Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Terpalingkan dari Kebaikan

Kamis, 16 September 21
Terpalingkan dari Kebaikan

Kebaikan di kehidupan dunia ini dan kebaikan di kehidupan akhirat nanti merupakan dambaan orang-orang yang beriman. Hal ini seperti tercermin dalam lantunan doa yang dipanjatkan, sebagaimana yang difirmankan-Nya tentang mereka,


æóãöäúåõãú ãóäú íóÞõæáõ ÑóÈøóäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáúÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö [ÇáÈÞÑÉ : 201]


Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (Qs. al-Baqarah : 201)

Hanya saja, kebaikan-kebaikan yang bentuknya beragam yang diharapkan ini, baik yang bersifat dapat dirasakan oleh panca indra maupun bersifat maknawi, bisa saja seseorang terpalingkan darinya. Seseorang berpeluang mendapatkannya atau kebaikan itu sudah dihadapan matanya, namun kebaikan itu berpaling darinya. Bahkan, keburukan itulah yang pada akhirnya didapatkannya. Wal ‘iyadzubillah.

Hal tersebut terjadi tentunya karena sebab, meskipun antara satu kasus dan kasus yang lainnya sebabnya berbeda-beda bentuknya. Renungkanlah firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berikut ini misalnya,


ÓóÃóÕúÑöÝõ Úóäú ÂíóÇÊöíó ÇáøóÐöíäó íóÊóßóÈøóÑõæäó Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÈöÛóíúÑö ÇáúÍóÞøö æóÅöäú íóÑóæúÇ ßõáøó ÂíóÉò áóÇ íõÄúãöäõæÇ ÈöåóÇ æóÅöäú íóÑóæúÇ ÓóÈöíáó ÇáÑøõÔúÏö áóÇ íóÊøóÎöÐõæåõ ÓóÈöíáðÇ æóÅöäú íóÑóæúÇ ÓóÈöíáó ÇáúÛóíøö íóÊøóÎöÐõæåõ ÓóÈöíáðÇ Ðóáößó ÈöÃóäøóåõãú ßóÐøóÈõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ æóßóÇäõæÇ ÚóäúåóÇ ÛóÇÝöáöíäó [ÇáÃÚÑÇÝ : 146]


Aku akan palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalau pun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya. (Qs. al-A’raf : 146)

Alangkah meruginya orang terpalingkan dari kebaikan berupa meniti jalan petunjuk yang bakal mengantarkannya kepada keselamatan dan kebahagiaan hidup padahal ia telah melihatnya. Berapa banyak kebaikan-kebaikan yang bakal terlewat darinya karena dirinya tidak mengikuti jalan petunjuk yang telah dilihatanya.

Dan jangan ditanya betapa meruginya pula orang yang melihat jalan kesesatan di hadapan pandangan matanya namun justru orang tersebut malah menempuh jalan kesesatan itu.
Firman-Nya,


Ðóáößó ÈöÃóäøóåõãú ßóÐøóÈõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ æóßóÇäõæÇ ÚóäúåóÇ ÛóÇÝöáöíäó


Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.

Ini adalah sebab utama yang sangat mendasar lagi sangat jelas dan nyata yang termasuk sebab-sebab terpalingkannya dari petunjuk. Hal-hal yang menyebabkan terpalingkannya seseorang dari kebikan itu banyak, namun hal ini tidak lepas dari campur tangan iblis-semoga Allah melaknatnya- di dalamnya, yaitu menyombongkan diri terhadap kebenaran. Maka, barangsiapa menyombongkan diri terhadap kebenaran niscaya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-palingkan dirinya dari memahami al-Qur’an, dirinya terpalingkan dari bukti kebenaran, dirinya terpalingkan dari dalil-dalil yang menunjukkan kepada syariat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dirinya terpalingkan dari dalil-dalil yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan kebesaran-Nya, sehingga hampir saja tidak mengenal yang makruf (baik) dan tidak pula mengingkari suatu kemungkaran melainkan sesuatu yang dapat terserap oleh hawa nafsunya. Hakikat-hakikat itu bakal terbalik secara sempurna ketika terjadi pada diri seseorang sikap menyombongkan diri terhadap kebenaran. Tentunya, ini merupakan hal yang sangat membahayakan. Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyelamatkan hati kita dari penyakit yang sangat membahayakan ini.

