Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Maha Bersaksi, Maha Pelindung

Jumat, 17 Desember 21

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóáóÇ ÊóäúÞõÖõæÇ ÇáúÃóíúãóÇäó ÈóÚúÏó ÊóæúßöíÏöåóÇ æóÞóÏú ÌóÚóáúÊõãõ Çááøóåó Úóáóíúßõãú ßóÝöíáðÇ [ÇáäÍá : 91]


Dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (An-Nahl : 91)
Dan juga berfirman,


ÝóÒóÇÏóåõãú ÅöíãóÇäðÇ æóÞóÇáõæÇ ÍóÓúÈõäóÇ Çááøóåõ æóäöÚúãó Çáúæóßöíáõ [Âá ÚãÑÇä : 173]


Ternyata (ucapan itu) menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (Ali Imran : 173)

Al-Kafil artinya Yang Maha Menegakkan segala urusan makhluk lagi Maha Menjamin makanan dan rezeki mereka.

Sedang firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-


æóÃóæúÝõæÇ ÈöÚóåúÏö Çááåö ÅöÐóÇ ÚóÇåóÏúÊõãú æóáóÇ ÊóäúÞõÖõæÇ ÇáúÃóíúãóÇäó ÈóÚúÏó ÊóæúßöíÏöåóÇ æóÞóÏú ÌóÚóáúÊõãõ Çááøóåó Úóáóíúßõãú ßóÝöíáðÇ [ÇáäÍá : 91]


Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (An-Nahl : 91)

Maksudnya adalah Maha Bersaksi. Ada yang menafsirkan Maha Memelihara. Selain itu, ada juga yang mengartikan Maha Menjamin.

Barang siapa yang tulus kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan janji itu dan ridha dengan-Nya sebagai saksi, maka Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- pasti membantunya untuk menepati janji dan Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- akan memberikan kemudahan pada perkara itu dari arah yang tidak disangka-sangka.

Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya (no.2291) dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ - dari Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -,


