Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Bergegaslah Kepada Ketaatan di Bulan Sya’ban !

Jumat, 16 Februari 24
**

Segela puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah.

Berikut ini adalah beberapa poin ringkasan seputar bulan Sya’ban. Kami memohon kepada Allah semoga Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan manfaat dengan materi ini dan yang semisalnya. Semoga pula Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberikan balasan berupa kebaikan terhadap setiap orang yang ikut serta dan membantu dalam menyiapkan materi ini dan menyebarkannya.

1-Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari bulan-bulan Hijriyah. Bulan ini terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.

2-Bulan Sya’ban merupakan bulan yang diberkahi. Banyak orang melalaikannya. Dan, disunnahkan untuk memperbanyak puasa sunnah di bulan ini.

Dari Usamah bin Zaed-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ – berkata, ‘Aku pernah bertanya (kepada Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-) ‘Wahai Rasulullah ! Aku belum pernah melihat Anda berpuasa pada suatu bulan sebagaimana yang Anda lalukan pada bulan Sya’ban ? (Yakni, mengapa Anda melakukan hal tersebut ?) Jawab beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, ‘itu adalah bulan yang manusia melalaikannya, yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dan Sya’ban adalah bulan di mana amal-amal itu diangkat kepada Rabb semesta alam. Maka, aku suka amalku diangkat saat aku tengah berpuasa.’ [1]

3-Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-biasa berpuasa sunnah pada bulan Sya’ban yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lainnya. Beliau biasa berpuasa hampir semua hari-harinya.

Sebagaimana kata Aisyah-ÑóÖöíó ááåõ ÚóäúåóÇ -, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- menyempurnakan puasa selama sebulan sama sekali kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku belum pernah pula melihat beliau lebih banyak berpuasa dalam satu bulan melainkan di bulan Sya’ban. [2]

Dalam satu riwayat :

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah berpuasa Sya’ban seluruh(hari)nya. Beliau -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- berpuasa Sya’ban kecuali sedikit. [3]

4-Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- tidak pernah berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan. Beliau berpuasa mayoritas hari-hari bulan Sya’ban lalu beliau menyambungnya dengan puasa bulan Ramadhan. Sebagaimana kata Ummul Mukminin Ummu Salamah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-‘Aku tidak pernah melihat Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-berpuasa selama dua bulan berturut-turut kecuali Sya’ban dan Ramadhan.’ [4]

5-Banyak orang lalai untuk berpuasa bulan Sya’ban. Karena, bulan ini didahului oleh bulan haram, yaitu bulan Rajab-dan puasa pada bulan-bulan haram dianjurkan, tanpa berkeyakinan tentang adanya keutamaan khusus untuk bulan Rajab secara khusus selain bulan-bulan haram lainnya- dan diikuti dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah. Sehingga manusia terlalaikan untuk berpuasa pada bulan Sya’ban karena kedua bulan tersebut (Rajab dan Ramadhan). Sehingga, disukai tindakan meramaikan bulan Sya’ban dengan berpuasa.

6-Sabda Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- , “‘itu adalah bulan yang manusia melalaikannya, yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan.” di dalamnya terdapat sebuah isyarat yang lembut, bahwa hendaknya memakmurkan waktu-waktu di mana banyak orang lalai dengan ketaatan, dan bahwa hal tersebut termasuk perkara yang dicintai Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan diridhai-Nya.’ Dan oleh karena itu, dulu, sebagian salaf menganjurkan untuk banyak melakukan ketaatan yang bersifat sunnah di waktu antara shalat Maghrib dan Shalat Isya. Dan, mereka mengatakan, ‘Waktu itu merupakan waktu di mana banyak orang lalai.’ Dan shalat malam yang dilakukan pada sepertiga malam terakir lebih utama karena kebanyakan manusia pada saat tersebut lalai dari berdzikir (mengingat dan menyebut Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-), dan Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- telah bersabda,


ÃóÞúÑóÈõ ãóÇ íóßõæúäõ ÇáÑøóÈøõ ãöäó ÇáúÚóÈúÏö Ýöí ÌóæúÝö Çááøóíúáö ÇúáÂÎöÑö ÝóÅöäú ÇöÓúÊóØóÚúÊó Ãóäú Êóßõæúäó ãöãøóäú íóÐúßõÑõ Çááåó Ýöí Êöáúßó ÇáÓøóÇÚóÉö Ýóßõäú


