Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Tiga Musibah dalam Musibah Kematian

Jumat, 26 Juni 20

Kematian merupakan musibah. Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


ÝóÃóÕóÇÈóÊúßõãú ãõÕöíúÈóÉõ ÇáúãóæúÊö


“Lalu kamu ditimpa oleh musibah kematian.” (Qs. al-Maidah: 106).

Musibah ini mencakup tiga hal, yaitu:

Pertama, Sakaratul maut
Kedua, Melihat malaikat maut (Pencabut nyawa)
Ketiga, Takut su'ul khatimah

Musibah Pertama (Sakaratul Maut)

Andaikan di hadapan seorang hamba yang malang tidak ada kesusahan, kegelisahan dan siksaan selain sakaratul maut, niscaya itu akan cukup untuk mengganggu ketenangan hidupnya dan mengotori kebahagiaannya. Dan hal itu membuat dia selalu memikirkannya dan membuat persiapan besar untuk menghadapinya, apalagi kematian selalu menjadi bayang-bayang di setiap hirupan nafasnya. Sebagaimana sebuah ungkapan "Kematian itu bagaikan kesusahan yang ada di genggaman orang lain, yang tidak diketahui kapan ia akan menimpamu."

Yang manarik adalah, ketika ada orang yang sedang berada dalam kenikmatan besar dan di tempat-tempat hiburan yang menyenangkan, kemudian melihat seorang tentara masuk sambil memukulkan lima buah cambuk, niscaya kenikmatannya akan rusak dan hidupnya terganggu.

Dalam setiap nafas, malaikat kematian selalu siap di hadapannya untuk memasukkan sakaratul maut pada dirinya. Sedangkan sakaratul maut, sebagaimana dikatakan, lebih tajam dari sabetan pedang, lebih bergigi daripada gergaji dan lebih menyakitkan daripada gigitan. Karena memotong badan dengan sabetan pedang, dapat terasa sakitnya, hanya karena terhubungnya badan tersebut dengan ruh. Maka bagaimana apabila yang terkena sabetan adalah ruh itu sendiri? Dan sesungguhnya orang yang dipukul masih sanggup untuk minta pertolongan dan berteriak, dikarenakan masih tersisanya kekuatan dalam hati dan lisannya. Sedangkan terputusnya suara dan teriakan orang yang bakal mati adalah karena terlalu sakitnya apa yang dia alami. Karena ketika itu, kesusahan telah mencapai puncaknya, naik ke dalam hatinya serta menggapai semua bilik hatinya, sehingga tidak menyisakan sedikitpun kekuatan untuk meminta pertolongan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ Åöäøó áöáúãóæúÊö ÓóßóÑóÇÊò


“Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah. Sungguh kematian diiringi dengan sekarat.” (Shahih al-Bukhari, no. 4449)

Ketika dicabut satu pembuluh darah saja, rasa sakitnya sudah sangat berat, lalu bagaimana apabila yang dicabut adalah ruh, tidak hanya melalui satu pembuluh darah, akan tetapi seluruh pembuluh darah? Kemudian diikuti oleh matinya setiap anggota tubuh secara bertahap. Dimulai dari menjadi dinginnya kedua telapak kaki, kedua betis, lalu pahanya. Dan setiap anggotanya memiliki kesakitan tersendiri dan kesusahan tersendiri. Sampai mencapai kerongkongan, maka ketika itu terputuslah pandangan dia terhadap dunia dan penduduknya, tertutuplah pintu taubat dan terpenuhilah orang tersebut oleh penyesalan dan kesedihan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


æóáóíúÓóÊö ÇáÊøóæúÈóÉõ áöáøóÐöíäó íóÚúãóáõæäó ÇáÓøóíøöÆóÇÊö ÍóÊøóì ÅöÐóÇ ÍóÖóÑó ÃóÍóÏóåõãõ ÇáúãóæúÊõ ÞóÇáó Åöäøöí ÊõÈúÊõ ÇáúÂä


“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’” (Qs. an-Nisa: 18).

Dan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


Åöäøó Çááøóåó íóÞúÈóáõ ÊóæúÈóÉó ÇáúÚóÈúÏö ãóÇ áóãú íõÛóÑúÛöÑ


“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Musibah Kedua (Melihat Malaikat Maut/Pencabut Nyawa)

Penderitaan seperti ini hanya diperuntukkan terhadap orang-orang yang durhak, tidak untuk orang-orang yang beriman.