Telah banyak kalangan yang terpalingkan dari kebaikan gara-gara penyakit yang sangat membahayakan ini. Kalangan yang pertama-tama adalah Iblis-makhluk yang terlaknat-, ia kafir dan murtad dari agama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-disebabkan kesombongan. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÅöÐú ÞõáúäóÇ áöáúãóáóÇÆößóÉö ÇÓúÌõÏõæÇ áöÂÏóãó ÝóÓóÌóÏõæÇ ÅöáøóÇ ÅöÈúáöíÓó ÃóÈóì æóÇÓúÊóßúÈóÑó æóßóÇäó ãöäó ÇáúßóÇÝöÑöíäó [ÇáÈÞÑÉ : 34]


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat,”Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir (Qs. al-Baqarah : 34)

Sebuah nikmat yang sangat agung pun dipalingkan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari Iblis disebabkan karena kesombongannya ini. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóáóÞóÏú ÎóáóÞúäóÇßõãú Ëõãøó ÕóæøóÑúäóÇßõãú Ëõãøó ÞõáúäóÇ áöáúãóáóÇÆößóÉö ÇÓúÌõÏõæÇ áöÂÏóãó ÝóÓóÌóÏõæÇ ÅöáøóÇ ÅöÈúáöíÓó áóãú íóßõäú ãöäó ÇáÓøóÇÌöÏöíäó (11) ÞóÇáó ãóÇ ãóäóÚóßó ÃóáøóÇ ÊóÓúÌõÏó ÅöÐú ÃóãóÑúÊõßó ÞóÇáó ÃóäóÇ ÎóíúÑñ ãöäúåõ ÎóáóÞúÊóäöí ãöäú äóÇÑò æóÎóáóÞúÊóåõ ãöäú Øöíäò (12) ÞóÇáó ÝóÇåúÈöØú ãöäúåóÇ ÝóãóÇ íóßõæäõ áóßó Ãóäú ÊóÊóßóÈøóÑó ÝöíåóÇ ÝóÇÎúÑõÌú Åöäøóßó ãöäó ÇáÕøóÇÛöÑöíäó (13) [ÇáÃÚÑÇÝ :11 ,12 ¡ 13]


Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam,” maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu? “ (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(Allah) berfirman, ‘Maka turunlah kamu darinya (Surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.” (Qs.al-A’raf : 11-13)


ÞóÇáó ÇÎúÑõÌú ãöäúåóÇ ãóÐúÁõæãðÇ ãóÏúÍõæÑðÇ [ÇáÃÚÑÇÝ : 18]


(Allah) berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (Surga) dalam keadaan terhina dan terusir ! (Qs.al-A’raf : 18)

Contoh kalangan lainnya yang terpalingkan dari kebaikan-kebaikan karena penyakit ini ‘sombong’ adalah kaum ‘Ad, kaumnya Nabi Hud- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ -. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang mereka,


ÝóÃóãøóÇ ÚóÇÏñ ÝóÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÈöÛóíúÑö ÇáúÍóÞøö æóÞóÇáõæÇ ãóäú ÃóÔóÏøõ ãöäøóÇ ÞõæøóÉð Ãóæóáóãú íóÑóæúÇ Ãóäøó Çááøóåó ÇáøóÐöí ÎóáóÞóåõãú åõæó ÃóÔóÏøõ ãöäúåõãú ÞõæøóÉð æóßóÇäõæÇ ÈöÂíóÇÊöäóÇ íóÌúÍóÏõæäó (15) ÝóÃóÑúÓóáúäóÇ Úóáóíúåöãú ÑöíÍðÇ ÕóÑúÕóÑðÇ Ýöí ÃóíøóÇãò äóÍöÓóÇÊò áöäõÐöíÞóåõãú ÚóÐóÇÈó ÇáúÎöÒúíö Ýöí ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóáóÚóÐóÇÈõ ÇáúÂÎöÑóÉö ÃóÎúÒóì æóåõãú áóÇ íõäúÕóÑõæäó (16) [ÝÕáÊ : 15 ¡ 16]


Maka adapun kaum ‘Ad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?”Tadakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka ? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan adzab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan (Qs. Fushshilat : 15-16)

Contoh kalangan lainnya adalah kaum Tsamud, kaumnya Nabi Shaleh- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ -, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman tentang mereka,


ÞóÇáó ÇáøóÐöíäó ÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÅöäøóÇ ÈöÇáøóÐöí ÂãóäúÊõãú Èöåö ßóÇÝöÑõæäó (76) ÝóÚóÞóÑõæÇ ÇáäøóÇÞóÉó æóÚóÊóæúÇ Úóäú ÃóãúÑö ÑóÈøöåöãú æóÞóÇáõæÇ íóÇ ÕóÇáöÍõ ÇÆúÊöäóÇ ÈöãóÇ ÊóÚöÏõäóÇ Åöäú ßõäúÊó ãöäó ÇáúãõÑúÓóáöíäó (77) ÝóÃóÎóÐóÊúåõãõ ÇáÑøóÌúÝóÉõ ÝóÃóÕúÈóÍõæÇ Ýöí ÏóÇÑöåöãú ÌóÇËöãöíäó (78) [ÇáÃÚÑÇÝ : 76 - 78]


Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu percayai.”
Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, “Wahai shaleh ! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.”
Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. (Qs. al-A’raf : 76-78)

Contoh lainnya, orang yang terpalingkan dari kebaikan karena penyakit ini ’sombong’ adalah Abu Lahab.
Alkisah, ketika Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- naik ke atas bukit shafa, kemudian menyeru,’wahai bani fulan, wahai bani fulan, wahai bani fulan’. Mereka pun berkumpul. Biasanya yang tidak bisa keluar untuk menemui Rasulullah mengutus sebagian kerabatnya untuk mendengarkan apa yang dikatakannya. Setelah mereka berkumpul, beliau mengatakan, ‘Apa pendapat kalian, jika aku kabarkan kepada kalian bahwa sekelompok pasukan siap menyerang kalian, apakah kalian bakal membenarkan aku ? mereka pun berujar, ‘kami belum pernah mandapatimu berdusta.’ Mereka tahu bahwa beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- seorang yang jujur lagi terpercaya. Beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


Åöäøöí äóÐöíúÑñ áóßõãú Èóíúäó íóÏóíú ÚóÐóÇÈò ÔóÏöíúÏò


Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan bagi kalian akan datangnya siksa yang pedih.
Berkatalah Abu Lahab, ‘Kebinasaan untukmu, apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami ?’.
Maka, turunlah ayat,


ÊóÈøóÊú íóÏóÇ ÃóÈöí áóåóÈò æóÊóÈøó (1) ãóÇ ÃóÛúäóì Úóäúåõ ãóÇáõåõ æóãóÇ ßóÓóÈó (2) ÓóíóÕúáóì äóÇÑðÇ ÐóÇÊó áóåóÈò (3) æóÇãúÑóÃóÊõåõ ÍóãøóÇáóÉó ÇáúÍóØóÈö (4) Ýöí ÌöíÏöåóÇ ÍóÈúáñ ãöäú ãóÓóÏò (5) [ÇáãÓÏ : 1 - 5]


Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia !
Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka)
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal (Qs.al-Lahab : 1-5)

Dan, Abu Thalib adalah contoh lainnya, orang yang terpalingkan dari kebaikan. Demi Allah, tidaklah ada yang membuatnya berpaling dari kebenaran dan berpaling dari Islam sehingga terpalingkan darinya kebaikan-baikan melainkan karena kesombongan dan sikap fanatisme terhadap kaumnya, kaum kafir Quraisy. Sungguh Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- hadir ketika pamannya ini Abu Thalib tengah berada di detik-detik menjelang kematiannya. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan kepadanya,


íóÇ Úóãøõ Þõáú áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ¡ ßóáöãóÉð ÃõÍóÇÌøõ áóßó ÈöåóÇ ÚöäúÏó Çááåö


Wahai paman ! katakanlah, áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, sebuah ungkapan kata yang dengannya aku akan membelamu di hadapan Allah.

Beliau terus saja mengulang-ulangi perkataan itu kepada Abu Thalib. Namun Abu Jahal bin Hisyam mengganggunya dan mendorongnya untuk bersikap fanatik terhadap kaumnya dan menyombongkan diri, seraya mengatakan : apakah engkau benci terhadap agama Abdul Muththalib ? namun Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-terus saja mengulangi permintaannya ini, sementara Abu Jahal pun tarus mengganggunya dengan menghembuskan rasa fanatisme terhadap kaumnya dan kesombongan, hingga akhirnya Abu Thalib tetap berada di atas agama Abdul Muththalib dan ia enggan mengucapkan, áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.

Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-berkata, “Apa gerangan manfaat yang dapat engkau berikan untuknya ?”, ia telah melindungimu dan marah karena membelamu ? –betapa banyak upaya pembelaannya terhadap Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-meskipun demikian, kesombangan telah menghalanginya dari (menerima) kebenaran-Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pun bersabda,


åõæó Ýöí ÖóÍúÖóÇÍò ãöäú äóÇÑò æóáóæúáóÇ ÃóäóÇ áóßóÇäó Ýöí ÇáÏøóÑóßö ÇáúÃóÓúÝóáö ãöäú ÇáäøóÇÑö


Dia berada di tempat dekat dengan dasar Neraka, dan kalau bukan karena aku niscaya dia akan berada pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka. (HR. al-Bukhari)