Ãóäøóåõ ÐóßóÑó ÑóÌõáðÇ ãöäú Èóäöí ÅöÓúÑóÇÆöíáó ÓóÃóáó ÈóÚúÖó Èóäöí ÅöÓúÑóÇÆöíáó Ãóäú íõÓúáöÝóåõ ÃóáúÝó ÏöíäóÇÑò ÝóÞóÇáó ÇÆúÊöäöí ÈöÇáÔøõåóÏóÇÁö ÃõÔúåöÏõåõãú ÝóÞóÇáó ßóÝóì ÈöÇááøóåö ÔóåöíÏðÇ ÞóÇáó ÝóÃúÊöäöí ÈöÇáúßóÝöíáö ÞóÇáó ßóÝóì ÈöÇááøóåö ßóÝöíáðÇ ÞóÇáó ÕóÏóÞúÊó ÝóÏóÝóÚóåóÇ Åöáóíúåö Åöáóì ÃóÌóáò ãõÓóãøðì ÝóÎóÑóÌó Ýöí ÇáúÈóÍúÑö ÝóÞóÖóì ÍóÇÌóÊóåõ Ëõãøó ÇáúÊóãóÓó ãóÑúßóÈðÇ íóÑúßóÈõåóÇ íóÞúÏóãõ Úóáóíúåö áöáúÃóÌóáö ÇáøóÐöí ÃóÌøóáóåõ Ýóáóãú íóÌöÏú ãóÑúßóÈðÇ ÝóÃóÎóÐó ÎóÔóÈóÉð ÝóäóÞóÑóåóÇ ÝóÃóÏúÎóáó ÝöíåóÇ ÃóáúÝó ÏöíäóÇÑò æóÕóÍöíÝóÉð ãöäúåõ Åöáóì ÕóÇÍöÈöåö Ëõãøó ÒóÌøóÌó ãóæúÖöÚóåóÇ Ëõãøó ÃóÊóì ÈöåóÇ Åöáóì ÇáúÈóÍúÑö ÝóÞóÇáó Çááøóåõãøó Åöäøóßó ÊóÚúáóãõ Ãóäøöí ßõäúÊõ ÊóÓóáøóÝúÊõ ÝõáóÇäðÇ ÃóáúÝó ÏöíäóÇÑò ÝóÓóÃóáóäöí ßóÝöíáóÇ ÝóÞõáúÊõ ßóÝóì ÈöÇááøóåö ßóÝöíáðÇ ÝóÑóÖöíó Èößó æóÓóÃóáóäöí ÔóåöíÏðÇ ÝóÞõáúÊõ ßóÝóì ÈöÇááøóåö ÔóåöíÏðÇ ÝóÑóÖöíó Èößó æóÃóäøöí ÌóåóÏúÊõ Ãóäú ÃóÌöÏó ãóÑúßóÈðÇ ÃóÈúÚóËõ Åöáóíúåö ÇáøóÐöí áóåõ Ýóáóãú ÃóÞúÏöÑú æóÅöäøöí ÃóÓúÊóæúÏöÚõßóåóÇ ÝóÑóãóì ÈöåóÇ Ýöí ÇáúÈóÍúÑö ÍóÊøóì æóáóÌóÊú Ýöíåö Ëõãøó ÇäúÕóÑóÝó æóåõæó Ýöí Ðóáößó íóáúÊóãöÓõ ãóÑúßóÈðÇ íóÎúÑõÌõ Åöáóì ÈóáóÏöåö ÝóÎóÑóÌó ÇáÑøóÌõáõ ÇáøóÐöí ßóÇäó ÃóÓúáóÝóåõ íóäúÙõÑõ áóÚóáøó ãóÑúßóÈðÇ ÞóÏú ÌóÇÁó ÈöãóÇáöåö ÝóÅöÐóÇ ÈöÇáúÎóÔóÈóÉö ÇáøóÊöí ÝöíåóÇ ÇáúãóÇáõ ÝóÃóÎóÐóåóÇ áöÃóåúáöåö ÍóØóÈðÇ ÝóáóãøóÇ äóÔóÑóåóÇ æóÌóÏó ÇáúãóÇáó æóÇáÕøóÍöíÝóÉó Ëõãøó ÞóÏöãó ÇáøóÐöí ßóÇäó ÃóÓúáóÝóåõ ÝóÃóÊóì ÈöÇáúÃóáúÝö ÏöíäóÇÑò ÝóÞóÇáó æóÇááøóåö ãóÇ ÒöáúÊõ ÌóÇåöÏðÇ Ýöí ØóáóÈö ãóÑúßóÈò áöÂÊöíóßó ÈöãóÇáößó ÝóãóÇ æóÌóÏúÊõ ãóÑúßóÈðÇ ÞóÈúáó ÇáøóÐöí ÃóÊóíúÊõ Ýöíåö ÞóÇáó åóáú ßõäúÊó ÈóÚóËúÊó Åöáóíøó ÈöÔóíúÁò ÞóÇáó ÃõÎúÈöÑõßó Ãóäøöí áóãú ÃóÌöÏú ãóÑúßóÈðÇ ÞóÈúáó ÇáøóÐöí ÌöÆúÊõ Ýöíåö ÞóÇáó ÝóÅöäøó Çááøóåó ÞóÏú ÃóÏøóì Úóäúßó ÇáøóÐöí ÈóÚóËúÊó Ýöí ÇáúÎóÔóÈóÉö ÝóÇäúÕóÑöÝú ÈöÇáúÃóáúÝö ÇáÏøöíäóÇÑö ÑóÇÔöÏðÇ


