Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Hujan, Antara Kenikmatan dan Kesyukuran

Jumat, 19 Januari 24
**

Hujan adalah Kenikmatan

Sesungguhnya diturunkannya hujan merupakan salah satu bentuk kenikmatan. Bahkan termasuk kenikmatan yang sangat agung. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – karuniakan nikmat tersebut kepada hamba-hambaNya dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –menyanjung nikmatNya tersebut di dalam kitab-Nya, seraya berfirman,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÇÚúÈõÏõæÇ ÑóÈøóßõãõ ÇáøóÐöí ÎóáóÞóßõãú æóÇáøóÐöíäó ãöäú ÞóÈúáößõãú áóÚóáøóßõãú ÊóÊøóÞõæäó. ÇáøóÐöí ÌóÚóáó áóßõãõ ÇáÃóÑúÖó ÝöÑóÇÔðÇ æóÇáÓøóãóÇÁó ÈöäóÇÁð æóÃóäúÒóáó ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ÝóÃóÎúÑóÌó Èöåö ãöäó ÇáËøóãóÑóÇÊö ÑöÒúÞðÇ áóßõãú ÝóáóÇ ÊóÌúÚóáõæÇ ááåö ÃóäúÏóÇÏðÇ æóÃóäúÊõãú ÊóÚúáóãõæäó


Wahai manusia ! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui (al-Baqarah : 21-22)

Dan sesungguhnya di antara hal yang menunjukkan akan agungnya kenikmatan air hujan ini adalah beragam sifat yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – sematkan pada nikmat tersebut di dalam kitab-Nya. Terkadang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì – menyifati air hujan tersebut dengan ‘keberkahan’. Terkadang pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì–menyifatinya dengan ‘kebersihan’. Terkadang pula Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì–menyifatinya dengan bahwa air hujan tersebut merupakan ‘sebab kehidupan.’ Dan masih ada beberapa sifat baik lainnya yang disematkanNya kepada nikmatNya nan agung ini.

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóäóÒøóáúäóÇ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ {Þ:9} ¡


Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah (Qaaf : 9)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóÃóäúÒóáúäóÇ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ØóåõæÑðÇ {ÇáÝÑÞÇä:48}


Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih (al-Furqan : 48)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóÇááåõ ÃóäúÒóáó ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ÝóÃóÍúíóÇ Èöåö ÇáÃóÑúÖó ÈóÚúÏó ãóæúÊöåóÇ Åöäøó Ýöí Ðóáößó áóÂóíóÉð áöÞóæúãò íóÓúãóÚõæäó {ÇáäÍá: 65{


Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran) (an-Nahl : 65)

Jadi, hujan adalah karunia nan agung, sebagai mana Al-Khattobi mengatakan, “Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia.” (Syarh al-Bukhari, 5/18)

Kesyukuran dengan Amalan

Oleh karena hujan merupakan kenikmatan, maka seorang hamba yang mendapatkannya, harus menjadikan dirinya mengingat sang pemberi nikmat tesebut dan bersyukur kepada-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya, tidak mengingkari-Nya dan tidak mengingkari nikmat-Nya. Sebagaimana halnya ketika ia mendapatkan berbagai macam bentuk karunia-Nya yang lainnya. Sebagaimana yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì–perintahkan kepadanya,


ÝóÇÐúßõÑõæäöí ÃóÐúßõÑúßõãú æóÇÔúßõÑõæÇ áöí æóáóÇ ÊóßúÝõÑõæäö [ÇáÈÞÑÉ : 152]


Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (al-Baqarah : 152)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ßõáõæÇ ãöäú ØóíøöÈóÇÊö ãóÇ ÑóÒóÞúäóÇßõãú æóÇÔúßõÑõæÇ áöáøóåö Åöäú ßõäúÊõãú ÅöíøóÇåõ ÊóÚúÈõÏõæäó [ÇáÈÞÑÉ : 172]


Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (al-Baqarah : 172)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


ÝóßõáõæÇ ãöãøóÇ ÑóÒóÞóßõãõ Çááøóåõ ÍóáóÇáðÇ ØóíøöÈðÇ æóÇÔúßõÑõæÇ äöÚúãóÊó Çááøóåö Åöäú ßõäúÊõãú ÅöíøóÇåõ ÊóÚúÈõÏõæäó [ÇáäÍá : 114]


Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu ; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (an-Nahl : 114)

Dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì– dan nikmat-Nya di antaranya dapat diujudkan dengan amalan. Yakni, mengerjakan amalan yang diperintahkan atau dianjurkan terkait dengan kenikmatan tersebut, atau dengan meninggalkan perkara yang terlarang terkait dengan kenikmatan tersebut.