Hal itu karena ia menyombongkan diri kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Dzat yang Maha Benar dan dipalingankan dari kebenaran disebabkan karena kesombongannya itu. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÓóÃóÕúÑöÝõ Úóäú ÂíóÇÊöíó ÇáøóÐöíäó íóÊóßóÈøóÑõæäó Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÈöÛóíúÑö ÇáúÍóÞøö [ÇáÃÚÑÇÝ : 146]


Aku akan palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar...(Qs. al-A’raf : 146)

Itulah ‘kesmobongan’, merupakan hal pertama yang menyebabkan seseorang terpalingkan dari kebaikan.
Hal kedua, yang menyebabkan seseorang terpalingkan dari kebaikan adalah ‘hasad’. Disebabkan karena hasadlah Anak Adam (yakni, Qabil) terpalingkan dari kebenaran dan kebaikan, ia pun menjadi termasuk golongan orang-orang yang merugi. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇÊúáõ Úóáóíúåöãú äóÈóÃó ÇÈúäóíú ÂÏóãó ÈöÇáúÍóÞøö ÅöÐú ÞóÑøóÈóÇ ÞõÑúÈóÇäðÇ ÝóÊõÞõÈøöáó ãöäú ÃóÍóÏöåöãóÇ æóáóãú íõÊóÞóÈøóáú ãöäó ÇáúÂÎóÑö ÞóÇáó áóÃóÞúÊõáóäøóßó ÞóÇáó ÅöäøóãóÇ íóÊóÞóÈøóáõ Çááøóåõ ãöäó ÇáúãõÊøóÞöíäó (27) áóÆöäú ÈóÓóØúÊó Åöáóíøó íóÏóßó áöÊóÞúÊõáóäöí ãóÇ ÃóäóÇ ÈöÈóÇÓöØò íóÏöíó Åöáóíúßó áöÃóÞúÊõáóßó Åöäøöí ÃóÎóÇÝõ Çááøóåó ÑóÈøó ÇáúÚóÇáóãöíäó (28) Åöäøöí ÃõÑöíÏõ Ãóäú ÊóÈõæÁó ÈöÅöËúãöí æóÅöËúãößó ÝóÊóßõæäó ãöäú ÃóÕúÍóÇÈö ÇáäøóÇÑö æóÐóáößó ÌóÒóÇÁõ ÇáÙøóÇáöãöíäó (29) ÝóØóæøóÚóÊú áóåõ äóÝúÓõåõ ÞóÊúáó ÃóÎöíåö ÝóÞóÊóáóåõ ÝóÃóÕúÈóÍó ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíäó (30) [ÇáãÇÆÏÉ : 27 - 30]


Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata,”Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”
Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni Neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.”
Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi (Qs. al-Maidah : 27-30)

Disebabkan karena hasad pula, saudara-saudara Nabi Yusuf-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- terpalingkan dari kebaikan dan terjerumus ke dalam keburukan, durhaka kepada orang tua, jatuh dalam kedustaan, memutuskan silaturahim dengan saudaranya bahkan memiliki rencana jahat terhadap Yusuf, yaitu upaya menyingkirkannya dari ayah mereka. Ada yang mengusulkan agar Yusuf dibunuh saja, ada yang mengusulkan yang lainnya.
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


áóÞóÏú ßóÇäó Ýöí íõæÓõÝó æóÅöÎúæóÊöåö ÂíóÇÊñ áöáÓøóÇÆöáöíäó (7) ÅöÐú ÞóÇáõæÇ áóíõæÓõÝõ æóÃóÎõæåõ ÃóÍóÈøõ Åöáóì ÃóÈöíäóÇ ãöäøóÇ æóäóÍúäõ ÚõÕúÈóÉñ Åöäøó ÃóÈóÇäóÇ áóÝöí ÖóáóÇáò ãõÈöíäò (8) ÇÞúÊõáõæÇ íõæÓõÝó Ãóæö ÇØúÑóÍõæåõ ÃóÑúÖðÇ íóÎúáõ áóßõãú æóÌúåõ ÃóÈöíßõãú æóÊóßõæäõæÇ ãöäú ÈóÚúÏöåö ÞóæúãðÇ ÕóÇáöÍöíäó (9) ÞóÇáó ÞóÇÆöáñ ãöäúåõãú áóÇ ÊóÞúÊõáõæÇ íõæÓõÝó æóÃóáúÞõæåõ Ýöí ÛóíóÇÈóÊö ÇáúÌõÈøö íóáúÊóÞöØúåõ ÈóÚúÖõ ÇáÓøóíøóÇÑóÉö Åöäú ßõäúÊõãú ÝóÇÚöáöíäó (10) [íæÓÝ : 7 - 10]


Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya.
Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepada kalian, dan setelah itu kalian jadi orang yang baik.”
Seorang di antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir, jika kamu hendak berbuat.” (Qs. Yusuf : 7-10)

Sesungguhnya orang yang dengki itu andai ia dapat menghalangi darimu angin dan udara, agar kamu tidak dapat menghirup udara yang merupakan karunia-Nya niscaya ia bakal melakukannya. Bagaimana mungkin ia bakal mengikutimu di atas kebenaran. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Ãóãú áóåõãú äóÕöíÈñ ãöäó Çáúãõáúßö ÝóÅöÐÇð áÇ íõÄúÊõæäó ÇáäøóÇÓó äóÞöíÑÇð * Ãóãú íóÍúÓõÏõæäó ÇáäøóÇÓó Úóáóì ãóÇ ÂÊóÇåõãõ Çááøóåõ ãöäú ÝóÖúáöåö ÝóÞóÏú ÂÊóíúäóÇ Âáó ÅöÈúÑóÇåöíãó ÇáúßöÊóÇÈó æóÇáúÍößúãóÉó æóÂÊóíúäóÇåõãú ãõáúßÇð ÚóÙöíãÇð [ÇáäÓÇÁ: 53-54].


Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan (kekuasaan), meskipun mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia,
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya ? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar (Qs. an-Nisa : 53-54)

Sungguh, hasad merupakan penyakit yang sangat berbahaya, pemiliknya akan terpalingkan dari kebaikan dan terjerumus kepada tindak kejahatan, sampai-sampai seseorang boleh jadi membunuh saudaranya. Karenanya, kita dianjurkan untuk berdoa memohon perlindungan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dari kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki.

Hasad (dengki) menanamkan keburukan di dalam hati pemiliknya, lihatlah orang-orang Yahudi, manusia yang dikatakan oleh Nabi dalam sabdanya, Åöäøó ÇáúíóåõæúÏó Þóæúãõ ÍóÓóÏò sesungguhnya Yahudi merupakan kaum pendengki. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-lukiskan di dalam kitab-Nya betapa luar bisanya kedengkian itu melekat pada diri mereka. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ãóÇ íóæóÏøõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö æóáóÇ ÇáúãõÔúÑößöíäó Ãóäú íõäóÒøóáó Úóáóíúßõãú ãöäú ÎóíúÑò ãöäú ÑóÈøößõãú æóÇááøóåõ íóÎúÊóÕøõ ÈöÑóÍúãóÊöåö ãóäú íóÔóÇÁõ æóÇááøóåõ Ðõæ ÇáúÝóÖúáö ÇáúÚóÙöíãö [ÇáÈÞÑÉ : 105]


Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar (Qs. al-Baqarah : 105)
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóÏøó ßóËöíÑñ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö áóæú íóÑõÏøõæäóßõãú ãöäú ÈóÚúÏö ÅöíãóÇäößõãú ßõÝøóÇÑðÇ ÍóÓóÏðÇ ãöäú ÚöäúÏö ÃóäúÝõÓöåöãú ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÊóÈóíøóäó áóåõãõ ÇáúÍóÞøõ [ÇáÈÞÑÉ : 109]


Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kalian setelah kalian beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka...(Qs.al-Baqarah : 109)
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóÏøõæÇ áóæú ÊóßúÝõÑõæäó ßóãóÇ ßóÝóÑõæÇ ÝóÊóßõæäõæäó ÓóæóÇÁð [ÇáäÓÇÁ : 89]


Mereka ingin agar kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kalian menjadi sama (dengan mereka) ... (Qs. an-Nisa : 89)

Oleh karena ini, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- perintahkan agar seseorang memerangi dirinya dari penyakit yang sangat berbahaya ini, seraya bersabda,


« áÇó ÊóÍóÇÓóÏõæÇ æóáÇó ÊóÈóÇÛóÖõæÇ æóáÇó ÊóÞóÇØóÚõæÇ æóßõæäõæÇ ÚöÈóÇÏó Çááøóåö ÅöÎúæóÇäðÇ »


Janganlah kalian saling mendengki, jangang pula saling membenci, jangan pula saling memutuskan hubungan. Dan, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara (HR. Muslim).

Hal ketiga, yang dapat menyebabkan seseorang terpalingkan dari kebaikan adalah taklid buta. Yaitu, mengikuti orang yang bukan hujjah (bukan ahli ilmu) dengan tanpa hujjah. Al-‘Imrithiy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan :


ÊóÞúáöíúÏõäóÇ ÞóÈõæúáõ Þóæúáö ÇáúÞóÇÆöáö ... ãöäú ÛóíúÑö ÐößúÑö ÍõÌøóÉò áöáÓøóÇÆöáö


Ketaklidan kita adalah menerima perkataan orang yang berkata tanpa menyebutkan dalil kepada penanya.

