Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kisah Penemuan Dua Anak yang Hilang

Jumat, 27 Mei 22

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Kita memuji-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya. Kita memohon ampunan dan petunjuk kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan diri-diri kita dan keburukan-keburukan amal-amal kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, niscaya tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan, barang siapa yang disesatkan-Nya, niscaya tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, telah menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah, telah memberikan nasehat kepada ummat, telah berjihad di jalan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan sebenar-benar jihad. Semoga shalawat dan salam Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sampaikan kepada nabi kita Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, serta orang-orang yang berjalan di atas manhajnya dan menapaki jejaknya sampai hari pembalasan.

Saudara-saudaraku, kaum Muslimin.
Berikut ini merupakan kejadian dalam sebuah kisah nyata yang disebarkan di salah satu media lokal, di mana peristiwa ini terjadi di dua buah kota, yaitu, Makah dan Jedah. Di dalam kisah ini terdapat nasehat dan pelajaran.

Salah seorang petugas pencatat data statistik kependudukan di tempat layanan masyarakat, mengatakan, ‘Pada suatu hari, datang kepada kami dua kabar dalam satu waktu tentang keberadaan dua anak hilang yang dimasukkan kedalam panti asuhan. Satunya di Makah, satunya lagi di Jedah. Oleh karena panti asuhan yang ada di Makah penuh, sementara panti asuhan yang berada di Jedah masih tersedia tempat untuk menampung anak asuhan, maka aku meminta agar anak yang tadinya akan dimasukkan ke panti asuhan yang ada di Makah untuk dipindahkan ke Jedah. Aku pun menyertai kepindahan anak tersebut ke panti asuhan yang di Jedah. Ketika aku sampai di Jedah, dan akupun masuk ke panti asuhan, ternya aku melihat seorang anak yang mirip dengan anak yang tengah bersamaku. Terbetiklah dalam hatiku bahwa kedua anak ini kedua orang tuanya satu. Maka, aku pun meminta bukti penguat dari rumah sakit karena tali pusat keduanya masih ada. Aku dapati bahwa pihak rumah sakit mengemukakan bahwa anak ini dan anak itu ibunya adalah fulanah dan ayahnya adalah fulan, kedua anak tersebut terlahir di waktu anu, dan keluar dari rumah sakit pada hari anu. Lalu, aku pun meminta kepada pihak rumah sakit untuk mengecek kedua anak ini pada sidik jari ibu jari kaki kedua anak ini. Maka, didapati bahwa keduanya mirip, kembali kepada satu orang ibu dan satu orang ayah. Kemudian, kami meminta pihak rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan DNA kedua anak ini. Kami pun mendapati kemiripannya juga. Kesemua itu dilakukan agar kami mengetahui apakah kedua anak ini berasal dari satu ibu dan satu ayah, bagaimana menjadi yang satunya berada di Makah dan yang satunya lagi di Jedah.

Petugas itu mengatakan, ‘Kemudian kami ingin mencari ibu kedua anak ini. Kami pun mencarinya dan menemukannya di Makah. Ternya, ia adalah seorang anak tunggal dari seorang ibu yang lumpuh, di mana wanita inilah yang merawat ibunya. Kami pun menghubunginya dan kami pun mengatakan kepadanya, ‘Apakah engkau mempunyai anak ? ia pun menjawab, ‘iya’ (saya mempunyai anak). Kami pun bertanya lagi kepadanya, ‘Siapakah kedua anakmu itu ?’. Wanita itu mengatakan, ‘Belum lama aku melahirkan dua bayi. Lalu, ayahnya datang mengambilnya dan membawanya untuk dikhitan. Namun kemudian ternyata ia menutup telponnya, dan meninggalkan kami sementara kami tidak mengetahui dimanakah dia berada.’

Sang petugas mengatakan, ‘Lantas aku membawa masuk kedua anak tersebut dan menunjukkan keduanya kepada wanita tersebut. Ketika wanita itu melihat kedua anak itu, tiba-tiba wanita itu berteriak dengan cukup keras seraya berujar, ‘ anak-anakku…anak-anakku !’

