Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Tanda Kemunafikan Lainnya

Jumat, 13 Oktober 23
***

Alhamdulillah. Pada tulisan berjudul ‘Deteksi Dini Tanda Kemunafikan dalam Diri’ telah disebutkan beberapa tanda kemunafikan, yang selayaknya diwaspadai dan dideteksi dini oleh masing-masing diri orang yang beriman. Tanda-tanda kemunafikan yang telah disebutkan tersebut dan telah pula dijelaskan secara singkat, yaitu, Dusta, Khianat, Fujur, Ingkar Janji, dan Malas dalam Beribadah. Itulah lima tanda-tanda kemunafikan yang telah disebutkan. Adapun dalam tulisan ini, akan disebutkan dan dijelaskan pula tanda-tanda kemunafikan yang lainnya.

Tanda Ke-6 : Riya’ dan Sum’ah

Tanda yang keenam yaitu riya’ dalam urusan ibadah. Allah-ÓñÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Åöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó íõÎóÇÏöÚõæäó Çááøóåó æóåõæó ÎóÇÏöÚõåõãú æóÅöÐóÇ ÞóÇãõæÇ Åöáóì ÇáÕøóáóÇÉö ÞóÇãõæÇ ßõÓóÇáóì íõÑóÇÁõæäó ÇáäøóÇÓó æóáóÇ íóÐúßõÑõæäó Çááøóåó ÅöáøóÇ ÞóáöíáðÇ [ÇáäÓÇÁ : 142]


Sesungguhnya orang Munafik itu hendak penipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali (an-Nisa : 142)

Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menjelaskan dalam shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim), beliau bersabda,


ãóäú ÓóãøóÚó ÓóãøóÚó Çááøóåõ Èöåö æóãóäú íõÑóÇÆöí íõÑóÇÆöí Çááøóåõ Èöåö


Barang siapa yang memperdengarkan (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan tentangnya. Dan barang siapa yang memperlihatkan (riya), maka Allah akan memperlihatkan tentangnya (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagaimana seseorang yang riya itu ? Dia khusyuk di hadapan manusia, bolong-bolong shalatnya ketika sendirian, ketika bermajlis bersama banyak orang dia terlihat zuhud dan ahli ibadah, beradab dalam bermajelis, perkataan dan ucapannya tidak melanggar apa-apa yang diharamkan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì.

Ibnu Majah meriwayatkan hadis hasan dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-, bahwa Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


áóÃóÚúáóãóäøó ÃóÞúæóÇãðÇ ãöäú ÃõãøóÊöí íóÃúÊõæúäó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÈöÍóÓóäóÇÊö ÃóãúËóÇáö ÌöÈóÇáö ÊöåóÇãóÉó ÈöíúÖðÇ . ÝóíóÌúÚóáõåóÇ Çááåõ ÚóÒøó æó Ìóáøó åóÈóÇÁð ãóäúËõæúÑðÇ . ÞóÇáó ËóæúÈóÇäõ íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö ÕöÝúåõãú áóäóÇ Ìóáøöåöãú áóäóÇ Ãóäú áóÇ äóßõæúäó ãöäúåõãú æóäóÍúäõ áóÇäóÚúáóãõ . ÞóÇáó : ÃóãóÇ Åöäøóåõãú ÅöÎúæóÇäõßõãú æóãöäú ÌöáúÏóÊößõãú . æóíóÃúÎõÐõæúäó ãöäó Çááøóíúáö ßóãóÇ ÊóÃúÎõÐõæúäó æóáóßöäøóåõãú ÃóÞúæóÇãñ ÅöÐóÇ ÎóáóæúÇ ÈöãóÍóÇÑöãö Çááåö ÇöäúÊóåóßõæúåóÇ


Sungguh aku benar-benar mengetahui segolongan dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa banyak kebaikan seperti gunung Thihamah yang putih. Kemudian Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menjadikannya seperti debu yang dihempaskan angin (sia-sia).” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah sebutkanlah sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami agar kami tidak termasuk bagian dari mereka sedangkan kami tidak mengetahui.” Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda, “Sesungguhnya mereka itu adalah saudara-saudara kalian, kulitnya seperti kulit kalian, mereka juga shalat malam sebagaimana kalian shalat malam, akan tetapi mereka adalah kaum yang ketika sendirian (tidak ada orang yang melihatnya), mereka melanggar apa-apa yang diharamkan Allah.” (HR. Ibnu Majah)

Tanda orang munafik adalah riya’, beramal karena manusia, berbicara juga karena manusia. Kita memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar membersihkan kita dari riya dan sum’ah, karena sesungguhnya ia merupakan penyakit paling berbahaya yang apabila menimpa seorang hamba, maka rusaklah amalnya.

