Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Deteksi Dini ‘Tanda Kemunafikan’ dalam Diri

Jumat, 06 Oktober 23
***

Nifaq (Kemunafikan) adalah penyakit berbahaya yang sangat dikhawatirkan oleh masing-masing diri orang-orang yang beriman. Karenanya, mendeteksi penyakit ini dalam diri seorang yang beriman sejak dini merupakan bagian perkara yang sangat penting. Dan, hal ini juga merupakan bagian yang menununjukkan dari bentuk kehati-hatian dan ketakutan orang yang beriman terhadap penyakit yang berbahaya ini.

Hasan al-Bashri-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-mengatakan,


ãóÇ ÎóÇÝóåõ ÅöáøóÇ ãõÄúãöäñ æóáóÇ Ãóãöäóåõ ÅöáøóÇ ãõäóÇÝöÞñ


Tidak ada yang menakuti kemunafikan kecuali orang Mukmin dan tidak ada yang merasa aman dari kemunafikan kecuali orang munafik (Shahih al-Bukhari, 1/52)

Apabila seorang Muslim tidak berhati-hati dan menjauh dari kemunafikan, maka boleh jadi ia akan terperosok ke dalamnya, yang mana kemunafikan itu akan mengantarkannya ke Neraka yang menyala-nyala-Wal ‘iyadzubillah-, sebagaimana yang diancamkan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-di beberapa ayat di dalam kitab-Nya, misalnya, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-


ÈóÔøöÑö ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó ÈöÃóäøó áóåõãú ÚóÐóÇÈðÇ ÃóáöíãðÇ [ÇáäÓÇÁ : 138]


Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (an-Nisa : 138)


Åöäøó Çááøóåó ÌóÇãöÚõ ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó æóÇáúßóÇÝöÑöíäó Ýöí Ìóåóäøóãó ÌóãöíÚðÇ [ÇáäÓÇÁ : 140]


Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahannam (an-Nisa : 140)


Åöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó Ýöí ÇáÏøóÑúßö ÇáúÃóÓúÝóáö ãöäó ÇáäøóÇÑö æóáóäú ÊóÌöÏó áóåõãú äóÕöíÑðÇ [ÇáäÓÇÁ : 145]


Sungguh, orang-orang Munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka (an-Nisa : 145)


æóÚóÏó Çááøóåõ ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó æóÇáúãõäóÇÝöÞóÇÊö æóÇáúßõÝøóÇÑó äóÇÑó Ìóåóäøóãó ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåóÇ åöíó ÍóÓúÈõåõãú æóáóÚóäóåõãõ Çááøóåõ æóáóåõãú ÚóÐóÇÈñ ãõÞöíãñ [ÇáÊæÈÉ : 68]


Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka; dan mereka mendapat azab yang kekal (at-Taubah : 68)

Tanda-tanda Kemunafikan

Pada ghalibnya bahwa orang yang tengah terkena atau terjangkiti suatu penyakit terlihat padanya beberapa tanda-tandanya yang mengindikasikan atau menunjukkan ketidak normalan kondisinya. Bahkan, penyakit itu sendiri pun boleh jadi memiliki tanda-tanda. Kalau itu adalah penyakit yang menyerang badan, maka begitu pala penyakit yang menyerang jiwa dan hati, seperti, penyakit kemunafikan ini, ia pun memiliki tanda-tanda. Di antara tanda-tandanya adalah sebagai berikut :

Tanda ke-1 : Dusta

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóÇááøóåõ íóÔúåóÏõ Åöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó áóßóÇÐöÈõæäó [ÇáãäÇÝÞæä : 1]


Dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta (al-Munafiqun : 1)

Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÂíóÉõ ÇáúãõäóÇÝöÞö ËóáóÇËñ ÅöÐóÇ ÍóÏøóËó ßóÐóÈó


Tanda orang munafik itu ada tiga –salah satunya adalah- apabila berbicara dia dusta ... (HR. al-Bukhari)

Maka, barang siapa yang berdusta ; baik bercanda atau serius, berbohong karena suatu urusan atau karena tipu muslihat, maka ini termasuk bagian dari tanda kemunafikan. Seseorang tidaklah berdusta kecuali dalam hatinya terdapat kemunafikan. Wallahul Musta’an

Dusta adalah tanda kemunafikan yang sangat jelas; sekalipun dustanya dengan nada bercanda, karena sebagian orang meremehkan masalah ini.