Berikut adalah beberapa amalan sebagai salah satu ujud dari kesyukuran seorang hamba terkait nikmat hujan.

Pertama : Takut datangnya adzab ketika mendung

Mendung boleh jadi membawa nikmat dan boleh jadi membawa adzab. Ketika muncul mendung, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúå æóÓóáøóãó-begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì –.

Dari Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-, ia berkata,


ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ ÑóÃì äóÇÔöÆÇð Ýöí ÃõÝõÞò ãöäú ÂÝóÇÞö ÇáÓøóãóÇÁö ÊóÑóßó Úóãóáóåõ æóÅöäú ßóÇäó Ýöí ÕóáóÇÉò Ëõãøó ÃóÞúÈóáó Úóáóíúåö ÝóÅöäú ßóÔóÝóåõ Çááåõ ÍóãöÏó Çááåó æóÅöäú ãóØóÑóÊú ÞóÇáó : ( Çóááøóåõãøó ÕóíøöÈðÇ äóÇÝöÚðÇ )


Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya–meskipun dalam shalat-kemudian beliau kembali melanjutkan aktivitasnya lagi (jika hujan sudah selesai). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, “ Ya Allah ! Jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat.” (HR. al-Bukhari di dalam Adabul Mufrad, no. 686)

Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-berkata,


ßóÇäó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ ÑóÃóì ãóÎöíúáóÉð Ýöí ÇáÓøóãóÇÁö ÃóÞúÈóáó æóÃóÏúÈóÑó æóÏóÎóáó æóÎóÑóÌó æóÊóÛóíøóÑó æóÌúåõåõ ÝóÅöÐóÇ ÃóãúØóÑóÊú ÇáÓøóãóÇÁõ ÓõÑøöíó Úóäúåõ ÝóÚóÑøóÝóÊúåõ ÚóÇÆöÔóÉõ Ðóáößó ÝóÞóÇáó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ãóÇ ÃóÏúÑöí áóÚóáøóåõ ßóãóÇ ÞóÇáó Þóæúãñ {ÝóáóãøóÇ ÑóÃóæúåõ ÚóÇÑöÖðÇ ãõÓúÊóÞúÈöáó ÃóæúÏöíóÊöåöãú} ÇáúÂíóÉó


Nabi- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau mulai menenangkan hatinya. Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu, Nabi- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengatakan, “Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada kaum ‘Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.” (al-Ahqaf :24) (HR. al-Bukhari, no. 3206)

Ibnu Hajar-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan, “Hadis ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi gundah gulana pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.” (Fathul Baari, 6/301)

Intinya, mendung kadang membawa berkah hujan dan kadang pula membawa bencana sebagaimana yang menimpa kaum ‘Aad.

Kedua : Doa ketika turun hujan sebagai rasa syukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåð æóÊóÚóÇáóì-.

Apabila Allah-ÓõÈúÍóÇäóåð æóÊóÚóÇáóì-memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim-dalam rangka bersyukur kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåð æóÊóÚóÇáóì- untuk membaca doa,


( Çóááøóåõãøó ÕóíøöÈðÇ äóÇÝöÚðÇ )


Ya Allah ! Turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.

Itulah yang Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadis dari Ummul Mukminin, Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-,


Ãóäøó ÑóÓõæáó Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ßóÇäó ÅöÐóÇ ÑóÃóì ÇáúãóØóÑó ÞóÇáó Çááøóåõãøó ÕóíøöÈðÇ äóÇÝöÚðÇ


Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, “ Ya Allah ! Jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat. (HR. al-Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan an-Nasai no. 1523)

Ibnu Baththol-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan, “Hadis ini berisi anjuran untuk berdoa ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.“ (Syarh al-Bukhari, 5/18)

Ketiga : Turunnya hujan, kesempatan terbaik untuk memanjatkan doa

Ibnu Qudamah-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-di dalam al-Mughniy (2/294) mengatakan, “Dianjurkan untuk berdoa ketika turunnya hujan sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,

“ Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan : (1) Bertemunya dua pasukan, (2) menjelang shalat dilaksanakan, dan (3) saat hujan turun.” (Dikeluarkan oleh imam Syafi’i dalam al-Umm dan al-Baihaqi dalam Al-Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih. Lihat, Shahihul Jaami’ no. 1026).

