Tawadhu' (Rendah Hati) Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

Tawadhu' (Rendah Hati) Nabi
-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

Beliau adalah sayyid(penghulu) dari orang-orang yang tawadhu', beliau berakhlak dan melaksanakan Firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ [القصص : 83]

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(Qs. al-Qashash : 83)

Beliau berada di puncak tertinggi dalam akhlak ini dalam berbagai bentuk dan potretnya.
Tawadhu' beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pada diri beliau yang mulia tercermin dalam bentuk beliau tidak menyukai pujian, beliau melarang berlebih-lebihan dalam memuji diri beliau. Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Isa putra Maryam secara berlebih-lebihan, karena aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah,'Hamba Allah dan Rasul-Nya' (HR. al-Bukhari)

Dari Anas –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

يَا سِيِّدَنَا وَابْنَ سَيِّدِنَا, وَيَا خَيْرَنَا وَابْنَ خَيْرِنَا

Wahai sayyid kami dan putra sayyid kami, orang terbaik kami dan anak orang terbaik kami.
Maka Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –menjawab,

قُولُوا بِقَوْلِكُمْ وَلَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمْ الشَّيْطَانُ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَا رَفَعَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

Wahai manusia, ucapkanlah perkataan kalian (tapi) jangan sampai setan membawa kalian kepada kesesatan. Aku adalah Muhammad bin Abdillah, hamba dan utusan Allah. Demi Allah, aku tidak suka jika kalian mengangkatku melebihi kedudukan yang telah Allah-عَزَّ وَجَلَّ-berikan kepadaku (HR. Ahmad)

Duhai apa gerangan, bagaimana suatu kaum mengaku mencintai beliau kemudian mereka pura-pura tidak tahu akan perintah dan peringatan beliau yang keras agar tidak bersikap berlebih-lebihan (kultus) kepada beliau ?

Tentang tawadhu' beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-terhadap Rabbnya-عَزَّ وَجَلَّ-, ia termasuk bentuk tawadhu' beliau yang paling mulia pada diri beliau, beliau selalu memperlihatkan kebutuhan kepada Allah-عَزَّ وَجَلَّ-, kerendahan dan ketergantungan kepada-Nya-عَزَّ وَجَلَّ.

Abu Sa'id al-Khudriy-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata,

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ

"Aku pernah melihat Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sujud di atas tanah basah sehingga aku melihat bekas tanah basah tersebut di kening beliau (HR. Al-Bukhari)

Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata menyebutkan keadaan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-manakala beliau berangkat ke Shalat Istisqa',

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- مُتَبَذِّلاً مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-keluar dengan tidak berhias diri (sederhana dalam perpakaian), penuh tawadhu', merendahkan diri hingga beliau mendatangi tempat shalat.(HR. Abu Dawud)
Manakala Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menaklukkan Makkah untuk beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-memasukinya dengan penuh khusyu' kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, bertawadhu' kepada-Nya, mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan sambil membaca surat al-Fath, beliau-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengulang-ulang bacaannya (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kemudian tentang tawadhu' Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-terhadap para sahabatnya, adalah salah satu keajaiban akhlak beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Sikap beliau berkaitan dengan akhlak ini berjumlah banyak dan bermacam-macam; karena tawadhu' merupakan salah satu dari tabiat beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dan akhlak yang selalu melekat erat dengan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menghadiri undangan orang merdeka dan hamba sahaya, orang miskin dan orang kaya, menjenguk orang sakit di ujung paling jauh dari Madinah dan menerima alasan orang yang menyodorkan alasan.

Ini adalah petunjuk Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dalam safar maupun mukim. Utsman bin Affan-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata,

إِنَّا وَاللَّهِ قَدْ صَحِبْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ وَكَانَ يَعُودُ مَرْضَانَا وَيَتْبَعُ جَنَائِزَنَا وَيَغْزُو مَعَنَا وَيُوَاسِينَا بِالْقَلِيلِ وَالْكَثِيرِ

'Demi Allah, kami telah menyertai Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dalam perjalanan dan mukimnya, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menjenguk orang sakit di antara kami, mengantar jenazah kami, berperang bersama kami, dan menghibur kami dengan bantuan yang sedikit dan pemberian yang banyak (HR. Ahmad)

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-tidak menolak berjalan bersama para janda dan orang-orang miskin untuk membantu menunaikan hajat mereka (HR. An-Nasai)

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif dari ayahnya- رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-ia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَأْتِي ضُعَفَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ يَزُوْرُهُمْ وَ يَعُوْدُ مَرْضَاهُمْ وَ يَشْهَدُ جَنَائِزَهُمْ

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mendatangi orang-orang Muslimin yang lemah, mengunjungi mereka, menjenguk orang sakit dari mereka dan mengantarkan jenazah mereka (HR. Al-Hakim)

Dari Anas bin Malik-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-bahwa ada seorang wanita yang akalnya lemah, dia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai keperluan kepada Anda." Maka Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