Maka benarlah apa yang disampaikan oleh Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-dalam hadis Qudsi :


ÞóÇáó ÑóÓõæáõ Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- « ÞóÇáó Çááøóåõ ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì ÃóäóÇ ÃóÛúäóì ÇáÔøõÑóßóÇÁö Úóäö ÇáÔøöÑúßö ãóäú Úóãöáó ÚóãóáðÇ ÃóÔúÑóßó Ýöíúåö ãóÚöì ÛóíúÑöì ÊóÑóßúÊõåõ æóÔöÑúßóåõ »


Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda, Allah-ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì -berfirman, “Aku sama sekali tidak butuh sekutu dari perbuatan syirik, barangsiapa beramal dan dia menyekutukan-Ku di dalamnya dengan selain-Ku, Aku tinggalkan dia (tidak diterima amalannya) bersama sekutunya (HR. Muslim)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak akan menerima amalan seseorang yang didasari riya’ baik amalannya sedikit atau pun banyak. Imam Ahmad meriwayatkan hadis di dalam Musnadnya. Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÇóáÑøöíóÇÁõ ÔöÑúßñ


Riya adalah syirik (HR. Ahmad)

Sungguh orang-orang shaleh menangis karena mereka takut bila amalnya ternoda dengan riya’, mereka mengadu dan memohon kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar membebaskan mereka dari riya.’ Riya bisa terjadi dalam urusan mencari nafkah, shalat, dzikir, dan puasa. Dan tidak ada tempat bagi kita untuk menghindarinya kecuali dengan tiga hal ;

1-Mengetahui bahwasanya tidak ada yang bisa mendatangkan manfaat dan menolak madharat kecuali Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-; tidak ada yang bisa memberikan kesehatan, kesembuhan (dari penyakit), menghidupkan dan mematikan, memberikan rezeki dan melapangkannya serta menghukum seorang hamba kecuali Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

2-Mengetahui kemampun makhluk, bahwa dia adalah hamba yang lemah dan tak berdaya, tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak madharat, menghidupkan, mematikan dan membangkitkan (dari alam kubur), memberikan pahala dan siksa. Maka hendaknya Anda tenang dan tidak mengharapkan keridhaan manusia.

3-Berdoa kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan doa yang baik yang telah diajarkan oleh Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-kepada para sahabatnya :


Çóááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæúÐõ Èößó Ãóäú ÃõÔúÑößó Èößó æóÃóäóÇ ÃóÚúáóãõ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó áöãóÇ áóÇ ÃóÚúáóãõ


Ya Allah ! Aku berlindung kepada-Mu dari kesyirikan yang aku ketahui dan aku memohon ampunan dari dosa syirik yang tidak aku ketahui.

Hasan Al-Bashri-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata dalam doanya :


Çóááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæúÐõ Èößó ãöäó ÇáÑøöíóÇÁö æóÇáÓøõãúÚóÉö


Ya Allah ! Aku berlindung kepada-Mu dari riya’ dan sum’ah.

Dalam lafazh yang lain disebutkan :


Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑú ÑöíóÇÆöí æóÓõãúÚóÊöí


Ya Allah ! Ampunilah riya’ dan sum’ahku.

Demi Allah, sum’ah adalah mengharapkan ketenaran/nama baik dan beramal supaya terkenal. Mereka adalah orang-orang yang kelak pada Hari Kiamat akan ditelanjangi aibnya di hadapan seluruh makhluk. Kita memohon perlindungan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-agar menjauhkan riya’ dan sum’ah pada diri kita. Amin

Tanda Ke-7 : Sedikit Sekali Berdzikir (Mengingat Allah)

Tanda kemunafikan ketujuh adalah sedikit mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Subhanallah...Mereka mengingat Allah, akan tetapi sedikit sekali. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


Åöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó íõÎóÇÏöÚõæäó Çááøóåó æóåõæó ÎóÇÏöÚõåõãú æóÅöÐóÇ ÞóÇãõæÇ Åöáóì ÇáÕøóáóÇÉö ÞóÇãõæÇ ßõÓóÇáóì íõÑóÇÁõæäó ÇáäøóÇÓó æóáóÇ íóÐúßõÑõæäó Çááøóåó ÅöáøóÇ ÞóáöíáðÇ [ÇáäÓÇÁ : 142]


Sesungguhnya orang Munafik itu hendak penipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali (an-Nisa : 142)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tidak menyebutkan bahwa mereka tidak mengingat Allah, akan tetapi dengan ‘ mengingat Allah’ akan tetapi ‘sedikit sekali’. Orang munafik itu mengingat dan memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sedikit sekali, sedangkan lisannya mati. Dia tidak memiliki semangat dan kesungguhan untuk berdzikir.

Anas bin Malik-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-meriwayatkan hadis dari Rasulullah-Õðáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó -, beliau bersabda,


Êöáúßó ÕóáÇóÉõ ÇáúãõäóÇÝöÞö íóÌúáöÓõ íóÑúÞõÈõ ÇáÔøóãúÓó ÍóÊøóì ÅöÐóÇ ßóÇäóÊú Èóíúäó ÞóÑúäóí ÇáÔøóíúØóÇäö ÞóÇãó ÝóäóÞóÑóåóÇ ÃóÑúÈóÚðÇ áÇó íóÐúßõÑõ Çááøóåó ÝöíåóÇ ÅöáøóÇ ÞóáöíáÇð


Itulah shalatnya orang munafik, dia duduk memperhatikan matahari hingga ketika matahari berada di kedua tanduk setan (dalam riwayat lain : matahari menguning), kemudian dia berdiri shalat empat rakaat dengan mematuk (sebagaimana ayam mematuk makanan), dia tidak mengingat Allah dalam shalatnya kecuali sedikit saja (HR. Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad, dan An-Nasai)

Subhanallah … mereka shalat dan mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tapi sedikit sekali, itulah orang munafik.

Adapun tanda daripada keimanan adalah banyak berdzikir. Ibnu Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-menyebutkan di dalam kitab “al-Wabil Ash-Shayyib”, “Kalaulah sekiranya tidak ada faedah dzikir selain dari menghilangkan kemunafikan, maka sebenarnya itu saja sudah cukup.”

Ali-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-pernah ditanya “Apakah khawarij itu orang-orang munafik?” Ali menjawab, “Tidak.” Mereka banyak mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sedangkan orang munafik sedikit sekali mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.”

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÊóØúãóÆöäøõ ÞõáõæÈõåõãú ÈöÐößúÑö Çááøóåö ÃóáóÇ ÈöÐößúÑö Çááøóåö ÊóØúãóÆöäøõ ÇáúÞõáõæÈõ [ÇáÑÚÏ : 28]


(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram (Ar-Ra’d : 28)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


ÝóÇÐúßõÑõæäöí ÃóÐúßõÑúßõãú æóÇÔúßõÑõæÇ áöí æóáóÇ ÊóßúÝõÑõæäö [ÇáÈÞÑÉ : 152]


Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (al-Baqarah : 152)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


ÇáøóÐöíäó íóÐúßõÑõæäó Çááøóåó ÞöíóÇãðÇ æóÞõÚõæÏðÇ æóÚóáóì ÌõäõæÈöåöãú [Âá ÚãÑÇä : 191]


(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring ... (Ali Imran : 191)

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga berfirman,


æóÇáÐøóÇßöÑöíäó Çááøóåó ßóËöíÑðÇ æóÇáÐøóÇßöÑóÇÊö ÃóÚóÏøó Çááøóåõ áóåõãú ãóÛúÝöÑóÉð æóÃóÌúÑðÇ ÚóÙöíãðÇ [ÇáÃÍÒÇÈ : 35]


...laki-laki dan permpuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (Al-Ahzab : 35)


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÐúßõÑõæÇ Çááøóåó ÐößúÑðÇ ßóËöíÑðÇ [ÇáÃÍÒÇÈ : 41]


Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. (al-Ahzab : 41)