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d-ÑÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, beliau berkata bahwa Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ËöäúÊóÇäö ãóÇ ÊõÑóÏøóÇäö ÇóáÏøõÚóÇÁõ ÚöäúÏó ÇáäøöÏóÇÁö æóÊóÍúÊó ÇáúãóØóÑö


“Dua doa yang tidak akan ditolak ; (1) doa ketika adzan dan (2) doa ketika turunnya hujan.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan. Lihat Shahihul Jaami’ no. 3078)

Keempat : Doa ketika terjadi angin kencang

Dianjurkan bagi seorang muslim ketika terjadi angin kencang untuk membaca doa berikut sebagaimana yang disebutkan dalam hadis dari Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengucapkan ketika itu :


Çááøóåõãøó Åöäøöì ÃóÓúÃóáõßó ÎóíúÑóåóÇ æóÎóíúÑó ãóÇ ÝöíåóÇ æóÎóíúÑó ãóÇ ÃõÑúÓöáóÊú Èöåö æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøöåóÇ æóÔóÑøö ãóÇ ÝöíåóÇ æóÔóÑøö ãóÇ ÃõÑúÓöáóÊú Èöåö


Ya, Allah ! Aku memohon kepada-Mu baiknya angin ini dan kebaikan yang ada padanya, dan aku memohon kebaikan dari yang diutus dengannya. Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya angin ini, dan keburukan yang ada padanya dan aku berlindung dari keburukan yang diutus dengannya. (HR. Muslim no. 899)

Kelima : Doa ketika mendengar suara petir

Dari Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,


ÓõÈúÍóÇäó ÇáøóÐöí ÓóÈøóÍóÊú áóåõ


Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya.

Lalu, beliau mengatakan, ‘Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana penggembala ternak membentak hewannya (Adabul Mufrad no. 72. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan. )

Apabila Abdullah bin Zubair-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,


ÓõÈúÍóÇäó ÇáøóÐöí íõÓóÈøöÍõ ÇáÑøóÚúÏõ ÈöÍóãúÏöåö æóÇáúãóáóÇÆößóÊõåõ ãöäú ÎöíúÝóÊöåö


Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya.

Kemudian beliau mengatakan,


Åöäøó åóÐóÇ áóæóÚöíúÏñ ÔóÏöíúÏñ áöÃóåúáö ÇúáÃóÑúÖö


Sesungguhnya ini merupakan ancaman yang sangat keras untuk penduduk bumi (Adabul Mufrad no, 723. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih)

Keenam : Mengambil berkah dari air hujan

Anas bin Malik-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-berkata, “Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -. Lalu Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian ?” Kemudian Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó– bersabda,


áöÃóäøóåõ ÍóÏöíúËõ ÚóåúÏò ÈöÑóÈøöåö ÊóÚóÇáóì


Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan (HR. Muslim no. 898)

An-Nawawi-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-menjelaskan, “Makna hadis ini adalah hujan itu rahmat, yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah ta’ala. Oleh karena itu, Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.” (Syarh Muslim, 6/195)

An-Nawawi-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-selanjutnya mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat dalil bagi ulama Syafi’iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadis ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain.” (Syarh Muslim, 6/196)

Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-. Abu Mulaikah mengatakan,


Ãóäøóåõ ßóÇäó ÅöÐóÇ ãóØöÑóÊö ÇáÓøóãóÇÁõ íóÞõæúáõ íóÇ ÌóÇÑöíóÉõ ÃóÎúÑöÌöí ÓóÑúÌöí ÃóÎúÑöÌöí ËöíóÇÈöí æóíóÞõæúáõ æóäóÒøóáúäóÇ ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö ãóÇÁð ãõÈóÇÑóßðÇ


‘Apabila turun hujan, beliau (Ibnu Abbas) mengatakan, “Wahai pelayan keluarkanlah pelanaku, keluarkanlah pula bajuku”. “dan beliau membacakan (ayat) (yang artinya) “Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh berkah (banyak manfaatnya) (Qaf : 9) (Adabul Mufrad no. 1228).

