Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Jangan Cela Orang Lain Karena Dosanya

Jumat, 29 Januari 21

Seorang muslim mencintai Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan seluruh amal yang dicintai olehNya serta ia membenci kemaksiatan kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan orang-orang yang melakukannya. Ia memiliki perasaan yang halus dan jiwa yang pencemburu, tidak bersikap netral kepada orang yang berani melanggar larangan-larangan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Sebab cinta karena Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan benci karenaNya adalah tali iman yang paling kokoh.


Úóäö ÇÈúäö ãóÓúÚõæúÏò- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- ÞóÇáó : ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- : ÃóæúËóÞõ ÚõÑóì ÇúÅöbíúãóÇäö ÇóáúÍõÈøõ Ýöí Çááåö æóÇáúÈõÛúÖõ Ýöí Çááåö


Dari Ibnu Mas'ud -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, ia berkata, Rasulullah - Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda, "Tali iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 7/229, no.92).

Barangsiapa kehilangan itu, hendaklah ia mengoreksi dirinya dan memeriksa keimanannya.

Tetapi adakalanya seseorang berlebih-lebihan dalam hal itu, yang semestinya ia cukup membenci kemaksiatan dan pelakunya, ia malah mencelanya dan bersikap congkak kepadanya. Boleh jadi ancaman Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- akan berlaku atasnya,


ãóäú ÚóíøóÑó ÃóÎóÇåõ ÈöÐóäúÈò áóãú íóãõÊú ÍóÊøóì íóÚúãóáóåõ


“Barangsiapa yang mencela saudaranya karena dosa (yang dilakukannya), maka ia tidak mati sehingga ia melakukannya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2505. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya, Ibnu Adi dan al-Khathib)

Dalam hadis yang diriwayatkan Jundab bin Abdillah -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ –bahwa Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bercerita,


Ãóäøó ÑóÌõáÇð ÞóÇáó æóÇááøóåö áóÇ íóÛúÝöÑõ Çááøóåõ áöÝõáÇóäò. æóÅöäøó Çááøóåó ÊóÚóÇáóì ÞóÇáó ãóäú ÐóÇ ÇáøóÐöì íóÊóÃóáøóì Úóáóìøó Ãóäú áóÇ ÃóÛúÝöÑó áöÝõáÇóäò ÝóÅöäøöì ÞóÏú ÛóÝóÑúÊõ áöÝõáóÇäò æóÃóÍúÈóØúÊõ Úóãóáóßó


“Bahwasanya seseorang berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.’ Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berkata, ‘Siapakah yang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapuskan amalmu’." (HR. Muslim, no. 2621). Atau sebagaimana beliau bersabda.

“Pernah ada di kalangan bani Israil –sebagaimana Abu Hurairah -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- meriwayatkan dari Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dua orang laki-laki saling bersaudara. Salah satunya melakukan dosa dan yang lainnya giat beribadah. Laki-laki yang giat beribadah selalu melihat yang lainnya berada di atas dosa, maka ia berkata, "Hentikan (perbuatan dosamu)!" Lalu pada suatu hari ia melihatnya melakukan suatu dosa, ia berkata, "Hentikan!" Maka ia menjawab, "Biarkanlah aku bersama Tuhanku; apakah kamu diutus untuk mengawasi aku?" Maka ia berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu -atau- Dia tidak akan memasukkan kamu ke Surga." Kemudian Allah mengambil ruh keduanya sehingga berkumpul di sisi Rabb alam semesta. Lalu Allah bertanya kepada laki-laki yang giat beribadah tersebut, "Apakah kamu mengetahui tentangKu? Ataukah kamu berkuasa atas apa yang ada pada kedua tanganKu?" Allah berkata kepada orang yang berdosa itu, “Masuklah ke Surga berkat rahmatKu." Dan Dia berkata untuk yang lainnya (kepada para Malaikat), "Bawalah ia masuk ke Neraka." Abu Hurairah –ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- berkomentar, "Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh ia berkata dengan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (HR. Ahmad, 2/322, 263 dan Abu Dawud, no. 4901).