æóíúáñ áöáøóÐöí íõÍóÏøöËõ ÝóíóßúÐöÈõ áöíõÖúÍößó Èöåö ÇáúÞóæúãó æóíúáñ áóåõ æóíúáñ áóåõ


Celaka bagi orang yang bercerita kemudian ia berdusta agar ditertawakan orang lain, celaka dia, celaka dia (HR. Ahmad)

Saya wasiatkan kepada kalian dan diri saya agar berhati-hati dari dusta. Jangalah kalian berdusta, karena sesungguhnya dusta itu akan menyuburkan kemunafikan. Dan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menyifati orang-orang munafik sebagai pendusta, kerena mereka berdusta dalam perkataan, perbuatan, dan keadaan mereka.
Tanda ke-2 : Khianat

Dalilnya adalah hadis Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-beliau bersabda,


æóÅöÐóÇ ÚóÇåóÏó ÛóÏóÑó …


Dan jika berjanji dia khianat.

Siapa yang memberikan sumpahnya kepada kaum muslimin, berjanji kepadanya, atau kepada pemimpinya, kemudian dia berkhianat ; maka sungguh dia telah mempersaksikan dirinya berbuat kemunafikan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis Buraidah ; pada suatu hari ketika Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- mengatakan kepada para sahabat, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim :

“Jika kamu mengepung benteng musuh, lalu mereka menginginkan untuk meminta perlindungan dan jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah engkau berikan kepadanya perlindungan Allah dan Nabi-Nya. Akan tetapi berikanlah perlindungan dan jaminan darimu dan dari sahabatmu (pasukanmu), karena sesungguhnya jaminan darimu dan sahabatmu itu resikonya lebih ringan daripada resiko jaminan Allah dan Rasul-Nya. Dan jika kamu mengepung suatu benteng musuh, lalu mereka meminta agar diberlakukan hukum Allah atas mereka, maka janganlah kamu berlakukan hukum Allah kepada mereka, akan tetapi berlakukanlah hukummu bagi mereka ; karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui apakah kamu betul-betul sudah memberlakukan hukum Allah atas mereka atau belum. (HR. Muslim)

Maka barang siapa yang berjanji kepada seorang suami, istri atau anaknya, sahabat atau temannya atau kepada pemimpinnya, kemudian dia berkhianat tanpa alasan syar’i, maka yang demikian ini merupakan tanda daripada tanda-tanda kemunafikan. Wal’iyadzubillah

Tanda ke-3 : Fujur

Yang dimaksud adalah fujur dalam pertikaian, sebagaimana sabda Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-di dalam Shahihain :


æóÅöÐóÇ ÎóÇÕóãó ÝóÌóÑó


Dan apabila bertikai dia fajir (HR. Muslim)

Ahi Ilmu berkata bahwa maksud dari hadis ini adalah “Siapa yang bertikai dengan sesama Muslim.” Karena bertikai dengan orang kafir itu ada pembahasan tersendiri yang membedakannya dengan pertikaian sesama Muslim yang menyebabkan seseorang berdosa ketika melakukannya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-mengetahui apa yang ada di dalam hati orang yang bertikai bahwasanya dia fajir dan munafik.

Adapun pertikaian dengan orang kafir di sana ada sebuah hadis yang berbunyi :


ÇóáúÍóÑúÈõ ÎóÏúÚóÉñ


Perang itu adalah tipu daya (HR. al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad)

Ali bin Abi Thalib-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bermuamalah dengan orang kafir, namun dalam masalah ini ada penjelasan lebih rinci lagi jika orang kafir berkhianat, maka mengkhianati mereka atau mempermainkan mereka dan penggunaan siasat, bukan termasuk dalam kategori khianat dan fajir, tetapi ia begian daripada siasat perang. Dalam masalah ini ada pembahasan tersendiri.

Tanda ke-4 : Ingkar Janji

Orang yang berjanji kemudian dia mengingkari janjinya, maka sungguh dia telah mewarisi bagian daripada cabag-cabang kemunafikan. Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Rasulullah -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-sebagaimana ditulis dalam kitab-kitab sirah dengan sanad yang bisa dipertanggungjawabkan, bahwasanya beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah berjanji untuk bertemu dengan seseorang, maka Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-memenuhi janjinya dan ternyata orang itu menyelisihi janjinya. Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-tetap bertahan di tempat itu selama tiga hari tiga malam, kemudian ingatlah si orang yang berjanji tadi, dia pun datang. Maka Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-sampaikan kepadanya, “Engkau telah kikir kepadaku.” Barang siapa yang mengingkari janji dan tidak menepatinya, maka pada dirinya terdapat kemunafikan. Siapa yang berjanji kepadamu pada jam, hari, dan tempat yang sudah ditentukan kemudian mengingkari janji tersebut tanpa udzur, ketahuilah bahwa pada dirinya terdapat cabang dari cabang-cabang kemunafikan, maka bersihkanlah dirimu darinya.