Al-Kalbi rahimahullah berkata:


íóÞúÈöÖõ ãóáóßõ ÇáúãóæúÊö ÇáÑøõæúÍó ãöäó ÇáúÌóÓóÏö Ëõãøó íõÓóáøöãõåóÇ Åöáóì ãóáóÇÆößóÉö ÇáÑøóÍúãóÉö Åöäú ßóÇäó ãõÄúãöäðÇ Ãóæú Åöáóì ãóáóÇÆößóÉö ÇáúÚóÐóÇÈö Åöäú ßóÇäó ßóÇÝöÑðÇ


"Malaikat maut mencabut ruh dari jasad (manusia) kemudian menyerahkannya kepada malaikat rahmat, apabila dia termasuk orang Mukmin, atau (menyerahkannya) kepada Malaikat penyiksa, apabila dia orang kafir." (Tafsir al-Qurthubiy, 7/7).

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Barra bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Kami keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengiringi jenazah salah seorang sahabat dari kalangan Anshar. Lantas kami sampai di kuburan. Ketika tanah digali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk dan kami pun duduk di sekitarnya, seolah-olah di atas kepala kami ada burung, sedang tangan beliau membawa kayu yang beliau pukulkan ke tanah. Beliau menengadahkan kepala ke langit dan berujar:


ÇöÓúÊóÚöíúÐõæúÇ ÈöÇááøóåö ãöäú ÚóÐóÇÈö ÇáúÞóÈúÑö


“Mintalah kalian perlindungan kepada Allah dari siksa kubur (beliau mengucapkannya dua atau tiga kali).”

Kemudian, beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó ÇáúãõÄúãöäó ÅöÐóÇ ßóÇäó Ýöí ÇäúÞöØóÇÚò ãöäú ÇáÏøõäúíóÇ æóÅöÞúÈóÇáò ãöäú ÇáúÂÎöÑóÉö äóÒóáó Åöáóíúåö ãóáóÇÆößóÉñ ãöäú ÇáÓøóãóÇÁö ÈöíúÖõ ÇáúæõÌõæúåö ßóÃóäøó æõÌõæúåóåõãú ÇáÔøóãúÓõ ãóÚóåõãú ßóÝóäñ ãöäú ÃóßúÝóÇäö ÇáúÌóäøóÉö æóÍóäõæúØñ ãöäú ÍóäõæúØö ÇáúÌóäøóÉö ÍóÊøóì íóÌúáöÓõæúÇ ãöäúåõ ãóÏøó ÇáúÈóÕóÑö Ëõãøó íóÌöíÁõ ãóáóßõ ÇáúãóæúÊö Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇã ÍóÊøóì íóÌúáöÓó ÚöäúÏó ÑóÃúÓöåö ÝóíóÞõæúáõ ÃóíøóÊõåóÇ ÇáäøóÝúÓõ ÇáØøóíøöÈóÉõ ÇÎúÑõÌöí Åöáóì ãóÛúÝöÑóÉò ãöäú Çááøóåö æóÑöÖúæóÇäò


“Sesungguhnya seorang hamba Mukmin jika berpisah dari dunia dan menghadap akhirat, maka malaikat dari langit turun menemuinya dengan wajah putih seolah-olah wajah mereka matahari. Mereka membawa sebuah kafan dari kafan Surga dan minyak wangi dari minyak wangi Surga hingga duduk di sisinya sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut datang hingga duduk di sisi kepalanya dan berucap, "Wahai jiwa yang baik, sambutlah olehmu ampunan Allah dan keridhaan-Nya."

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Lantas jenazah tersebut mengalir sebagaimana tetesan air mengalir dari mulut kendi dan Malaikat mencabutnya. Jika malaikat mencabutnya, ia tidak membiarkannya di tangannya sekejap matapun hingga ia cabut ruhnya dan ia masukkan dalam kafan yang telah diberi minyak wangi yang paling harum di muka bumi."