Keadaan terdekat Rabb dari seorang hamba adalah pada tengah malam yang terakhir. Karena itu, jika engkau mampu termasuk golongan orang-orang yang mengingat Allah pada saat itu, maka lakukanlah ! [5]

Dan oleh karena ini (pula), disukai untuk melakukan dzikrullah (mengingat dan menyebut Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) di tempat-tempat yang banyak terjadi di dalamnya hal-hal yang tidak berguna dan gaduh dan sedikit orang-orang yang berdzikir. Seperti di pasar-pasar dan majlis-majlis permainan. [6]

7-Di antara faedah beramal di waktu kelalaian : Bahwa seorang muslim itu apabila ia menghidupkan waktu-waktu kelalaian manusia dengan melakukan ketaatan, niscaya hal itu akan lebih dapat menyembunyikan amalnya. Dan, menyembunyikan amal-amal ketaatan yang bersifat sunnah lebih dekat kepada keikhlasan. Karena seorang muslim tidak bisa menjamin dirinya aman dari riya ketika ia melakukan amal shaleh secara terus terang.

8-Puasa bulan Sya’ban lebih utama dari puasa pada bulan-bulan haram; karena bulan Sya’ban bersama dengan bulan Ramadhan berkedudukan seperti halnya (shalat-shalat) sunnah rawatib bersama dengan (shalat-shalat) yang fardhu (wajib). Sebagaimana halnya shalat-shalat sunnah rawatib lebih utama daripada shalat-shalat sunnah mutlak, maka demikian pula halnya puasa (puasa sunnah) yang dilakukan sebelum (puasa) Ramadhan dan (puasa sunnah) yang dilakukan setelah (puasa) Ramadhan lebih utama dari puasa yang dilakukan jauh dari bulan Ramadhan. [7]

9-Adapun sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- :


ÃóÝúÖóáõ ÇáÕøöíóÇãö ÈóÚúÏó ÑóãóÖóÇäó ÔóåúÑõ Çááøóåö ÇáúãõÍóÑøóãõ æóÃóÝúÖóáõ ÇáÕøóáÇóÉö ÈóÚúÏó ÇáúÝóÑöíÖóÉö ÕóáÇóÉõ Çááøóíúáö


Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah al-Muharram. Dan shalat (sunnah) yang paling utama setelah shalat Fardhu adalah shalat malam. [8]

Maka, sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-ini dibawa pemahamannya kepada sunnah-sunnah yang bersifat mutlak. Dengan demikian, puasa-puasa sunnah yang bersifat mutlak yang paling utama adalah yang dilakukan pada bulan Muharram kemudian yang dilakukan pada bulan-bulan haram lainnya, sebagaimana halnya shalat-shalat sunnah yang bersifat mutlak yang paling utama adalah shalat malam.

Adapun puasa Sya’ban, maka ia mengikuti puasa Ramadhan. Sebagaimana halnya puasa enam hari dari bulan Syawwal. Maka, puasa sunnah ini lebih utama daripada puasa sunnah mutlak. Sebagaimana halnya bahwa shalat sunnah yang paling utama setelah shalat-shalat wajib dan shalat-shalat sunnah rawatib yang mengiringinya, adalah shalat malam. Jadi, shalat-shalat sunnah rawatib yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat wajib lebih utama daripada qiyamullail (shalat malam) –menurut Jumhur ulama- ; kerena kedekatan pelaksanaan shalat-shalat tersebut dengan shalat-shalat wajib [9]

10-Sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal-amal tahunan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Sebagaimana datang di dalam hadis :


æóåõæó ÔóåúÑñ ÊõÑúÝóÚõ Ýöíúåö ÇáúÃóÚúãóÇáõ Åöáóì ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíúäó ÝóÃõÍöÈøõ Ãóäú íõÑúÝóÚõ Úóãóáöí æóÃóäóÇ ÕóÇÆöãñ


“Dan ia (yakni, bulan Sya’ban) adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Rabb semesta alam. Maka, aku suka amalku diangkat saat aku tengah berpuasa.”

