Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Seutama-utama Iman

Jumat, 02 Juni 23

**

Abu Ya’la di dalam Musnadnya dan Ibnu Abi Syaibah di dalam Mushannafnya meriwayatkan dari Jabir- ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ-bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah ditanya, ‘Iman yang bagaimanakah yang paling utama ?’ Beliau menjawab, ‘Sabar dan Bersikap Toleran’.
**

Ini adalah hadis hasan, valid dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-karena didukung oleh beberapa riwayat yang menguatkannya.
**

Boleh jadi ada orang yang bertanya, ‘Mengapa ‘sabar dan sikap toleran menempati posisi yang tinggi dalam keimanan dan menempati kedudukan yang tinggi dalam agama ?’

Jawabannya, bahwa sabar dan sikap toleran merupakan dua akhlak di dalam jiwa di mana seorang hamba sangat membutuhkannya dalam persoalan-persoalan agama seluruhnya dan dalam semua kemaslahatan-kemaslahatannya dan amal-amalnya. Maka, tak ada sesuatupun dari hal-hal tersebut yang tidak membutuhkan kepada kesabaran dan sikap toleran. Oleh kerena itu, kedua akhlak nan utama ini dibutuhkan dalam semua persoalan agama.

Oleh karenanya, Ibnu al-Qayyim-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –di dalam sebagian bukunya menyebutkan hadis ini, menjelaskan kedudukan hadis nan agung ini, juga menjelaskan maknanya dan hal-hal yang ditunjukkan olehnya, seraya mengatakan, “

Ini termasuk perkataan yang paling banyak menghimpun kemaslahatan dan merupakan seagung-agung bukti, serta paling padat berisikan kedudukan-kedudukan iman, dari awalnya hingga akhirnya. Karena, ada dua hal yang dihendaki dari jiwa, (yaitu) (pertama) mengusahakan apa yang diperintahkan dan memberikannya, sedangkan yang dapat membawanya adalah sikap toleran, dan (kedua) meninggalkan hal yang dilarang dan menjauhkan diri darinya, sedangkan yang dapat membawanya adalah kesabaran.” Selesai perkataan beliau-ÑóÍöãóåõ Çááåõ -.

Dan, Hasan al-Basriy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ – di mana beliau adalah salah seorang rawi hadis ini-ditanya, ‘Apakah yang dimaksud dengan ‘kesabaran’ dan apa pula yang dimaksud dengan ‘bersikap toleran’ ? Hasan al-Basriy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ –pun menjawab, ‘Kesabaran, yakni, kesabaran dari hal-hal yang dilarang. Dan, bersikap toleran, yakni, dengan menunaikan perkara-perkara yang diwajibkan.’

Wahai orang yang beriman…!

Apabila engkau merenungkan tentang hadis nan agung ini dan tentang hal-hal yang ditunjukkan olehnya, niscaya engkau dapati bahwa hadis ini merupakan hadis yang menghimpun persoalan agama seluruhnya; karena engkau-wahai orang yang beriman- diperintahkan untuk melakukan berbagai amal, ketaatan, dan ibadah yang beraneka ragam, dan kesemuanya ini membutuhkan kepada sikap toleransi jiwa. Kata ‘sikap toleran’ itu asal perkara yang ditunjukkannya adalah kemudahan dan keselamatan. Maka, barang siapa jiwanya merupakan mata rantai-mata rantai yang mudah lagi toleran, niscaya bakal tunduk terhadap perintah-perintah, dan mengerjakan ketaatan-ketaatan, ia tidak akan enggan dan menolak. Dan termasuk perkara yang diminta dari seorang hamba adalah membentengi diri dari kemaksiatan, menjauhi perkara-perkara yang dilarang, dan menghindarkan diri dari perkara-perkara yang diharamkan.

Hal-hal ini –wahai hamba-hamba Allah- membutuhkan kepada kesabaran dari seorang hamba. Apabila tidak ada kesabaran padanya, maka sesungguhnya jiwanya akan berontak dan tidak akan mempu mencegah dirinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- .