Ketujuh : Tidak boleh mencela hujan

Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, “Aduh !! hujan lagi, hujan lagi.”

Perlu diketahui bahwa setiap ucapan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah-ÓõÈúÍÇóäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ãóÇ íóáúÝöÙõ ãöäú Þóæúáò ÅöáøóÇ áóÏóíúåö ÑóÞöíÈñ ÚóÊöíÏñ [Þ : 18]


“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf : 18)

Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga bersabda,


Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó áóíóÊóßóáøóãõ ÈöÇáúßóáöãóÉö ãöäú ÑöÖúæóÇäö Çááøóåö áóÇ íõáúÞöí áóåóÇ ÈóÇáðÇ íóÑúÝóÚõåõ Çááøóåõ ÈöåóÇ ÏóÑóÌóÇÊò æóÅöäøó ÇáúÚóÈúÏó áóíóÊóßóáøóãõ ÈöÇáúßóáöãóÉö ãöäú ÓóÎóØö Çááøóåö áóÇ íõáúÞöí áóåóÇ ÈóÇáðÇ íóåúæöí ÈöåóÇ Ýöí Ìóåóäøóãó

‘Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu Allah melemparkan dia ke dalam neraka Jahannam disebabkan perkataannya itu.’ (HR. al-Bukhari no. 6478)

Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-telah menasehatkan kepada kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai ‘kambing hitam’ jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íõÄúÐöíäöí ÇÈúäõ ÂÏóãó íóÓõÈøõ ÇáÏøóåúÑó æóÃóäóÇ ÇáÏøóåúÑõ ÈöíóÏöí ÇáúÃóãúÑõ ÃõÞóáøöÈõ Çááøóíúáó æóÇáäøóåóÇÑó


Manusia menyakiti Aku ; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti (HR. al-Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246)

Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga bersabda,


áóÇ ÊóÓõÈøõæúÇ ÇáÑøöíúÍó


Janganlah kamu mencaci maki angin (HR. at-Tirmidzi no. 2252)

Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.

Intinya, mecela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang, karena orang yang mencela hujan sama saja mencela Pencipta hujan yaitu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya.

Kedelapan : Berdoa setelah turunnya hujan

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, ia berkata, ‘Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –melakukan shalat Shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, “Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian ?”Kemudian mereka mengatakan, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.” Kemudian Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –bersabda,


ÃóÕúÈóÍó ãöäú ÚöÈóÇÏöí ãõÄúãöäñ Èöí æóßóÇÝöÑñ ÝóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ãõØöÑúäóÇ ÈöÝóÖúáö Çááøóåö æóÑóÍúãóÊöåö ÝóÐóáößó ãõÄúãöäñ Èöí æóßóÇÝöÑñ ÈöÇáúßóæúßóÈö æóÃóãøóÇ ãóäú ÞóÇáó ÈöäóæúÁö ßóÐóÇ æóßóÐóÇ ÝóÐóáößó ßóÇÝöÑñ Èöí æóãõÄúãöäñ ÈöÇáúßóæúßóÈö


Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan, ‘Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah’, maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan, ‘Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini),’ maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang. (HR. al-Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71)

Dari hadis ini terdapat dalil untuk mengucapkan, ‘ãõØöÑúäóÇ ÈöÝóÖúáö Çááøóåö æóÑóÍúãóÊöåö’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda kesyukuran atas nikmat hujan yang diberikan.

Semoga Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memberikan taufik kepada kita, membantu kita untuk mengingat-Nya, dan membantu kita pula untuk bersyukur kepada-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya berupa hujan dan juga kenikmatan-kenikmatan-Nya yang lainnya. Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

1-Ni’matul Amthor, Ahmad bin Husain al-Faqihiy

2-Panduan amal shalih di musim hujan, Muhammad Abduh Tuasikal


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1057