“Bahwasanya beliau pernah bercerita tentang seorang laki-laki dari golongan Bani Israil yang meminta kepada sebagian Bani Israil agar diberikan pinjaman uang sebanyak seribu dinar. Orang kedua berkata, “Datangkanlah para saksi untuk aku jadikan saksi.” Orang pertama menjawab, “Cukup Allah sebagai saksi.” Yang kedua berkata lagi, “Datangkanlah orang yang dapat memberikan jaminan.” Orang pertama menjawab, “Cukup Allah Yang Maha memberi jaminan.” “Engkau benar”, kata orang kedua. Lalu ia memberikan pinjaman kepada orang itu hingga waktu yang telah ditentukan. Ia pun keluar menuju ke laut (untuk berniaga) dan menyelesaikan keperluannya. (Setelah beberapa waktu) ia menunggu perahu yang dapat ia naiki untuk datang dan membayar hutang tepat waktu, tetapi ia tidak mendapatkan juga. Oleh karena itu, ia mengambil sebuah kayu dan melubanginya. Kemudian ia memasukkan ke dalam kayu itu uang seribu dinar dan sebuah surat darinya untuk saudaranya, lalu ia menutup rapat lubang kayu itu dan membawanya menuju ke laut. Ia berkata : Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwasanya dahulu aku berhutang kepada fulan uang sebanyak seribu dinar, lalu dia meminta kepada seorang yang dapat memberikan jaminan, dan aku berkata : Cukup Allah Yang Maha memberi pinjaman, dan ia ridha dengan itu. Ia juga meminta kepadaku seorang saksi, lalu aku berkata : Cukup Allah sebagai saksi, dan ia ridha juga dengan hal itu, dan sesungguhnya aku berusaha dengan keras untuk mendapatkan sebuah perahu untuk membayar hutangku namun aku tidak dapat juga, maka dari itu, aku titipkan kayu ini kepada-Mu. Lalu ia melemparkannya ke laut hingga kayu itu masuk ke dalam lautan. Kemudian ia kembali ke rumahnya, tetapi terus saja ia berusaha mencari perahu yang keluar menuju negerinya. Lalu keluarlah orang yang memberi hutang seraya mencari-cari, semoga saja ia mendapatkan sebuah perahu yang membawa uangnya. Namun, tiba-tiba ia melihat sebuah kayu yang berisi uang itu. Ia pun mengambilnya dan membawanya pulang untuk dijadikan sebagai kayu bakar bagi keluarganya. Tatkala ia membelah kayu itu ternyata ia melihat ada uang dan sebuah surat. Setelah itu datanglah orang yang pernah berhutang kepadanya dengan membawa seribu dinar, ia berkata : Demi Allah, aku terus berusaha mencari sebuah perahu untuk membawakan uang kepadamu, tetapi aku tidak juga mendapatkan perahu sebelum perahu yang membawaku sekarang ini. Orang yang memberi hutang berkata : Apakah engkau mengirim sesuatu untukku ? Ia menjawab : Aku telah kabarkan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan sebuah perahu pun sebelum perahu yang ini. Orang itu berkata : Sesungguhnya Allah telah menyampaikan pesan yang engkau kirim dengan menggunakan sebuah kayu, maka bawalah uang seribu dinar yang ada padamu itu menuju jalan yang lurus.”

Al-Wakil artinya Yang Maha Memberikan kecukupan lagi Maha Memberi jaminan. Makna ini bersifat umum dan khusus.
Adapun makna umum, maka sebagaimana yang ditunjukkan oleh firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-


æóåõæó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò æóßöíáñ [ÇáÃäÚÇã : 102]


Dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu (al-An’am : 102)
Selain itu, firmanNya,


æóÇááøóåõ Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò æóßöíáñ [åæÏ : 12]


Dan Allah Pemelihara segala sesuatu (Huud : 12)
Maha Menjamin untuk memberi rezeki dan makanan kepada seluruh makhluk, yang terus-menerus mengatur urusan alam semesta dan mengurusi perkaranya.