Adapun ittiba’ (mengikuti) Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-maka itu adalah ittiba’ bukan taklid, itu adalah mengikuti jalan petunjuknya dan meneladaninya, yang mana hal tersebutlah yang diperintahkan kepada kita.

Tentang sikap taklid buta ini Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan contoh bentuknya dalam kitab-Nya, seraya berfirman,


æóßóÐóáößó ãóÇ ÃóÑúÓóáúäóÇ ãöäú ÞóÈúáößó Ýöí ÞóÑúíóÉò ãöäú äóÐöíÑò ÅöáøóÇ ÞóÇáó ãõÊúÑóÝõæåóÇ ÅöäøóÇ æóÌóÏúäóÇ ÂÈóÇÁóäóÇ Úóáóì ÃõãøóÉò æóÅöäøóÇ Úóáóì ÂËóÇÑöåöãú ãõÞúÊóÏõæäó [ÇáÒÎÑÝ : 23]


Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.(Qs. az-Zukhruf : 23)
Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- juga berfirman,


æóÅöÐóÇ Þöíáó áóåõãú ÊóÚóÇáóæúÇ Åöáóì ãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ æóÅöáóì ÇáÑøóÓõæáö ÞóÇáõæÇ ÍóÓúÈõäóÇ ãóÇ æóÌóÏúäóÇ Úóáóíúåö ÂÈóÇÁóäóÇ Ãóæóáóæú ßóÇäó ÂÈóÇÄõåõãú áóÇ íóÚúáóãõæäó ÔóíúÆðÇ æóáóÇ íóåúÊóÏõæäó


Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walau pun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ? (Qs. al-Maidah : 104)
Maka kecelakaan bagi orang yang bertaklid buta terhadap orang yang tidak memiliki ilmu yang shahih, tidak pula mempunyai akal yang unggul, dan meninggalkan ‘ittiba’ (mengikuti) apa yang Allah turunkan dan mengikuti rasul-Nya yang memenuhi hati-hati dengan ilmu, iman, petunjuk dan keyakinan.(Taisir Al-Karim Ar-Rahman, 1/246)

Betapa banyak orang awam di zaman kita sekarang yang terpalingkan dari kebaikan kemurnian dalam peribadatan kepada Allah dan pahala yang melimpah, terjatuh ke dalam kesyirikan yang merupakan dosa besar, semisal berdoa kepada orang yang telah meninggal baik dilakukan di kuburan atau pun tempat yang lainnya. Meminta kepada mereka agar dilapangkan rizkinya, dientaskan dari problem kehidupan yang tengah melilitnya, dan lain sebagainya. Ketika dikatakan kepada mereka,’mengapa kalian melakukan demikian..dan...demikian...Apa jawaban mereka ?...beginilah yang kami warisi dari nenek moyang kami, ketika mereka ditimpa oleh sesuatu seperti halnya sesuatu yang menimpa kami, mereka melakukan apa yang kami lakukan. Itulah sebagian dari jawaban mereka. Ketika dijelaskan kepada mereka tentang hakikat perbuatan mereka yang tidak lain merupakan kesyirikan, disodorkan kepada mereka petunjuk-petunjuk Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-yang merupakan jalan yang benar mereka enggan mengikutinya. Mereka tetap saja mengikuti jalan nenek moyang mereka yang sesat itu, jalan-jalan yang tidak diterangi oleh cahaya petunjuk yang benar, petunjuk Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan RasulNya-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Kita mohon hidayah untuk kita dan mereka.

Andai saja mereka mau mengikuti jalan petunjuk Nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- yang merupakan kebenaran niscaya betapa banyak kebaikan yang bakal mereka dapatkan.
Padahal yang wajib adalah mengikuti kebenaran, baik kebenaran itu bersama si fulan atau yang lainya. Siapa saja yang pendapatnya selaras dengan dalil maka pendapatnya layak diambil. Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-merahmati imam Malik bin Anas, imam Darul Hijrah, yang berkata,


ßõáøõ Þóæúáò íõÄúÎóÐõ æóíõÑóÏøõ ÅöáøóÇ Þóæúáõ ÕóÇÍöÈö åóÐóÇ ÇáúÞóÈúÑõ


Setiap perkataan bisa saja diambil dan ditolak, kecuali perkataan penghuni kubur ini. (yakni, perkataan Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-).