Ibnu Shalah- ÑóÍöãóåõ Çááåõ-, ulama ahli hadis Madzhab Syafi’i pernah ditanya, “Apa maksud dari berdzikir yang sebanyak-banyaknya ?” Dia menjawab, “Barang siapa yang menjaga dan melazimi dzikir ‘al-ma’tsurah’ yang bersumber dari Nabi Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, maka sungguh dia telah berdzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan sebanyak-banyaknya, barang siapa yang menjaga dzikir setelah shalat lima waktu, dzikir pagi dan sore, doa sebelum dan setelah makan dan minum, mau tidur dan bangun tidur, ketika melihat kilat dan mendengar petir, ketika turun hujan, masuk masjid dan keluar darinya, maka sungguh dia telah berdzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. “

Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-berkata, “Barang siapa yang berdzikir mengingat Allah dalam keadaan diam atau berjalan, mukim atau bepergian, sehat atau sakit, maka sungguh dia telah berdzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”

Diriwayatkan dari sebagian salaf bahwa yang dimaksud “Berdzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sebanyak-banyaknya”adalah senantiasa membasahi lisan dengan dzikir kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Abdullah bin Bisrin-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-meriwayatkan :


Ãóäøó ÑóÌõáðÇ ÞóÇáó íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö Åöäøó ÔóÑóÇÆöÚó ÇáúÅöÓúáóÇãö ÞóÏú ßóËõÑóÊú Úóáóíøó ÝóÃóÎúÈöÑúäöí ÈöÔóíúÁò ÃóÊóÔóÈøóËõ Èöåö ÞóÇáó áóÇ íóÒóÇáõ áöÓóÇäõßó ÑóØúÈðÇ ãöäú ÐößúÑö Çááåö


Ada seorang sahabat berkata kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah sesungguhnya syariat Islam ini sudah banyak bagiku, oleh karena itu beritahulah kepadaku sesuatu yang bisa aku jadikan pegangan.” Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda (kepadanya), “Basahilah lisanmu dengan senantiasa berdzikir kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi)

Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda dalam Shahih Muslim :


« áóÃóäú ÃóÞõæáó ÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö æóáóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ æóÇááøóåõ ÃóßúÈóÑõ ÃóÍóÈøõ Åöáóìøó ãöãøóÇ ØóáóÚóÊú Úóáóíúåö ÇáÔøóãúÓõ »


“Ucapan (dzikir) subhanallah (Mahasuci Allah), alhamdulillah (segala puji bagi Allah), laa ilaaha illallah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah) dan Allahu Akbar (Allah Mahabesar), itu lebih aku cintai dari apa-apa yang disinari oleh matahari.” Dalam lafazh yang lain : “atau digelapkan oleh terbenamnya matahari.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-disebutkan :


ßóÇäó ÑóÓõæáõ Çááøóåö -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- íóÓöíÑõ Ýöì ØóÑöíÞö ãóßøóÉó ÝóãóÑøó Úóáóì ÌóÈóáò íõÞóÇáõ áóåõ ÌõãúÏóÇäõ ÝóÞóÇáó « ÓöíÑõæÇ åóÐóÇ ÌõãúÏóÇäõ ÓóÈóÞó ÇáúãõÝóÑøöÏõæäó ». ÞóÇáõæÇ æóãóÇ ÇáúãõÝóÑøöÏõæäó íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö ÞóÇáó « ÇáÐøóÇßöÑõæäó Çááøóåó ßóËöíÑðÇ æóÇáÐøóÇßöÑóÇÊõ ».


Pada suatu ketika Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pergi ke Makkah melewati sebuah gunung yang bernama Jumdan. Kemudian beliau bersabda, “Berjalanlah kalian ! Inilah (gunung) Jumdan, orang-orang mufarridun telah mendahului kalian.” Para sahabat bertanya, ‘Siapa orang-orang mufarridun itu ya Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berdzikir mengingat Allah sebanyak-banyaknya dari kalangan laki-laki dan perempuan. (HR. Muslim)

Saudaraku sekalian..

Aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa berdzikir mengingat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sedikit berdzikir akan mendatangkan kemunafikan, tanamkan dalam hati kalian untuk senantiasa bertasbih, tahlil, membaca al-Qur’an, istighfar, taubat, dan bershalawat atas Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

Bersambung, insya Allah ...

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Tsalatsuuna ‘Alaamatan li Al-Munaafiqiin, Syaikh Aidh Al-Qarny-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1042