Sang petugas mengatakan, ‘Maka, menangislah seluruh orang yang hadir di tempat itu. Wanita tersebut terus saja menangis dengan cukup keras pada saat itu. Semua orang yang ada di rumah itu pun dapat mendengar tangisannya.’

Kami pun kemudian bertanya kepada wanita tersebut, ‘Bagaimana kisahmu ?’
Wanita itu pun menjawab, ‘Ibuku menikahkan aku dengan seorang lelaki yang setanah air dengan kami, keduanya bukan warga Arab Saudi. Ternyata lelaki ini adalah seorang yang zhalim. Ketika aku melahirkan kedua anak ini, ia datang kepadaku dan mengatakan, ‘kedua anak ini harus dikhitan.’ Maka, aku pun khawatir ia akan mengambil keduanya dan tidak mengembalikan keduanya kepada diriku. Karena, pernah terjadi dirinya bertindak semisal tindakan yang sama dalam kasus yang berbeda sebelumnya. Maka, aku pun berdoa,


Çóááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÓúÊóæúÏöÚõßó æóáóÏóíøó åóÐóíúäö ÝóÇÍúÝóØú áöí æóÏöíúÚóÊöí íóÇ ÑóÈøöí


Ya Allah !, Sesungguhnya aku titipkan kepadamu dua anakku ini, maka jagalah untukku titipanku, wahai rabbku.

Wanita itu mengatakan, ‘Kemudian, ia (suamiku tersebut) menghilang dari kami. Kami mencoba menghubunginya, namun kami tidak berhasil menghubunginya. Kami mencoba mencari tempat keberadaannya, kami pun tidak menemukannya.’

Wanita itu mengatakan, ‘Maka kami menduga bahwa ia (suamiku) membawa kedua anak itu ke negara asal kami. Sampai-sampai aku pun memastikan hal ini. Maka, aku terus saja mendekatkan diri dan memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-di malam hari, aku memohon perlindungan kepada-Nya seraya aku katakan,


íóÇ ÌóÇãöÚó Ãõãøö ãõæúÓóì ÈöæóáóÏöåóÇ ÇöÌúãóÚúäöí ÈöÃóæúáóÇÏöí


“Wahai Dzat yang telah mengumpulkan kembali Ibu Musa dengan anaknya, kumpulkanlah kembali aku dengan anak-anakku.”

Kami pun mengatakan kepada wanita itu, ‘Sungguh, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- telah mengumpulkan kembali engkau dengan anak-anakmu dengan cara yang menakjubkan.

Saudaraku...
Lihatlah bagaimana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menentukkan takdir-takdirNya. Sang ayah ini (yakni, suami wanita ini) yang ingin memisahkan antara kedua anak ini, ia menaruh satunya di Mekah dan satunya lagi di Jedah, anak yang ini di pantai asuhan, dan anak yang itu di pantai asuhan lainnya, dengan maksud menjauhkan jarak antara kedua anaknya dan agar urusannya tidak dipermasalahkan. Akan tetapi, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Dzat yang dimohon oleh wanita ini, dan wanita ini yang sedemikian membutuhkan-Nya, ia terus saja berdoa kepada-Nya, meminta kepada-Nya agar dikumpulkan kembali dengan kedua anaknya yang hilang, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menakdirkan sesuatu yang berbeda dengan keinginan suaminya yang zhalim, ayah dari kedua anaknya ini. Maka, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- kumpulkan kembali wanita ini dengan kedua anaknya, dengan pengaturan dari-Nya dan takdir-Nya dimana hal tersebut tidak terbesit sama sekali dalam pikiran seorang pun.

Pelajaran
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini ada beberapa poin, antara lain yaitu,
1-Apabila Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dititipi sesuatu niscaya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- menjaga dan memeliharanya. Oleh karena itu, bila seorang ingin bepergian jauh, maka kita (dianjurkan untuk) mengatakan kepadanya,


ÃóÓúÊóæúÏöÚõ Çááøóåó Ïöíäóßó æóÃóãóÇäóÊóßó æóÎóæóÇÊöíãó Úóãóáößó


Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu, dan penutup amalmu.