Sedangkan makna khusus ditunjukkan dalam firmanNya,


æóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááøóåö æóßóÝóì ÈöÇááøóåö æóßöíáðÇ [ÇáäÓÇÁ : 81]


Dan bertakwalah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung (An-Nisa : 81)
Dan firman-Nya,


æóÞóÇáõæÇ ÍóÓúÈõäóÇ Çááøóåõ æóäöÚúãó Çáúæóßöíáõ [Âá ÚãÑÇä : 173]


“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran : 173)

Maksudnya, sebaik-baiknya Yang Maha Memberikan kecukupan bagi orang yang bersandar kepada-Nya, dan Maha Menjaga bagi orang yang berpegang teguh dengan-Nya. Hal ini khusus bagi para hamba-Nya yang beriman dan bertawakkal kepadaNya.

Sungguh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-telah menyeru hamba-hamaba-Nya untuk bertawakkal kepada-Nya semata dan menjadikan tawakkal tersebut sebagai bukti keimanan. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÑóÈøõ ÇáúãóÔúÑöÞö æóÇáúãóÛúÑöÈö áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó ÝóÇÊøóÎöÐúåõ æóßöíáðÇ [ÇáãÒãá : 9]


(Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung (al-Muzammil : 9)
Dalam ayat yang lain, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÚóáóì Çááøóåö ÝóÊóæóßøóáõæÇ Åöäú ßõäúÊõãú ãõÄúãöäöíäó [ÇáãÇÆÏÉ : 23]


Dan bertawakkalah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman (al-Maidah : 23)

Selain itu, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjanjikan pahala yang agung dan tempat kembali yang baik atas hal tersebut. firmanNya,


æóãóÇ ÚöäúÏó Çááøóåö ÎóíúÑñ æóÃóÈúÞóì áöáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóáóì ÑóÈøöåöãú íóÊóæóßøóáõæäó [ÇáÔæÑì : 36]


Dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (asy-Syura : 36)

Dan juga melarang keras tawakkal kepada selainNya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÃóáøóÇ ÊóÊøóÎöÐõæÇ ãöäú Ïõæäöí æóßöíáðÇ [ÇáÅÓÑÇÁ : 2]


Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku (al-Isra : 2)

Bertawakkal kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata, menyerahkan segala urusan hanya kepadaNya, dan bersandar kepada-Nya semata dalam mendapatkan kenikmatan dan menolak mara bahaya dan bencana merupakan salah satu kedudukan agung nan mulia dalam agama. Selain itu, merupakan salah satu kewajiban dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang agung bagi hamba-hambaNya yang wajib diikhlaskan hanya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Selain itu, merupakan jenis ibadah yang paling mencakup dan paling penting dikarenakan dapat menumbuhkan amal-amal shalih dan ketaatan yang banyak, karena sesungguhnya apabila hati itu bersandar kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata dalam segala urusan agama dan dunia dengan penuh kepercayaan kepadaNya, bahwa Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah Maha Bersaksi lagi Maha Melindungi tiada sekutu bagiNya, maka ikhlasnya akan benar dan muamalahnya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semakin kuat, keislamannya pun semakin membaik, keyakinannya semakin bertambah dan kondisi dirinya kian membaik pula.

Oleh karena itu, tawakal adalah pokok dari seluruh fondasi agama. Kedudukannya pada fondasi tersebut bagaikan tubuh dari kepala. Sebagaimana kepala tidak akan tegak, kecuali di atas tubuh. Demikian pula keimanan, fondasi, dan amalannya tidak akan tegak, melainkan di atas betis tawakkal.

Hakikat tawakkal adalah amalan hati dan peribadatannya seraya bersandar kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, percaya denganNya, berlindung kepadaNya, ridha dengan keputusanNya, karena dia mengetahui akan kecukupan dariNya, baiknya pilihanNya untuk hambaNya dengan tidak mengabaikan sebab-sebab yang diperintahkan dan kesungguhannya untuk mendapatkannya. Pada tawakkal terdapat dua dasar agung, yaitu bersandarnya hati kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata tiada sekutu bagiNya, dengan melaksanakan sebab-sebab yang diperintahkan dan berusaha mendapatkannya, tanpa melampaui batas hingga mengerjakan sebab-sebab yang tidak diperintahkan, atau meniti jalan yang tidak disyariatkan. Dua dasar tersebut telah digabungkan pada banyak nash-nash dalil. Sebagaimana firman-Nya,


