (3) dicintai oleh ar-Rahman (Allah)-pen). Sungguh, anakku Abdurrazzaq-semoga Allah menjaganya-telah bertindak baik dengan mengingatkan (manusia) akan hadis ini dan menyebarluaskannya. Dan, peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Karenanya, selayaknya seorang muslim itu memiliki perhatian terhadap dzikir ini, terlebih pada saat sakitnya. Allah-lah yang dapat memberikan taufiq.

Dulu, syaikh Ahmad Abu Ubaidah al-Mahruziy al-Marakisyiy- ÑóÍöãóåõ Çááåõ- banyak memberikan wasiat agar perhatian terhadap dzikir ini, dan beliau menamakan dzikir ini dengan ‘Wirid al-Ihtidhar’ (Wirid Saat Menjelang Kematian). Beliau- ÑóÍöãóåõ Çááåõ- berkali-kali berpesan dengan mengatakan,


«áóÇ ÊóÛúÝóáú Úóäú æöÑúÏö ÇúÇö-ÍúÊöÖóÇÑö æóÇÌúÚóáú ÏóÇÆöãðÇ Ýöí ÇáúÇöÚúÊöÈóÇÑö»


‘Jangan kamu lalai dari (membaca) wirid ihtidhar
Dan jadikan (hidupmu) selalu dalam upaya mengambil pelajaran

Dan, ketika menjelaskan perbedaan antara wirid ini (wirid ihtidhar) dan hadis,


« ãóäú ßóÇäó ÂÎöÑõ ßóáÇóãöåö áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó ».


Barang siapa akhir ucapannya (saat hendak meninggal dunia) adalah ‘áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ ‘niscaya ia masuk Surga.”

Beliau (yakni, syaikh Ahmad Abu Ubaidah al-Mahruziy al-Marakisyiy) - ÑóÍöãóåõ Çááåõ- mengatakan, “Bisa jadi (dimasukkannya orang yang akhir perkataannya áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ ) ke dalam Surga terjadi setelah didahului dengan siksaan (di dalam Neraka), sementara ini (dalam wirid ihtidhar ini) (bagi orang yang membacanya dan dijanjikan masuk Surga) tidak ada di sana didahului dengan mendapatkan siksa di dalam Neraka terlebih dahulu, karena dalam wirid ini digunakan ungkapan, “áóãú ÊóãóÓøóåõ ÇáäøóÇÑõ “ (api Neraka tidak akan menyentuhnya)

Dan, beliau - ÑóÍöãóåõ Çááåõ- juga mengatakan, “Kelima ungkapan tahlil ini (yang dapat dibaca) pada saat menjelang kematian merupakan rizki yang paling besar dan merupakan rizki yang paling agung.”

Beliau - ÑóÍöãóåõ Çááåõ- telah dimuliakan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan diberikan kemampuan untuk menutup akhir perkataannya saat menjelang wafatnya meninggalkan kehidupan dunia dengan wirid ini. Bahkan, beliau- ÑóÍöãóåõ Çááåõ- pun dapat mentalkinkannya pada saat menjelang wafatnya kepada orang yang berada di sampingnya yang tengah dalam keadaan sakaratul maut hingga orang tersebut pun menutup akhir perkataannya menjelang wafatnya dengan wirid ini. Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengampuni (dosa) keduanya dan mengampuni pula (dosa-dosa) orang-orang yang telah meninggal dunia dari kalangan saudara-saudara kita kaum Muslimin semuanya. Amin

Dengan demikian, ini merupakan dzikir nan agung yang diberkahi, hendaknya seorang muslim memperhatikan dzikir ini dan memperbanyak membacanya dan mengulang-ulanginya, menjadikannya sebagai sebuah target dirinya dan keinginan besarnya, serta berharap kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- agar dimampukan untuk mengucapkannya pada saat menjelang kematian dirinya, agar ia memperoleh bagian dari khusnul khatimah yang akan memasukkannya kedalam Surga sedari pertama bersama al-abraar (orang-orang yang berbakti/taat kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) tanpa disentuh oleh api neraka terlebih dahulu.

Allah-lah semata yang dapat memberikan taufiq, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Khamsun Man Razaqahunna ‘Inda Mautihi Lam Tamussahu an-Naar, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-.


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=984