Ini termasuk perkara yang hendaknya kita hidupkan di tengah-tengah kehidupan kita. Ini merupakan bagian dari sunnah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó. Namun disayangkan, hampir-hampir saja sunnah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-ini tidak diketahui oleh mayoritas kaum Muslimin.

Dan, orang yang hendak bepergian tersebut hendaknya mengatakan kepada kita, orang yang akan ditinggal pergi olehnya,


ÃóÓúÊóæúÏöÚõßó Çááåó ÇáøóÐöí áóÇ ÊóÖöíúÚõ æóÏóÇÆöÚõåõ


Aku titipkan engkau kepada Allah Dzat yang titipan-titipan-Nya tidak akan tersia-siakan.

Ini perkara yang hendaknya kita mengerti, mempraktekannya dan membiasakannya di antara kita. Seorang mendoakan untuk saudaranya agar menjadi ‘titipan’ di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang akan dijaga dan dipelihara-Nya, terkait ‘agamanya, amanatnya, badannya, dan hartanya’, karena sesungguhnya bila Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dititipi sesuatu niscaya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjaga dan memeliharanya. Karena itu, hedaknya kita berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menitipkan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- anak-anak kita, keluarga kita, saudara-saudara kita, dan siapa saja orang-orang yang berpamitan untuk melakukan perjalan jauh, baik di bandara, stasiun, terminal, dan lain sebagainya.

2-Bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengijabah doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang berdoa. Dan, bahwasanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak menolak permintaan orang yang meminta kepada-Nya dengan penuh kejujuran, rendah hati dan suara yang lirih. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÅöÐóÇ ÓóÃóáóßó ÚöÈóÇÏöí Úóäøöí ÝóÅöäøöí ÞóÑöíÈñ ÃõÌöíÈõ ÏóÚúæóÉó ÇáÏøóÇÚö ÅöÐóÇ ÏóÚóÇäö ÝóáúíóÓúÊóÌöíÈõæÇ áöí æóáúíõÄúãöäõæÇ Èöí áóÚóáøóåõãú íóÑúÔõÏõæäó [ÇáÈÞÑÉ : 186]


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran (al-Baqarah : 186)

Maka, selayaknya seseorang apabila tertimpa musibah mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Rabbnya, dengan penuh kerendahan hati, hendaknya memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan penuh keyakinan akan diijabah, berdoa kepada-Nya dengan jujur dan sungguh-sungguh. Setiap kali engkau jujur dan bersungguh-sunggah dalam berdoa yang engkau panjatkan, merendahkan hati, niscaya pengijabahan doa yang engkau panjatkan tersebut semakin dekat. Yang menjadi masalah adalah kita berdoa sementara kita tidak yakin, kita bedoa sementara kita dalam keraguan apakah doa yang kita mohonkan kepada Rabb kita akan diijabah ataukah tidak. Seorang yang berdoa haruslah yakin akan diijabah. Yakin bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mendengar doanya dan akan memberikan pengijabahan kepadanya, Dialah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- Dzat yang mengatur segala urusan dan menentukan dan menetapkan takdir-takdir.

3-Bahwa sebagian manusia memiliki hati yang lebih keras daripada batu. Di dalam hatinya tersebut terdapat kezhaliman yang andaikan dibagikan kepada segenap penduduk suatu negeri niscaya mencukupinya. Hal ini-pada ghalibnya- datang karena kelemahan iman mereka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan hari Akhir, kecondongan mereka terhadap dunia dan tertipunya mereka dengan kehidupan dunia, sangkaan mereka bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- tidak akan menghisab mereka atas apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang mereka zhalimi, dan kelalaian mereka terhadap doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang terzhalimi, bahwa orang yang terzhalimi itu memiliki doa yang tak akan tertolak, bahwa Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mengatakan kepada orang yang terzhalimi bila ia berdoa,


æóÚöÒøóÊöí áóÃóäúÕõÑóäøóßó æóáóæú ÈóÚúÏó Íöíäò


Demi keperkasaan-Ku, Aku pasti akan menolongmu walau setelah lewat beberapa waktu.

Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman,


Åöäøóßó ÊóÃúÊöì ÞóæúãðÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö. ÝóÇÏúÚõåõãú Åöáóì ÔóåóÇÏóÉö Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ æóÃóäøöì ÑóÓõæáõ Çááøóåö ÝóÅöäú åõãú ÃóØóÇÚõæÇ áöÐóáößó ÝóÃóÚúáöãúåõãú Ãóäøó Çááøóåó ÇÝúÊóÑóÖó Úóáóíúåöãú ÎóãúÓó ÕóáóæóÇÊò Ýöì ßõáöó íóæúãò æóáóíúáóÉò ÝóÅöäú åõãú ÃóØóÇÚõæÇ áöÐóáößó ÝóÃóÚúáöãúåõãú Ãóäøó Çááøóåó ÇÝúÊóÑóÖó Úóáóíúåöãú ÕóÏóÞóÉð ÊõÄúÎóÐõ ãöäú ÃóÛúäöíóÇÆöåöãú ÝóÊõÑóÏøõ Ýöì ÝõÞóÑóÇÆöåöãú ÝóÅöäú åõãú ÃóØóÇÚõæÇ áöÐóáößó ÝóÅöíøóÇßó æóßóÑóÇÆöãó ÃóãúæóÇáöåöãú æóÇÊøóÞö ÏóÚúæóÉó ÇáúãóÙúáõæãö ÝóÅöäøóåõ áóíúÓó ÈóíúäóåóÇ æóÈóíúäó Çááøóåö ÍöÌóÇÈñ


Sesungguhnya engkau akan mendatangi sekelompok manusia dari kalangan ahli kitab. Maka, serulah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Lalu, jika mereka mentaati(mu) untuk hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Lalu, jika mereka mentaati(mu) untuk hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka lalu dikembalikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Lalu, jika mereka telah mentaati(mu) untuk hal itu, maka janganlah kalian mengambil (zakat itu dari) harta mereka yang terbaik. (yakni, janganlah engkau mengambil zakat dari harta mereka yang terbaik, tetapi ambillah dari pertengahannya, bukan yang terbaik, bukan pula yang terendah). Dan, takutlah terhadap doa yang dipanjatkan oleh orang yang terzhalimi, karena antara doa tersebut dan Allah tidak ada penghalang. (HR. Muslim)


ÝóÅöíøóÇßó æóßóÑóÇÆöãó ÃóãúæóÇáöåöãú æóÇÊøóÞö ÏóÚúæóÉó ÇáúãóÙúáõæãö


maka janganlah kalian mengambil (zakat itu dari) harta mereka yang terbaik. Dan, takutlah terhadap doa yang dipanjatkan oleh orang yang terzhalim.

Ketika Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –melarang Mu’adz mengambil zakat dari harta mereka yang terbaik, hal tersebut menunjukkan bahwa mengambil zakat dari harta mereka yang terbaik tanpa ada kerelaan dari pemiliknya merupakan kezhaliman.

Apa yang dikatakan Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – setelah itu ?
Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bersabda,


æóÇÊøóÞö ÏóÚúæóÉó ÇáúãóÙúáõæãö ÝóÅöäøóåõ áóíúÓó ÈóíúäóåóÇ æóÈóíúäó Çááøóåö ÍöÌóÇÈñ


Dan, takutlah terhadap doa yang dipanjatkan oleh orang yang terzhalimi, karena antara doa tersebut dan Allah tidak ada penghalang.

Orang yang terzhalimi ini boleh jadi seorang kafir dan diijabah doanya. Lalu, bagaimana halnya bilamana orang yang terzhalimi itu adalah seorang Muslim ?!’