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kembali, "Malaikat tersebut lantas membawa jenazah tersebut ke atas, hingga tidaklah mereka melewati sekawanan malaikat melainkan mereka bertanya-tanya, ‘Ruh siapakah yang sangat wangi ini?’ Para malaikat menjawab, ‘Ini adalah ruh fulan bin fulan’, dan mereka sebut dengan nama terbaiknya yang manusia pergunakan untuk menyebutnya ketika di dunia, begitulah terus hingga mereka sampai ke langit dunia dan mereka meminta dibukakan pintu langit, lantas pintu langitpun dibukakan untuk mereka. Para malaikat mengabarkan berita kematiannya kepada penghuni langit berikutnya hingga sampai ke langit ke tujuh, lantas Allah berkata,


ÇßúÊõÈõæúÇ ßöÊóÇÈó ÚóÈúÏöí Ýöí Úöáøöíøöíúäó æóÃóÚöíúÏõæúåõ Åöáóì ÇáúÃóÑúÖö ÝóÅöäøöí ãöäúåóÇ ÎóáóÞúÊõåõãú æóÝöíúåóÇ ÃõÚöíúÏõåõãú æóãöäúåóÇ ÃõÎúÑöÌõåõãú ÊóÇÑóÉð ÃõÎúÑóì


‘Tulislah catatan hamba-Ku di 'illiyyin dan kembalikanlah ia ke bumi, sebab darinyalah Aku menciptakan mereka dan kepadanya Aku kembalikan, serta daripadanya kelak Aku akan membangkitkan mereka lagi.’

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali berkata, “Lantas ruhnya dikembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya dan bertanya, 'Siapa Rabbmu.' Ia menjawab, 'Rabbku Allah.' Keduanya kembali bertanya, 'Apa agamamu?' Si mayit menjawab, 'Agamaku Islam'. Lalu, keduanya kembali bertanya, 'Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini?' Si mayit menjawab, 'Dia Rasulullah (utusan Allah) -shallallahu 'alaihi wasallam-. Keduanya bertanya lagi, 'Dari mana kamu tahu?' Ia menjawab, 'Aku membaca Kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya.' Lantas ada Penyeru dari langit memanggil-manggil, 'Hamba-Ku telah benar! Hamparkanlah Surga baginya dan berilah pakaian Surga, dan bukakanlah pintu baginya menuju Surga.’”

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali berkata, “Maka hamba itu memperoleh bau harum dan wangi Surga, lalu kuburannya pun diperluas sejauh mata memandang. Lantas ia didatangi oleh laki-laki berwajah tanpan, pakaiannya indah, wanginya semerbak, dan dia berucap, 'Bergembiralah dengan kabar yang menggembirakanmu. Inilah hari yang pernah dijanjikan untukmu.’ Si mayit bertanya, ‘Siapa kamu sebenarnya, wajahmu begitu bagus dan engkau datang dengan membawa kebaikan!’ Si laki-laki tampan ini menjawab, 'Aku adalah amal shalehmu (yang pernah engkau kerjakan di dunia).’ Lantas hamba tadi meminta, 'Wahai Rabbku, jadikanlah Kiamat sekarang juga sehingga aku bisa kembali menemui keluargaku dan hartaku.’

Sebaliknya jika seorang hamba yang kafir berpisah dari dunia (meninggal) dan menghadap akhirat, ia ditemui malaikat langit yang wajahnya hitam yang membawa kafan yang berwarna hitam, mereka duduk di sisinya sejauh mata memandang. Lantas malaikat maut datang hingga duduk di kepalanya seraya membentak,


ÃóíøóÊõåóÇ ÇáäøóÝúÓõ ÇáúÎóÈöíúËóÉõ ÇÎúÑõÌöí Åöáóì ÓóÎóØò ãöäú Çááøóåö æóÛóÖóÈò


‘Wahai ruh yang busuk! Jemputlah kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.’”

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, “Lantas jasadnya tercabik-cabik, dan malaikat tersebut mencabut rohnya bagaikan garu (atau gacu) bermata banyak yang mencabik-cabik kain basah, lantas malaikat tersebut mencabut nyawanya. Jika malaikat telah mencabutnya, ia tidak membiarkannya sekejap matapun hingga ia membungkusnya dalam kain hitam kelam dan roh tersebut pergi dengan bau busuk yang paling menyengat di muka bumi.