Hal keempat, Jauh dari orang berilmu yang mengamalkan ilmunya.
Para ulama rabbani adalah pewaris para Nabi. Sementara para Nabi mewariskan ilmu. Sebagaimana sabda Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


...æóÅöäøó ÇáúÚõáóãóÇÁó æóÑóËóÉõ ÇáÃóäúÈöíóÇÁö æóÅöäøó ÇáÃóäúÈöíóÇÁó áóãú íõæóÑøöËõæÇ ÏöíäóÇÑðÇ æóáÇó ÏöÑúåóãðÇ æóÑøóËõæÇ ÇáúÚöáúãó Ýóãóäú ÃóÎóÐóåõ ÃóÎóÐó ÈöÍóÙøò æóÇÝöÑò


...Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi itu tidaklah mewariskan dinar dan dirham (baca : harta), mereka mewariskan ilmu. Maka, barang siapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian (dari kebaikan) yang banyak (HR. Abu Dawud)

Alangkah banyaknya kebaikan yang akan terpalingkan dari seseorang yang enggan mengambil ilmu dari para ahli ilmu itu. Betapa tidak sementa ilmu itu bak cahaya, dengannya seorang akan jelas dalam meniti jalan kehidupan yang dilaluinya dan dengannya pula seseorang berpeluang mendapatkan derajat orang-orang yang mulia. Sebagaimana dikatakan,


ÇóáúÚöáúãõ äõæúÑñ áöÕóÇÍöÈöåö æóÏóáöíúáñ Úóáóì ÍóÙøöåö æóæóÓöíúáóÉñ Åöáóì ÏóÑóÌóÇÊö ÇáÓøõÚóÏóÇÁö


Ilmu adalah cahaya bagi pemiliknya dan merupakan dalil yang menunjukkan (banyaknya) keberuntungannya. Dan ilmu (juga) merupakan wasilah untuk mendapatkan derajat orang-orang yang bahagia (Hilyatul Auliya, 9/347).

Sebelum itu, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- telah menegaskan akan diangkatnya derajat orang-orang yang berilmu itu. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íóÑúÝóÚö Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ãöäúßõãú æóÇáøóÐöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúÚöáúãó ÏóÑóÌóÇÊò [ÇáãÌÇÏáÉ : 11]


...Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...(Qs.al-Mujadilah : 11)

Maka, betapa banyak derajat kebaikan di sisi Allah yang akan terlewatkan oleh orang yang tidak mau mendekat kepada ahli ilmu untuk mengambil ilmu darinya.
Hal kelima, Ketamakan kepada dunia
Tidak sedikit manusia yang terpalingkan dari kebaikan disebabkan kerena hatinya yang sedemikian tamak terhadap dunia, sehingga ia termasuk golongan yang merugi. Kala ada kesempatan baik bersedekah atau berinfak di jalan Allah atau amal baik lainya misalnya, yang dengannya seorang hamba bersyukur kepada-Nya atas nikmat harta yang Allah berikan kepadanya, ketamakan hatinya terhadap dunia ditambah lagi dengan kekikiran jiwanya, menjadikannya enggan melakukan kebaikan tersebut sehingga ia terpalingkan dari kebaikan pahala yang berlipat-lipat ganda banyaknya di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Ia justru mendayagunakan hartanya di jalan-jalan keburukan. Harta dunia telah melalaikanya dari mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,sehingga ia merugi karenaya. Maka dari itulah, agar seseorang tidak merugi, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – telah memperingatkan hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ áóÇ Êõáúåößõãú ÃóãúæóÇáõßõãú æóáóÇ ÃóæúáóÇÏõßõãú Úóäú ÐößúÑö Çááøóåö æóãóäú íóÝúÚóáú Ðóáößó ÝóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúÎóÇÓöÑõæäó (9) æóÃóäúÝöÞõæÇ ãöäú ãóÇ ÑóÒóÞúäóÇßõãú ãöäú ÞóÈúáö Ãóäú íóÃúÊöíó ÃóÍóÏóßõãõ ÇáúãóæúÊõ ÝóíóÞõæáó ÑóÈøö áóæúáóÇ ÃóÎøóÑúÊóäöí Åöáóì ÃóÌóáò ÞóÑöíÈò ÝóÃóÕøóÏøóÞó æóÃóßõäú ãöäó ÇáÕøóÇáöÍöíäó (10) [ÇáãäÇÝÞæä : 9 ¡ 10]


Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shaleh.” (Qs. al-Munafiqun : 9-10)

Kasus lainnya tentang ketamakan kepada dunia menyebabkan terpalingkan dari kebaikan, adalah apa yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,firmankan di dalam kitab-Nya tentang perilaku ulama Yahudi yang busuk.