Maka, Nabi -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-suka amalnya diangkat saat beliau dalam keadaan berpuasa ; karena hal itu lebih memberikan peluang untuk diterimanya amal dan ditinggikannya derajat-derajat. Maka dari itu, hendaknya orang-orang Islam meneladani Nabi mereka-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- dalam hal ini dan hendaknya pula mereka memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.

11-Pengangkatan amal-amal dan dipertunjukkannya di hadapan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-ada tiga macam, sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh teks-teks syariat [10] :

Pertama, pengangkatan harian ; setiap hari dua kali, pertama, di malam hari dan kedua, di siang hari. Sebagaimana di dalam hadis :


íõÑúÝóÚõ Åöáóíúåö Úóãóáõ Çááøóíúáö ÞóÈúáó Úóãóáö ÇáäøóåóÇÑö æóÚóãóáõ ÇáäøóåóÇÑö ÞóÈúáó Úóãóáö Çááøóíúáö


Diangkat kepada-Nya amal malam hari sebelum amal siang hari, dan amal siang hari sebelum amal malam hari [11]

Maka, diangkanlah amal siang di akhir (waktu)nya dan amal malam di akhir (waktu)nya (pula). Maka para Malaikat naik dengan membawa amal-amal malam di akhir (waktu)nya di awal siang. Dan mereka naik dengan membawa amal-amal siang setelah selesainya di awal malam, sebagaimana di dalam hadis,


íóÊóÚóÇÞóÈõæäó Ýöíßõãú ãóáÇóÆößóÉñ ÈöÇááøóíúáö æóãóáÇóÆößóÉñ ÈöÇáäøóåóÇÑö æóíóÌúÊóãöÚõæäó Ýöì ÕóáÇóÉö ÇáúÝóÌúÑö æóÕóáÇóÉö ÇáúÚóÕúÑö


Para Malaikat datang bergantian pada kalian di malam hari dan di siang hari, dan mereka berkumpul pada shalat Subuh dan Shalat Asar. [12]

Maka, barang siapa ketika itu berada dalam ketaatan, niscaya diberkahi rizki dan amalnya. [13]

Oleh karena itu, dulu, ad-Dhahhak-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-menangis pada akhir siang, dan beliau mengatakan, ‘ Aku tidak tahu apa yang diangkat dari amalku.’ [14]

Kedua, Pengangkatan mingguan. Maka, amal-amal itu diangkat dan dihadapkan (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) setiap minggunya dua kali, yaitu pada hari Senin dan hari Kamis. Sebagaimana di dalam hadis,


ÊõÚúÑóÖõ ÃóÚúãóÇáõ ÇáäøóÇÓö Ýöì ßõáøö ÌõãõÚóÉò ãóÑøóÊóíúäö íóæúãó ÇáÇöËúäóíúäö æóíóæúãó ÇáúÎóãöíÓö ÝóíõÛúÝóÑõ áößõáøö ÚóÈúÏò ãõÄúãöäò ÅöáÇøó ÚóÈúÏðÇ Èóíúäóåõ æóÈóíúäó ÃóÎöíåö ÔóÍúäóÇÁõ ÝóíõÞóÇáõ ÇÊúÑõßõæÇ - Ãóæö ÇÑúßõæÇ - åóÐóíúäö ÍóÊøóì íóÝöíÆóÇ »


Amal-amal manusia dinaikan dan dihadapkan (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-) pada setiap Jum’at (yakni, Minggu) dua kali ; di hari Senin dan di hari Kamis. Maka diampunilah (dosa) setiap hamba Mukmin kecuali seorang hamba yang antara dirinya dan saudaranya ada permusuhan. Maka, dikatakan (kepada para Malaikat), ‘tinggalkanlah –atau tundalah- dua orang ini hingga keduanya berdamai.’ [15]

Dan dulu, Ibrahim an-Nakha’i-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-menangis di hadapan istrinya pada hari Kamis dan istrinya pun menangis pula di hadapannya, seraya mengatakan, ‘Pada hari ini ama-amal kita dinaikan dan dihadapkan kepada Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-.’ [16]

Ketiga, Pengangkatan tahunan. Maka, amal-amal setahun diangkat sekaligus pada bulan Sya’ban, sebagaimana ditunjukkan oleh sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


æóåõæó ÔóåúÑñ ÊõÑúÝóÚõ Ýöíúåö ÇáúÃóÚúãóÇáõ Åöáóì ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíúäó


“Dan ia (yakni, bulan Sya’ban) adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Rabb semesta alam...”