Para malaikat kemudian menaikkannya ke atas, dan tidaklah mereka membawanya ke sekumpulan malaikat di langit melainkan malaikat langit berkomentar, ‘Roh siapakah yang busuk ini?' Para malaikat yang membawanya menjawab, 'Ini adalah ruh fulan bin fulan', dan mereka sebut nama terburuknya yang sering manusia pergunakan untuk memanggilnya di dunia sehingga mayit tersebut sampai ke langit dunia untuk minta dibukakan. Namun langit tidak dibuka untuknya.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat:


áóÇ ÊõÝóÊøóÍõ áóåõãú ÃóÈúæóÇÈõ ÇáÓøóãóÇÁö æóáóÇ íóÏúÎõáõæúäó ÇáúÌóäøóÉó ÍóÊøóì íóáöÌó ÇáúÌóãóáõ Ýöí Óóãøö ÇáúÎöíóÇØö


“Tidaklah dibuka bagi mereka pintu langit dan tak bakalan mereka masuk Surga hingga ada unta yang bisa masuk lubang jarum.” (Qs. al-A'raf: 40).

Lantas Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,


ÇßúÊõÈõæúÇ ßöÊóÇÈóåõ Ýöí ÓöÌøöíúäò Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÇáÓøõÝúáóì


“Catatlah catatannya dalam sijjin di bumi paling rendah."

Lalu ruhnya dibuang sejauh-jauhnya, kemudian beliau membaca ayat:


æóãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóßóÃóäøóãóÇ ÎóÑøó ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ÝóÊóÎúØóÝõåõ ÇáØøóíúÑõ Ãóæú Êóåúæöí Èöåö ÇáÑøöíúÍõ Ýöí ãóßóÇäò ÓóÍöíúÞò


“Siapa yang menyekutukan Allah, maka seolah-olah dia tersungkur dari langit, lantas burung menyambarnya atau sebagaimana diterbangkan angin di tempat jauh.” (Qs. al-Hajj: 31).

Maka ruhnya dikembalikan kedalam jasadnya. Kedua malaikat lantas mendatanginya dan mendudukkannya dan menginterogasi, ‘Siapa Rabbmu?’ Ia menjawab, 'Haah…haah..saya tidak tahu.' Kedua malaikat bertanya lagi, 'Apa agamamu?' Bagaimana tanggapanmu mengenai laki-laki ini yang diutus untuk kalian?' Si mayit menjawab, ‘Saya tidak tahu.’ Lantas ada Penyeru dari langit yang mengatakan, 'Ia betul-betul telah dusta! Hamparkan untuknya karpet dari Neraka! Dan bukalah untuknya pintu yang akan mengantarkannya ke Neraka!

Maka malaikat membuka pintu Neraka untuknya, maka sampailah kepadanya panasnya dan letupannya. Lalu kuburannya dipersempit hingga tulang-tulangnya remuk. Kemudian ia didatangi oleh laki-laki yang wajahnya menyeramkan, pakaiannya lusuh, baunya busuk, laki-laki ini berkata,


ÃóÈúÔöÑú ÈöÇáøóÐöí íóÓõæúÁõßó åóÐóÇ íóæúãõßó ÇáøóÐöí ßõäúÊó ÊõæúÚóÏõ


‘Bergembiralah engkau dengan segala hal yang menyusahkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan bagimu.’

Lalu, mayit ini berkata, ‘Siapakah kamu? Wajahmu sangat menyeramkan dan engkau datang dengan membawa keburukan!'

Lantas si laki-laki menjawab, ‘Aku adalah amalan jahatmu (yang pernah engkau lakukan sewaktu di dunia).’ Dan si mayit inipun mengatakan, ‘Wahai Rabb, Janganlah Engkau tegakkan hari Kiamat!’” (al-Musnad, no. 18534).

Imam Ahmad rahimahullah menambahkan dalam satu riwayat mengenai kisah mayit seorang kafir,


Ëõãøó íõÞóíøóÖõ áóåõ ÃóÚúãóì ÃóÕóãøõ ÃóÈúßóãõ Ýöí íóÏöåö ãöÑúÒóÈóÉñ áóæú ÖõÑöÈó ÈöåóÇ ÌóÈóáñ ßóÇäó ÊõÑóÇÈðÇ ÝóíóÖúÑöÈõåõ ÖóÑúÈóÉð ÍóÊøóì íóÕöíúÑó ÊõÑóÇÈðÇ Ëõãøó íõÚöíúÏõåõ Çááøóåõ ßóãóÇ ßóÇäó ÝóíóÖúÑöÈõåõ ÖóÑúÈóÉð ÃõÎúÑóì ÝóíóÕöíúÍõ ÕóíúÍóÉð íóÓúãóÚõåõ ßõáøõ ÔóíúÁò ÅöáøóÇ ÇáËøóÞóáóíúäö