ÝóÇÚúÈõÏúåõ æóÊóæóßøóáú Úóáóíúåö [åæÏ : 123]


“Maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.“ (Huud : 123)
Firman-Nya,


ÅöíøóÇßó äóÚúÈõÏõ æóÅöíøóÇßó äóÓúÊóÚöíäõ [ÇáÝÇÊÍÉ : 5]


Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah kami memohon pertolongan (al-Fatihah : 5)

Dalam sabda Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-


ÇöÍúÑöÕú Úóáóì ãóÇ íóäúÝóÚõßó æóÇÓúÊóÚöäú ÈöÇááåö


“Berantusiaslah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah.”

Nash-nash lain yang semisal dengan ini masih banyak lagi.

Tawakkal itu bersahabat dengan seorang mukmin yang tulus pada semua urusannya, baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Tawakkal itu senantiasa bersamanya di dalam shalat, puasa, haji, kebajikan, dan lain-lain dari urusan agamanya, dan selalu bersamanya dalam mencari rezeki, usahanya untuk mendapatkan hal yang dibolehkan dan lain-lain dari urusan dunianya. Tawakkal itu ada dua, yaitu bertawakkal kepadaNya untuk mendapatkan segala kebutuhan hamba dan bagian dari dunia atau untuk menolak hal yang dibenci atau musibah. Bertawakkal kepadaNya untuk mendapatkan apa yang Dia cintai dan ridhai yang berupa keimanan, keyakinan, shalat, puasa, haji, jihad, dakwah, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan lain-lain meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwasanya Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó--bersabda,


« ÅöÐóÇ ÎóÑóÌó ÇáÑøóÌõáõ ãöäú ÈóíúÊöåö ÝóÞóÇáó ÈöÓúãö Çááøóåö ÊóæóßøóáúÊõ Úóáóì Çááøóåö áÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáøóÇ ÈöÇááøóåö ». ÞóÇáó « íõÞóÇáõ ÍöíäóÆöÐò åõÏöíÊó æóßõÝöíÊó æóæõÞöíÊó ÝóÊóÊóäóÍøóì áóåõ ÇáÔøóíóÇØöíäõ ÝóíóÞõæáõ áóåõ ÔóíúØóÇäñ ÂÎóÑõ ßóíúÝó áóßó ÈöÑóÌõáò ÞóÏú åõÏöìó æóßõÝöìó æóæõÞöìó »


Apabila seseorang keluar dari rumahnya lalu berkata : Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan ucapaya kecuali dari Allah. Beliau berkata, Maka akan dikatakan ketika itu : Engkau telah mendapat petunjuk, telah diberi perlindungan, dan telah dipelihara, maka setan pun menjauh darinya. Dan setan yang lain lagi berkata kepadanya : Bagaimana engkau bisa menyesatkan seorang yang telah diberi hidayah, diberi kecukupan dan telah dipelihara ?! [1]

Hadis di atas dengan jelas menunjukan bahwa hamba membutuhkan perlindungan, hidayah, dan pemeliharaan dariNya, dan bahwasanya sekejap mata pun ia tidak dapat lepas dari Rabbnya sebagai Maha Pemelihara, Maha Mendukung, Maha Meluruskan, dan Maha Memberi petunjuk kepadanya.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-semata tempat memohon perlindungan dan kepadaNya semata kita bertawakkal. Tiada daya dan upaya, melainkan dari-Nya. Kita mengharap dari-Nya semata semoga Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberikan taufik kepada kita semuanya karena tawakkal yang baik. Amin

Wallahu A’lam
(Redaksi)

Sumber :
Fikih Asmaul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad (hal.238-241)

Catatan :
[1] Sunan Abi Dawud, no. 5095, Jami’ At-Tirmidzi, no. 4326 dan ia menghasankannya. Lihat : Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, karya Al-Albani, no. 1605





Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=952