12-Untuk setiap pengangkatan amal dan dipertunjukkannya di hadapan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-terdapat hikmah yang diketahui oleh Rabb kita-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-lah risalah, dan dari Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-penyampaian (risalah itu), sedangkan kita berkewajiban menerimannya.

13-Dianjurkan bagi seorang muslim untuk menambah ketaatan di waktu-waktu diangkatnya amal-amal dan dihadapkannya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Maka, seorang muslim dianjurkan berpuasa pada hari Senin dan hari Kamis, sebagaimana petunjuk beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Berbekal dengan amal-amal shaleh dan mendekatkan diri kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya.

14-Hendaknya seorang muslim ingat bahwa amal-amalnya-amal-amal yang baik dan amal-amal yang buruk- diangkat kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- pada bulan ini. Karena itu, hendaknya ia memilih untuk dirinya apa-apa yang akan diangkat kepada Rabbnya -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan apa-apa yang akan menjadi sebab untuk mendapatkan pahala yang besar atau apa-apa yang akan menjadi sebab mendapatkan hukuman yang buruk, serta apa-apa yang bakal diterima atau apa-apa yang akan ditolak. Kita memohon perlindungan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

15-Sya’ban layaknya sebuah pengantar menuju ke bulan Ramadhan dan layaknya sebuah latihan untuk melakukan puasanya. Maka, disyariatkan di bulan Sya’ban apa-apa yang disyariatkan pada bulan Ramadhan berupa puasa dan membaca al-Qur’an untuk mendapatkan kesiapan untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan dan jiwa pun terlatih dengan hal tersebut untuk mentaati Dzat yang Maha Pengasih (Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì).

Maka, bergegaslah kepada ketaatan di bulan Sya’ban dan hendaknya setiap muslim dan muslimah menyiapkan bekal di bulan Sya’ban ini sebagai persiapan untuk bulan Ramadhan ; agar ia tidak memasuki puasa Ramadhan dalam keadaan berat. Bahkan, ia telah terlatih dan terbiasa berpuasa. Dan, ia pun mendapati manis dan lezatnya puasa. Sehingga ia memasuki puasa Ramadhan dengan penuh kekuatan dan kesemangatan. [17]

Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan taufik kepada kita semuanya.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

32 Faidatan Fi Syahri Sya’ban, Muhammad Shaleh al-Munajjid, hal. 3-16.

Catatan :

[1] HR. an-Nasai, 2357 dan dihasankan oleh al-Albani di dalam ash-Shahihah, 1898.

[2] HR. al-Bukhari 1969 dan Muslim 1156, dan lafazh ini adalah milik imam Muslim.

[3] HR. al-Bukhari 1970 dan Muslim 1156, dan lafazh ini adalah milik imam Muslim.

[4] HR. at-Tirmidzi 736 dan an-Nasai 2352. Dan, dishahihkan oleh al-Albani.

[5] HR. at-Tirmidzi 3579 dan an-Nasai 572, dan dishahihkan oleh al-Albani.

[6] Lihat : Latha-if Ma’arif, Ibnu Rajab, hal. 131

[7] Lihat : Latha-if Ma’arif, Ibnu Rajab, hal. 34, 129

[8] HR. Muslim (1163)

[9] Lihat : Latha-if al-Ma’arif, hal. 34, 129

[10] Lihat : Tahdzib Sunan Abi Dawud, Ibnul Qayyim, 3/199, Thariqul Hijratain, hal. 75, dan Latha-if al-Ma’arif, hal. 126.

[11] HR. Muslim, 179

[12] HR. al-Bukhari 555 dan Muslim 632

[13] Fathul Baari, Ibnu Hajar 2/37

[14] Lathaif al-Ma’arif, 127

[15] HR. Muslim, 36

[16] Lathaif al-Ma’arif, 127

[17] Lihat, Lathaif al-Ma’arif, 134



Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1061