“Kemudian didatangkanlah padanya seorang yang buta, tuli dan bisu dengan membawa palu yang sekiranya palu tersebut dipukulkan ke gunung, niscaya gunung itu akan hancur lebur menjadi debu. Lalu ia pun memukulnya sampai ia berubah menjadi debu. Kemudian Allah mengembalikannya lagi seperti keadaannya semula, lalu memukulnya kembali, ia pun menjerit sekencang-kencangnya dan jeritan itu didengar oleh segala makhluk kecuali jin dan manusia."

Musibah Ketiga (Kekhawatiran terhadap Su'ul Khatimah)

Takut terhadap su'ul khatimah membuat takut hatinya orang-orangg yang mengenal Allah. Ia merupakan penderitaaan besar ketika sakaratul maut. Karena manusia ketika sakaratul maut, kekuatan mereka semakin lemah, ruh-ruh mereka telah pasrah untuk keluar, akan tetapi ruh-ruh tersebut tidak dapat keluar sebelum mendengar suara malaikat maut dengan membawa salah satu dari dua berita besar, yaitu diberi berita Neraka bagi para musuh Allah dan ada kalanya diberi berita Surga bagi para kekasih Allah. Dari sinilah muncul rasa ketakutan orang-orang yang memiliki akal sehat.

Abu Wail rahimahullah mengatakan, “Tatkala Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu semakin merasa berat karena sakit (menjelang wafatnya), banyak orang dari kalangan Bani Abas menjenguknya, maka Khalid bin Rabi' al-'Abasi rahimahullahmengkhabarkan kepadaku seraya mengatakan, 'Kami mendatangi Hudzaifah saat ia berada di Madain, ketika kami masuk menemuinya pada waktu tengah malam. Hudzaifah mengatakan kepada kami, 'Saat ini, pukul berapa?' Kami pun menjawab, 'Tengah malam atau akhir malam.' Tiba-tiba Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata,


ÃóÚõæúÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÕóÈóÇÍö Åöáóì ÇáäøóÇÑö


‘Saya berlindung kepada Allah dari waktu pagi menuju Neraka.’" (Shifatu ash-Shafwah, 1/615).

Dan diriwayatkan bahwa Marwan masuk menemui Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (saat menjelang wafatnya), lalu mengatakan, “Ya Allah, ringankanlah (penderitaannya saat sakaratul maut).” Abu Hurairah justru mengatakan, “Ya Allah, Perberatlah.” Kemudian, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menangis dan berkata,


æóÇááåö ãóÇ ÃóÈúßöì ÍóÒóäðÇ Úóáóì ÇáÏøõäúíóÇ æóáóÇ ÌóÒóÚðÇ ãöäú ÝöÑóÇÞößõãú æóáóßöäú ÇóäúÊóÙöÑõ ÅöÍúÏóì ÇáúÈõÔúÑóíóíúäö ãöäú ÑóÈøöì ÈöÌóäøóÉò Ãóãú ÈöäóÇÑò


"Demi Allah saya tidak menangis karena kecewa atas dunia atau kecewa sebab berpisah dengan kalian. Akan tetapi saya sedang menunggu salah satu dari dua berita mana yang akan Allah berikan kepadaku, apakah Surga atau Neraka!?" (Ihya 'Ulum ad-Diin, 4/465).

Itulah dua gambaran yang menunjukkan betapa dua sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini sedemikan mengkhawatirkan dirinya akan menutup kehidupannya di dunia dalam keadaan su’ul khatimah. Maka, demikian pula hendaknya kita juga mengkhawatirkannya. Wallahu A'lam.

(Redaksi)

Referensi:

1. Al-Bahr ar-Raa-iq Fii az-Zuhdi Wa ar-Raqa-iq, Dr. Ahmad Farid.
2. Al-Musnad, Imam Ahmad bin Hanbal.
3. Ihya 'Ulum ad-Diin, Muhammad bin Muhammad al-Ghazali Abu Hamid.
4. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari.
5. Shifatu ash-Shafwah, Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Abul Faraj.
6. Tafsir al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=862