Kalimat yang menghancurkan dunia seorang hamba dan memasukkannya ke dalam Neraka karenanya, bukan pernyataannya "hentikan (perbuatan dosamu)!" dan pengingkarannya atas apa yang dilakukannya. Melainkan sumpahnya kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan perkataannya “sesungguhnya Allah tidak akan mengampunimu”.

Ibnu Mas'ud -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- berkata,


ÅöÐóÇ ÑóÃóíúÊõãú ÃóÎóÇßõãú ÞóÇÑóÝó ÐóäúÈðÇ ÝóáóÇ ÊóßõæúäõæúÇ ÃóÚúæóÇäðÇ áöáÔøóíúØóÇäö Úóáóíúåö ÊóÞõæúáõæúÇ Çóááøóåõãøó ÇÎúÒöåö Çóááøóåõãøó ÇáúÚóäúåõ æóáóßöäú ÓóáõæúÇ Çááåó ÇáúÚóÇÝöíóÉó ÝóÅöäøóÇ ÃóÕúÍóÇÈó ãõÍóãøóÏò ßõäøóÇ áóÇ äóÞõæúáõ Ýöí ÃóÍóÏò ÔóíúÆðÇ ÍóÊøóì äóÚúáóãó Úóáóì ãóÇ íóãõæúÊõ ÝóÅöäú ÎõÊöãó áóåõ ÈöÎóíúÑò ÚóáöãúäóÇ Ãóäøóåõ ÞóÏú ÃóÕóÇÈó ÎóíúÑðÇ æóÅöäú ÎõÊöãó áóåõ ÈöÔóÑøò ÎöÝúäóÇ Úóáóíúåö Úóãóáóåõ


"Jika kamu sekalian melihat saudara kalian berbuat suatu dosa, janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya dengan mengatakan ‘Ya Allah hinakan dia, ya Allah laknatilah dia!’ Tetapi mintalah kepada Allah keselamatan. Sesungguhnya kami, para sahabat Muhammad -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, tidak pernah mengatakan sesuatu tentang seseorang sehingga kami mengetahui atas perkara apa dia meninggal. Jika ia ditutup (usianya) dengan kebajikan, maka kami mengetahui bahwa ia telah meraih kebajikan dan jika ditutup usianya dengan keburukan, maka kami mengkhawatirkan amalnya atasnya.” (HR. Abdurrazzaq dalam Mushannafnya, no. 20266).

Abu Darda -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- pernah melewati seseorang yang telah melakukan suatu dosa, maka orang-orang memakinya. Lalu Abu Darda -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- bertanya,


ÃóÑóÃóíúÊõãú áóæú æóÌóÏúÊõãõæúåõ Ýöí ÞóáöíúÈò Ãóáóãú ÊóßõæúäõæúÇ ãõÓúÊóÎúÑöÌöíúåö


"Apa pendapat kalian sekiranya kalian mendapatinya dalam sumur, bukankah kalian akan mengeluarkannya?"
Mereka menjawab, "Benar." Abu Darda -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- mengatakan,


ÝóáóÇ ÊóÓõÈøõæúÇ ÃóÎóÇßõãú æóÇÍúãóÏõæúÇ Çááåó ÇáøóÐöí ÚóÇÝóÇßóãõ


"Karena itu janganlah kalian memaki saudara kalian, dan pujilah Allah yang telah menyelamatkan kalian."
Mereka bertanya, "Apakah Anda tidak membencinya?"
Abu Darda -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- menjawab,


ÅöäøóãóÇ ÃõÈúÛöÖõ Úóãóáóåõ ÝóÅöÐóÇ ÊóÑóßóåõ Ýóåõæó ÃóÎöí


"Aku hanya membenci amal perbuatannya. Jika ia meninggalkannya, maka ia adalah saudaraku."
Abu Darda -ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- mengatakan,


ÇõÏúÚõ Çááåó Ýöí íóæúãö ÓóÑøóÇÆößó áóÚóáøóåõ Ãóäú íóÓúÊóÌöíúÈó Ýöí íóæúãö ÖóÑøóÇÆößó


"Berdoalah kepada Allah pada saat kamu bergembira, semoga Dia mengabulkanmu pada saat kamu menderita.” (HR. Abdurrazzaq dalam Mushannafnya, no.20267 dan Abu Nu'aim, 1/222).