Adapun di antara kebiasaan orang-orang shaleh ketika mereka berjanji kepada saudaranya, dia berkata : “ Åöäú ÔóÇÁó Çááåõ , Jika aku bisa, aku akan datang dan jika tidak, maka aku udzur (izin).” Tujuannya adalah agar tidak tercatat di atas perjanjian itu satu cabang dari cabang-cabang kemunafikan, wal’iyadzubillah-kita memohon perlindungan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- darinya-.

Nifaq amali yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin ini disebabkan lemahnya keimanan mereka kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sehingga jadilah mereka generasi yang mengingkari janji, berdusta, berbuat fujur (dosa) dan berkhianat.

Tanda ke-5 : Malas dalam Beribadah

Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


Åöäøó ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó íõÎóÇÏöÚõæäó Çááøóåó æóåõæó ÎóÇÏöÚõåõãú æóÅöÐóÇ ÞóÇãõæÇ Åöáóì ÇáÕøóáóÇÉö ÞóÇãõæÇ ßõÓóÇáóì íõÑóÇÁõæäó ÇáäøóÇÓó æóáóÇ íóÐúßõÑõæäó Çááøóåó ÅöáøóÇ ÞóáöíáðÇ [ÇáäÓÇÁ : 142]


Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (An-Nisa : 142)

Apabila Anda melihat seorang bermalas-malasan untuk shalat, menempatkan diri di shaf pertama, dzikir, menyeru kepada kebaikan, ilmu dan majelis-majelis kebaikan, maka ketahuilah bahwa pada dirinya ada rasa waswas dan sesungguhnya setan menginginkan hatinya menjadi lemah dan takut, maka berhati-hatilah darinya. Bukan berarti maknanya bahwa setiap orang yang mendirikan shalat terbebas dari kemunafikan. Orang-orang Munafik, mereka pun melaksanakan shalat bersama Nabi Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-, akan tetapi mereka shalat dengan bermalas-malasan; mereka berdiri dengan penuh kemalasan, lambat dan loyo, tidak ada semangat dan kesungguhan. Padahal Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


íóÇ íóÍúíóì ÎõÐö ÇáúßöÊóÇÈó ÈöÞõæøóÉò [ãÑíã : 12]


Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh..(Maryam : 12)

Adapun orang-orang munafik itu menyeret kakinya ketika melangkahkan kaki ke masjid seakan-akan mereka disertai dengan rantai (terpaksa), kemudian berdiri di ujung shaf atau di barisan shaf paling belakang ; sehingga tidak tahu apa yang dibaca oleh imam, tidak mentadabburinya, dan tidak pula sadar akan apa yang dia lakukan.

Disebutkan dalam shahih Muslim hadis yang diriwayatkan Aswad bin Yazid Al-Iraqi Al-Abid, dia bertanya kepada Aisyah-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåóÇ-, “Kapan Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bangun untuk melaksanakan shalat malam (qiyamullail) ? “ Aisyah menjawab, “Beliau bangun ketika mendengar ayam jantan berkokok.” Aisyah berkata, “Beliau bergegas bangun dari tempat tidurnya.” Dalam hadis ini menggunakan lafzh “Yatsibu-watsaban” (meloncat), bukan menggunakan lafazh “yaqumu qiyaman” (berdiri). Hal ini menandakan keberanian, kesungguhan, kokohnya iman, kesungguhan kemaun dalam menjalankan ibadah dengan penuh ketaatan. Maka dari itu Anda akan mendapati orang shalih senantiasa memperhatikan waktu-waktunya ; kapan adzan berkumandang ? Sudah tibakah waktu shalat ? Apakah sudah masuk waktunya ? Kemudian dia akan segera bergegas menuju masjid.

Imam Ahmad berkata di dalam kitab “Az-Zuhd” tentang biografi Adi bin Hatim, “Demi Allah, tidaklah dekat waktu shalat tiba melainkan aku sudah sangat rindu padanya.”