Dengan ini, diketahuilah bahwa barang siapa tidak memiliki kesabaran dalam dirinya, niscaya ia tidak akan mampu membendung keburukan, dan barang siapa yang dalam dirinya tidak ada sikap toleran niscaya ia tak akan mampu untuk melakukan ketaatan.

Ya, barang siapa yang tidak ada kesabaran dalam dirinya ia tak akan dapat melawan jiwa dari kecerobohannya saat tertimpa musibah, dan tidak akan mampu pula melawan jiwa dari kebebasannya ketika ada hal-hal yang mendorong keinginan dan syahwatnya.

Dan, barang siapa yang tidak memiliki sikap toleran pada dirinya, maka sesungguhnya jiwa tidak akan bersikap toleran, tidak akan tunduk terhadap perintah-perintah dan tidak akan menyambut seruan para penyeru ketaatan. Maka, apabila jiwanya diajak untuk melakukan ketaatan akan enggan, dan apabila diperintahkan untuk melakukan sebuah keutamaan akan menolak. Dengan sikap ini, maka ia termasuk orang-orang yang terhalang dari memperoleh kebaikan. Jadi, orang yang tidak memiliki kesabaran dalam dirinya dan juga tidak memiliki sikap toleran dalam dirinya, ia tidak akan mampu bangkit untuk melakukan hal-hal yang akan memberikan kemaslahatan pada dirinya dan tidak akan dapat mencegah hal-hal yang seharusnya dicegah.

Jika demikan, maka betapa butuhnya kita menjadi orang-orang yang memiliki kesabaran dan orang-orang yang memiliki sikap toleran agar jiwa kita dapat bangkit melakukan ketaatan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan agar jiwa kita mampu mencegah dan menolak hal-hal yang dilarang berupa perkara-perkara yang diharamkan dan dosa-dosa.

Namun, taufiq itu di tangan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena itu, kita memohon pertolongan kepada-Nya, dan kita pun memohon perlindungan kepada-Nya semata seraya bertawasul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya yang paling indah dan sifat-sifatnya yang tinggi supaya mengaruniakan kepada kita keimanan yang agung ini ; kesabaran dan sikap toleran.
**

Wahai hamba-hamba Allah !

Ketahuilah bahwa kebahagiaan seorang hamba dan keuntungannya di kehidupan dunianya dan di kehidupan akhiratnya adalah terkait dengan perealisasian keimanan yang merupakan tujuan penciptaan dirinya. Dan, keimanan itu merupakan hiasan sebenarnya bagi seorang hamba, dan merupakan kunci kebahagiaan dan keuntungannya di kehidupan dunianya dan di kehidupan akhiratnya. Karena itu, barang siapa yang dianugerahi oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-keimanan dan ditanamkan kecintaan di dalam hatinya terhadap keimanan, serta ditunjukkan hatinya kepadanya, niscaya ia bahagia di kehidupan dunianya dan di kehidupan akhiratnya. Dan, keimanan itu merupakan karunia ilahi dan pemberian Rabb semesta alam, serta taufiq dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang diberikan kepada orang yang Dia kehendaki dari kalangan para hamba-Nya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


æóáóßöäøó Çááøóåó ÍóÈøóÈó Åöáóíúßõãõ ÇáúÅöíãóÇäó æóÒóíøóäóåõ Ýöí ÞõáõæÈößõãú æóßóÑøóåó Åöáóíúßõãõ ÇáúßõÝúÑó æóÇáúÝõÓõæÞó æóÇáúÚöÕúíóÇäó ÃõæáóÆößó åõãõ ÇáÑøóÇÔöÏõæäó (7) ÝóÖúáðÇ ãöäó Çááøóåö æóäöÚúãóÉð æóÇááøóåõ Úóáöíãñ Íóßöíãñ (8) [ÇáÍÌÑÇÊ : 7 - 8]


Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (al-Hujurat : 7-8)

Karena itu, Ya Allah sesembahan kami, tuan kami dan pelindung kami, perindahlah diri kami dengan hiasan keimanan, dan jadikanlah kami semuanya sebagai orang-orang yang menyampaikan petunjuk dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Afdhalu al-Iman ash-Shabru Wa as-Samahatu, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì.



Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1023