Sebagian orang, yang terus saja melakukan kezhaliman (terhadap orang lain) sementara belum juga mendapatkan hukuman, sama sekali tidak mempedulikan lamanya tindak kezhaliman yang dilakukannya selama-lamanya. Ia zhalim terhadap istrinya atau terhadap anak-anaknya, atau terhadap karyawannya, atau terhadap orang yang berada di bawah kekuasaannya, ia tidak peduli dengan kezhaliman yang dilakukannya terhadap mereka. Dan Ia tidak tahu bahwa orang yang dizhaliminya tersebut siang-malam mengatakan,


ÍóÓúÈöíó Çááøóåõ æóäöÚúãó Çáúæóßöíáõ


Cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik pelindung.

Dan inilah dia salah satu rahasia hukuman yang datang secara tiba-tiba, yang akan mematahkan punggung, yang tidak akan menyisakan dan tidak membiarkan. Doa yang dipanjatkan oleh orang yang terzhalimi di tengah kegelapan malam yang dilalaikan oleh orang yang berbuat zhalim sementara orang yang terzhalimi tidak melalaikannya.

Hati-hatilah Anda, wahai hamba Allah ! janganlah engkau coba-coba untuk berbuat zhalim terhadap orang lain. Periksalah orang-orang yang engkau diberi kekuasaan atas mereka. Apakah engkau menunda-nunda hak-haknya ? apakah engkau menzhaliminya dalam suatu hal meski sedikit ?.
Janganlah engkau meremehkan perkara ini, karena Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – ketika berhaji wada’, tidaklah beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –mengulang-ulang suatu pernyataan seperti ucapannya,


ÇöÚúáóãõæúÇ Ãóäøó ÏöãóÇÁóßõãú æóÃóãúæóÇáóßõãú æóÃóÚúÑóÇÖóßõãú ÍóÑóÇãñ Úóáóíúßõãú ßóÍõÑúãóÉö íóæúãößõãú åóÐóÇ æóßóÍõÑúãóÉö ÔóåúÑößõãú åóÐóÇ æóßóÍõÑúãóÉö ÈóáóÏößõãú åóÐóÇ


Ketahuilah oleh kalian bahwa darah-darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan-kehormatan kalian adalah haram atas kalian seperti keharaman hari kalian ini, seperti keharaman bulan kalian ini, dan seperti keharaman negeri kalian ini...


Çááøóåõãøó ÇÔúåóÏú Çááøóåõãøó ÇÔúåóÏú Çááøóåõãøó ÇÔúåóÏú


Ya Allah ! Saksikanlah. Ya Allah ! Saksikanlah.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –seraya mengacungkan telunjuk jarinya ke langit, lalu beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –mengarahkannya ke bawah.

Karena itu, hati-hatilah Anda wahai hamba-hamba Allah dari tindakan kezhaliman terhadap orang lain ! Karena sesungguhnya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengharamkan tindak kezhaliman atas diri-Nya sendiri dan menjadikan kezhaliman itu haram dilakukan di antara para hamba-hamba-Nya, maka, janganlah kalian saling menzhalimi satu sama lainnya.

Ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhmmad beserta keluarganya, sebagaimana Engkau telah mencurahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia. Berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia.

Ya, Allah ! binasakanlah orang-orang yang zhalim lagi kafir, dari kalangan orang-orang yang melampoi batas.

Ya Allah ! angkatlah kezhaliman dari orang-orang yang dizhalimi.

Ya, Allah ! Kami titipkan diri-diri kami, keluarga kami, saudara-saudara kami kaum Muslimin kepada-Mu.

Ya Allah ! Kami titipkan mereka kepada-Mu, maka jagalah mereka dari setiap kejelekan, bala, keburukan, dan fitnah, wahai Dzat yang Maha Penyayang dari semua penyayang.
Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :
Khuthbah Jum’at dengan judul ‘Innallaha Idza Istauda’a Syai-an Hafizhahu’, Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Aziz al-Khudhairiy-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-.


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=975