يَا أُمَّ فُلاَنٍ انْظُرِى أَىَّ السِّكَكِ شِئْتِ حَتَّى أَقْضِىَ لَكِ حَاجَتَكِ

Wahai Ummu Fulan, lihatlah, gang mana yang kamu inginkan sehingga aku menunaikan keperluanmu.
Anas berkata, "Maka Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pergi bersamanya ke sebagian jalan sampai beliau menyelesaikan keperluannya (HR. Muslim)

Di antara tawadhu' Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-adalah bahwa beliau berkenan menghadiri undangan sekalipun hanya untuk makan roti gandum, dan beliau menerima hadiah (yang kecil sekalipun).
Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

لَوْ دُعِيتُ إِلَى كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ

Seandainya aku diundang untuk menyantap kaki kambing niscaya aku akan penuhi, seandainya aku dihadiahkan kaki kambing niscaya aku menerimanya (HR. Al-Bukhari)

Dari Anas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata, "Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah diundang makan roti gandum dan mentega yang telah berubah baunya, tapi beliau tetap hadir." (HR. At-Tirmidzi)

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menghadiri undangan seorang hamba sahaya yang hanya menyuguhkan roti dari gandum (HR. Ath-Thabrani)

Dari Anas bin Malik-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, Bahwa neneknya Mulaikah pernah mengundang Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk menyantap makanan yang dia buat untuk beliau, beliau makan, kemudian beliau bersabda, "Bangkitlah, aku akan shalat untuk kalian." Anas berkata, "Maka aku mengambil selembar tikar milik kami yang telah menghitam karena usianya yang tua, aku memercikinya dengan air, lalu Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berdiri, aku berdiri dengan seorang anak yatim di belakang beliau sedang nenek tuaku di belakang kami. Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-shalat untuk kami dua rakaat kemudian pergi (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sebuah akhlak yang benar-benar agung, siapa di antara manusia yang mau hadir hanya untuk menyantap roti gandum ? Siapa di antara kita yang berkenan menghadiri undangan pelayan dan pegawainya?

Di antara tawadhu' Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-adalah bahwa jika beliau mengendarai hewan tunggangan, beliau tidak menolak untuk memboncengkan seseorang di belakang beliau jika memungkinkan, jika tidak, maka beliau akan mengendarainya secara bergantian.

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengendarai keledai dengan pelana, di bawah pelana tersebut terdapat selembar kain tebal dari Fadak, beliau memboncengkan Usamah bin Zaid di belakang beliau, pada saat beliau menjenguk Sa'ad bin Ubadah di Bani al-Harits bin al-Khazraj (HR.al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Mas'ud-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-beliau berkata, "Pada perang Badar, tiga orang dari kami mengendarai satu ekor hewan tunggangan secara bergiliran; Abu Lubabah dan Ali bin Abi Thalib mendapatkan satu hewan tunggangan bersama Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, ketiganya bergiliran mengendarainya, keduanya berkata kepada beliau, 'Biarkan kami berjalan saja dan Anda yang mengendarainya.' Maka Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَا أَنْتُمَا بِأَقْوَى مِنِّي, وَلَا أَنَا بِأَغْنَى عَنِ الْأَجْرِ مِنْكُمَا

Kalian berdua tidak lebih kuat dariku, dan kalian berdua tidak lebih membutuhkan pahala dariku'.

Hewan tunggangan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-hampir tidak pernah kosong dari orang yang diboncengi yang ikut mengendarainya, bisa mengendarainya berdua atau bergantian. Ini merupakan kesempurnaan tawadhu' beliau, siapa orang besar di dunia ini berkenan berbagi kendaraannya dengan seseorang, sekalipun dia mempunyai hubungan dekat atau cinta dengannya selain Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ?

Begitu pula tawadhu' beliau dengan orang-orang Mukmin, beliau berdiri (berbicara melayani) wanita tua, menjenguk orang sakit, menyayangi orang miskin, membantu orang yang kesusahan, menghibur orang-orang lemah, bercanda dengan anak-anak, bercanda dengan keluarga, berbicara dengan hamba sahaya wanita, makan bersama orang-orang, duduk di atas tanah, tidur di atas tanah dengan beralaskan pasir dan beralaskan tikar.

Kemudian tawadhu' beliau di rumah beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, siapa pun akan takjub kepada petunjuk beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam hal ini, walaupun dengan segala kedudukan beliau yang agung dan posisi beliau yang tinggi.

Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-pernah ditanya, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-di rumahnya ?" Dia menjawab,

كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ

”Beliau melakukan pekerjaan keluarganya, dan jika waktu shalat telah tiba, maka beliau keluar untuk shalat." (HR. Al-Bukhari)

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-yang mulia, sayyid Bani Adam seluruhnya, melakukan pekerjaan keluarganya, sementara orang-orang yang mengaku mencintainya berat untuk menyelesaikan pekerjaan.