Dengan demikian maka apa yang dilakukan sebagian pemuda, yaitu mengkritik seseorang bahwa ia terjerumus dalam kemaksiatan dan melakukan ini dan itu, -tidak dipastikan sebagai kecemburuan yang baik- bahkan bisa merupakan bentuk celaan. Yang paling utama bagi seorang muslim ialah sibuk dengan dirinya sendiri dan takut dosa-dosanya. Ia merasa bahwa kewajibannya terhadap kesalahan saudaranya adalah sebatas memberi nasehat, menutup kesalahannya, berdoa buat mereka dan memohon 'afiyat kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Perbuatan ini adalah bukti sikap melampaui batas saudaranya dalam hal rasa percayanya terhadap dirinya sendiri dan menganggap bersih dirinya, padahal teperdaya adalah salah satu pintu kebinasaan dan salah satu tanda seorang hamba merasa tidak butuh kepada pertolongan Tuhannya. Dan ini merupakan sebab seseorang dikuasakan terhadap dirinya sendiri.

Betapa jauhnya orang ini dengan jalan yang ditempuh manusia yang paling mengenal Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, yang salah satunya mengucapkan,


æóÅöáøóÇ ÊóÛúÝöÑú áöí æóÊóÑúÍóãúäöí Ãóßõäú ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíäó


“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.” (Hud: 47).

Yang kedua mengucapkan,


æóÅöáøóÇ ÊóÕúÑöÝú Úóäøöí ßóíúÏóåõäøó ÃóÕúÈõ Åöáóíúåöäøó æóÃóßõäú ãöäó ÇáúÌóÇåöáöíäó


“Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (Yusuf: 33).

Dan yang ketiga ketika berkata kepada Tuhannya setelah menghancurkan berhala-berhala, dan ia menanggung resikonya:


æóÇÌúäõÈúäöí æóÈóäöíøó Ãóäú äóÚúÈõÏó ÇáúÃóÕúäóÇãó


“Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim: 35).

Adapun Nabi kita Muhammad -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- maka doanya adalah:


Çááøóåõãøó ÑóÍúãóÊóßó ÃóÑúÌõæ ÝóáÇó Êóßöáúäöì Åöáóì äóÝúÓöì ØóÑúÝóÉó Úóíúäò æóÃóÕúáöÍú áöì ÔóÃúäöì ßõáøóåõ áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó ÃóäúÊó


“Ya Allah, kepada rahmatMu aku berharap. Karena itu janganlah Engkau kuasakan aku kepada diriku sekejap pun, perbaikilah keadaanku seluruhnya. Tiada Ilah (sesembahan) yang berhak disembah dengan benar melainkan Engkau.” (HR. Ahmad, 5/42 dan Abu Dawud, no. 5090).

Celaanmu kepada saudaramu berarti congkak dengan ketaatan, merasa diri bersih, memuji diri dan mengklaim bebas dari dosa. Sedangkan saudaramu menyadari dosanya dan mungkin ia menyesali dosanya serta apa yang terjadi padanya berupa ketundukan, menghinakan dirinya dan membebaskan diri dari penyakit klaim, sombong dan bangga diri. Berdirinya di hadapan Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan kepala tertunduk, pandangan yang khusyu' dan hati yang menangis itu lebih bermanfaat baginya dan lebih baik daripada kecongkakanmu dalam ketaatan, menganggap banyak ketaatanmu, menghitung-hitungnya, banyak berharap kepada Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan merasa tercipta dengannya. Betapa dekatnya orang yang bermaksiat tersebut dari rahmat Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan betapa dekatnya orang yang menunjuk-nunjukkan (ketaatannya) itu dari kebencian Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Suatu dosa yang mana kamu merasa hina karenanya di hadapanNya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- itu lebih dicintaiNya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- daripada ketaatan yang kamu tunjuk-tunjukkan di hadapanNya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Pada malam hari kamu tidur (tidak melakukan qiyamul lail) dan pagi harinya kamu menyesal, itu lebih baik daripada malam hari kamu melakukan qiyamul lail dan pada pagi harinya kamu membanggakannya. (Madarij as-Salikin, 1/197). Wallahu A'lam. (Redaksi)

Sumber:

Sabil an-Najah Min Syu'mi al-Ma'shiyah, Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=903