Para sahabat memuji kehidupan Sa’id bin Musayyib di dalam sejarah kehidupannya, ketika beliau berkata “Tidaklah seorang muadzin mengumandangkan adzan selama 40 tahun melainkan aku sudah berada di masjid Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó.”

Inilah keimanan. Ada sebuah riwayat dari at-Tirmidzi, akan tetapi hadistnya masih diperbincangkan ; di dalamnya ada rawi bernama Daraj Abi As-Samh dari Abi Haitsam, dia seorang perawi yang dha’if. Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÅöÐóÇ ÑóÃóíúÊõãú ÇáÑøóÌõáó íóÚúÊóÇÏõ ÇáúãóÓúÌöÏó ÝóÇÔúåóÏõæúÇ áóåõ ÈöÇáúÅöíúãóÇäö


Apabila kalian melihat seorang lelaki yang kehidupannya senantiasa terpaut dengan masjid, maka saksikanlah bahwa dia beriman (HR. at-Tirmidzi)

Makna hadis ini shahih menurut ahli ilmu, maka sesungguhnya setiap orang yang mendatangi masjid dan senantiasa terpaut dengannnya, Åöäú ÔóÇÁó Çááåö dia terbebas dari nifaq i’tiqadi [1], dan hendaknya dia terus berusaha untuk melepaskan dirinya dari nifaq ‘amali.[2]

Saudaraku...Malas adalah pertanda adanya nifaq pada diri kita, dan itu bisa kita lihat pada tiga ciri/tanda orang munafik; bagaimana dalam masalah ibadah, puasa, dzikir, belajar dan mencari ilmu yang bermanfaat, dan bagaimana semangat dakwahnya. Maka selayaknya Anda berhati-hati dan meninggalkan segala bentuk kemalasan, karena sesungguhnya Demi Allah, malas adalah penyakit yang sangat berbahaya yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sematkan pada diri orang-orang munafik. Wal’iyadzu billah-kita memohon perlindungan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semoga dijauhkan darinya.

Saudaraku...Apa tanda kemunafikan yang lainnya yang hendaknya kita mewaspadainya dan hendaknya kita mendeteksinya dalam diri kita sejak dini agar kita selamat darinya ? Insya Allah, akan disebutkan pada tulisan berikutnya, dengan judul, ‘Tanda Kemunafikan Lainnya’.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Tsalatsuuna ‘Alaamatan li Al-Munaafiqiin, Syaikh Aidh Al-Qarny-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ. Dengan gubahan.

Catatan :

[1] Nifaq i’tiqadi, yaitu nifaq yang mengeluarkan dari Islam, dan pelakunya ditempatkan di kerak Neraka paling bawah. Mereka adalah orang yang di dalam hatinya mendustakan risalah Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó--dia seolah-olah menampakkan keislamannya-, atau mendustakan kitab-kitab Allah, malaikat-malaikat-Nya, atau mendustakan pokok-pokok dari akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Dalilnya adalah firman Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


æóãöäó ÇáäøóÇÓö ãóäú íóÞõæáõ ÂãóäøóÇ ÈöÇááøóåö æóÈöÇáúíóæúãö ÇáúÂÎöÑö æóãóÇ åõãú ÈöãõÄúãöäöíäó (8) íõÎóÇÏöÚõæäó Çááøóåó æóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóãóÇ íóÎúÏóÚõæäó ÅöáøóÇ ÃóäúÝõÓóåõãú æóãóÇ íóÔúÚõÑõæäó (9) Ýöí ÞõáõæÈöåöãú ãóÑóÖñ ÝóÒóÇÏóåõãõ Çááøóåõ ãóÑóÖðÇ æóáóåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ ÈöãóÇ ßóÇäõæÇ íóßúÐöÈõæäó (10)


Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya : dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (al-Baqarah : 8-10)

[2] Nifaq ‘Amali, yaitu nifaq yang tidak mengeluarkan dari Islam, Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-menjelaskannya dalam hadis shahih Bukhari-Muslim :


ÂíóÉõ ÇáúãõäóÇÝöÞö ËóáÇóËñ ÅöÐóÇ ÍóÏøóËó ßóÐóÈó æóÅöÐóÇ æóÚóÏó ÃóÎúáóÝó æóÅöÐóÇ ÇÆúÊõãöäó ÎóÇäó


Tanda orang munafik itu ada tiga ; (1) jika berbicara dia berdusta, (2) jika berjanji dia mengingkari, (3) jika dipercaya dia berkhianat.













Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1040