Dari 'Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-beliau berkata,

كَانَ يَخِيطُ ثَوْبَهُ وَيَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيَعْمَلُ مَا يَعْمَلُ الرِّجَالُ فِي بُيُوتِهِمْ

"Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menjahit baju beliau sendiri, menambal sandal dan melakukan apa yang dilakukan apa yang dilakukan oleh kaum lelaki di rumah mereka (HR. Ahmad)

'Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-juga pernah ditanya, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-di rumahnya ?" Aisyah menjawab,

كَانَ بَشَرًا مِنْ الْبَشَرِ يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ

"Beliau adalah manusia biasa, memperbaiki baju beliau, memerah kambing beliau dan melayani diri beliau sendiri (HR. Ahmad dan al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad)

Tentang tawadhu' beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dalam pakaian, adalah bukti lain dari tawadhu' beliau yang agung yang tertanam di dalam hati beliau yang mulia, sekalipun beliau mampu memakai pakaian yang paling mewah dan paling bagus jika beliau berkehendak. Bagaimana tidak, sementara beliau adalah orang yang bersabda-aku korbankan bapak dan ibuku demi beliau, aku korbankan diriku dan anakku untuk beliau-,

مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسَ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ تَوَاضُعًا لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى دَعَاهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي حُلَلِ اْإِ يْمَانِ أَيَّهَا شَاءَ

Barangsiapa meninggalkan pakaian (mewah) karena tawadhu' kepada Allah-تَبَارَكَ وَتَعَالَى-padahal dia mampu, niscaya Allah-تَبَارَكَ وَتَعَالَى-akan memanggilnya di Hari Kiamat di hadapan seluruh manusia sehingga Dia memberinya pilihan mana di antara jubah-jubah iman yang dia ingin kenakan (HR. Ahmad)

Dan beliaulah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-yang bersabda,

الْبَذَاذَةُ مِنَ اْلإِيْمَانِ

Kesederhanaan berpakaian termasuk dari iman (HR. Ibnu Majah)

الْبَذَاذَةُ adalah tawadhu' dalam berpakaian, menerima pakaian sederhana (Lihat, an-Nihayah, Ibnul Atsir, 1/110)

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-memakai pakaian yang beliau punya. Biasanya beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-memakai kain selempang, kain yang kasar dan jubah yang kasar.

Dari Abu Burdah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, "Aisyah mengeluarkan kepada kami sehelai kain kumal dan sarung kasar, dia berkata, 'Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-wafat dengan megenakan kedua kain ini." (HR. At-Tirmidzi)

Pakaian yang paling beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-sukai adalah gamis. Dari Ummu Salamah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا-beliau berkata,

لَمْ يَكُنْ ثَوْبٌ أَحَبَّ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- مِنْ قَمِيْصٍ.

"Tidak ada pakaian yang paling disukai Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-daripada gamis." (HR. Abu Dawud)

Jika beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-memakai gamis maka beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-melonggarkan kain sarungnya.

Dari Qurah bin Iyas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-beliau berkata, aku mendatangi Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersama beberapa Muzaenah, kami membaiat beliau, dan kancing baju gamis beliau ada yang tidak terpasang. (HR. Abu Dawud)

Ini menunjukkan sikap tawadhu' Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dan bahwa beliau tidak berhias diri dengan pakaiannya dan tidak terlalu memperhatikan keindahannya pada tubuhnya yang mulia, karena berpakaian menarik dan berhias diri dengannya bukan termasuk sifat kemuliaan dan kebesaran, karena ia termasuk ciri khas kaum wanita sedangkan yang terpuji darinya adalah kebersihan dan kesederhanaan pakaian sebagaimana hal itu merupakan petunjuk beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.

Sekalipun beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-memakai pakaian yang sederhana, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-adalah orang yang paling bersemangat menjaga kebersihan, kesucian, keharuman dan keindahan penampilannya.

Dari 'Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-beliau berkata,

صَنَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بُرْدَةً سَوْدَاءَ فَلَبِسَهَا فَلَمَّا عَرَقَ فِيهَا وَجَدَ رِيحَ الصُّوفِ فَقَذَفَهَا . وَكَانَ تُعْجِبُهُ الرِّيحُ الطَّيِّبَةُ.

"Aku membuat sebuah jubah hitam untuk Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau memakainya, manakala beliau berkeringat beliau mencium bau wolnya maka beliau melepasnya, karena beliau menyukai aroma yang harum." (HR. Abu Dawud)

Sekalipun beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berpakain sederhana, namun untuk Hari Jum'at, Hari Raya dan dalam rangka menyambut kedatangan delegasi (dari kabilah-kabilah), beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- memakai baju yang bagus, karena hal itu sesuai dengan keadaan dan kondisi tersebut, dan ini termasuk kesempurnaan petunjuk beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.

Maha benar Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, yang berfirman,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيم [القلم : 4]

Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur. (Qs. Al-Qalam : 4)

Wallahu A'lam

Sumber :
A’zhamu Insan ‘Arafathu al-Basyariyyah a , Akhlaquhu Wa kaifa Nuhibbuhu Wa Nanshuruhu, Hisyam Muhammad Sa’id Barghisy, ei, hal. 31-42