Ýóæóíúáñ áöáøóÐöíäó íóßúÊõÈõæäó ÇáúßöÊóÇÈó ÈöÃóíúÏöíåöãú Ëõãøó íóÞõæáõæäó åóÐóÇ ãöäú ÚöäúÏö Çááøóåö áöíóÔúÊóÑõæÇ Èöåö ËóãóäðÇ ÞóáöíáðÇ


Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, ‘Ini dari Allah (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu...
-mereka pun binasa disebabkan dunia dan mereka terpalingkan dari kebaikan-
Lantas Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Ýóæóíúáñ áóåõãú ãöãøóÇ ßóÊóÈóÊú ÃóíúÏöíåöãú æóæóíúáñ áóåõãú ãöãøóÇ íóßúÓöÈõæäó [ÇáÈÞÑÉ : 79]


Maka kecelakan besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (Qs. al-Baqarah : 79)

Mereka mendapatkan hukuman yang membinasakan karena mereka telah menulis kebatilan tersebut dengan tangan mereka. Mereka mendapatkan siksa yang mencelakakan kerena mereka telah mengambil imbalan dari harta yang haram seperti suap dan lainnya. (At-Tafsir al-Muyassar, 1/93)

Di sini ada pelajaran berharga bahwa boleh jadi seorang insan menjadi seorang ‘alim (orang yang berilmu) dan terpalingkan dari ilmunya dan terpalingkan pula dari kebaikan-kita mohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –keselamatan dan afiyat - dan berubah menjadi seperti halnya anjing. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –berfirman,


æóÇÊúáõ Úóáóíúåöãú äóÈóÃó ÇáøóÐöí ÂÊóíúäóÇåõ ÂíóÇÊöäóÇ ÝóÇäúÓóáóÎó ãöäúåóÇ ÝóÃóÊúÈóÚóåõ ÇáÔøóíúØóÇäõ ÝóßóÇäó ãöäó ÇáúÛóÇæöíäó (175) æóáóæú ÔöÆúäóÇ áóÑóÝóÚúäóÇåõ ÈöåóÇ æóáóßöäøóåõ ÃóÎúáóÏó Åöáóì ÇáúÃóÑúÖö æóÇÊøóÈóÚó åóæóÇåõ ÝóãóËóáõåõ ßóãóËóáö ÇáúßóáúÈö Åöäú ÊóÍúãöáú Úóáóíúåö íóáúåóËú Ãóæú ÊóÊúÑõßúåõ íóáúåóËú [ÇáÃÚÑÇÝ : 175 ¡ 176]


Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga)...(Qs. al-A’raf : 175-176). Apa sebab menjadi hinanya orang ini, seorang yang disifati dengan ‘alim menjadi seperti anjing ? jawabnya adalah disebabkan karena ketamakannya terhadap dunia, ia menjulurkan lidahnya seperti halnya seekor anjing yang menjulurkan lidahnya.

Ini-demi Allah-merupakan kisah yang agung yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –kisahkan di dalam kitab-Nya, sebagai sebuah peringatan bagi para penyeru sunnah, peringatan bagi para ulama. Wahai orang yang berilmu, hendaklah Anda takut atas diri Anda sendiri. Wahai dai, hendaklah Anda takut atas diri Anda sendiri. Wahai pengikut sunnah, hendaklah Anda takut atas diri Anda sendiri. Wahai penuntut ilmu, wahai seorang Muslim, hendaklah Anda takut atas diri Anda sendiri. Kerena sesungguhnya seorang insan itu apabila menyimpang dan berpaling dari kebenaran, niscaya Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –bakal menghinakannya dan ia pun berubah menjadi buruk, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memalingkan hatinya. Wal ‘iyadzubillah. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


ÝóáóãøóÇ ÒóÇÛõæÇ ÃóÒóÇÛó Çááøóåõ ÞõáõæÈóåõãú æóÇááøóåõ áóÇ íóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáúÝóÇÓöÞöíäó [ÇáÕÝ : 5]


...Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka... (Qs. ash-Shaf : 5) (At-Tahdzir ‘An Ahammi Shawarif al-Khair, 1/38-39).

Wallahu A’lam
(Redaksi)

Referensi :
1. At-Tafsir al-Muyassar, Dr. Hikmat Basyir et. al.
2. At-Tahdzir ‘An Ahammi Shawarif al-Khair, Abu Abdurrahman Yahya bin Ali al-Hajuriy.
3. Hilyatul Auliya Wa Thabaqat al-Ashfiya, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah al-Ashbahaniy
4. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari
5. Shahih Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj an-Naisaburi
6. Sunan Abu Dawud, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani
7. Taisir al-Karim ar-Rahman fii Tafsir Kalami al-Mannan, Abdurrahman bin Nashir bin Sa’diy






















Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=938