Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Maha Bercahaya

Jumat, 12 Mei 23
ÇóáäøõæúÑõ
Maha Bercahaya
**

Nama tersebut telah datang keterangannya dalam al-Qur’anul karim dalam firman-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,


Çááøóåõ äõæÑõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö ãóËóáõ äõæÑöåö ßóãöÔúßóÇÉò ÝöíåóÇ ãöÕúÈóÇÍñ ÇáúãöÕúÈóÇÍõ Ýöí ÒõÌóÇÌóÉò ÇáÒøõÌóÇÌóÉõ ßóÃóäøóåóÇ ßóæúßóÈñ ÏõÑøöíøñ íõæÞóÏõ ãöäú ÔóÌóÑóÉò ãõÈóÇÑóßóÉò ÒóíúÊõæäóÉò áóÇ ÔóÑúÞöíøóÉò æóáóÇ ÛóÑúÈöíøóÉò íóßóÇÏõ ÒóíúÊõåóÇ íõÖöíÁõ æóáóæú áóãú ÊóãúÓóÓúåõ äóÇÑñ äõæÑñ Úóáóì äõæÑò íóåúÏöí Çááøóåõ áöäõæÑöåö ãóäú íóÔóÇÁõ æóíóÖúÑöÈõ Çááøóåõ ÇáúÃóãúËóÇáó áöáäøóÇÓö æóÇááøóåõ Èößõáøö ÔóíúÁò Úóáöíãñ [ÇáäæÑ : 35]


Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Nur : 35)

Nash dalil di atas dan beberapa dalil lain yang menjelaskan seputar pembahasan ini menjelaskan penamaan Rabb dengan ‘an-Nur’ (Maha Bercahaya), dan bahwasanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memiliki cahaya yang disandarkan kepada-Nya, dan bahwasanya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah Cahaya bagi langit dan bumi, dan bahwasanya hijab-Nya (penutup-Nya) adalah cahaya. Dengan demikian ada empat macam cahaya :

Pertama, penamaan Allah dengan ‘An-Nur’

Kedua, penyandaran kata ‘An-Nur’ kepad-Nya dalam bentuk sifat. Sebagaimana disandarkan kepada-Nya kehidupan, pendengaran, penglihatan, dan seluruh sifat-sifat-Nya. Dan terkadang disandarkan kepada wajah-Nya, sebagaimana sabda Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó –dalam sebuah hadis,


ÃóÚõæúÐõ ÈöäõæúÑö æóÌúåößó


“Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu.”

Dan terkadang juga disandarkan kepada Dzat-Nya, sebagaimana firman-Nya,


æóÃóÔúÑóÞóÊö ÇáúÃóÑúÖõ ÈöäõæÑö ÑóÈøöåóÇ [ÇáÒãÑ : 69]


“Dan terangbenderanglah bumi (padanga mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Rabbnya.” (az-Zumar : 69)

Ketiga, disandarkannya cahaya-Nya kepada langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya,


Çááøóåõ äõæÑõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö


Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. (an-Nur : 35)

Keempat, penyebutan bahwa hijab-Nya adalah cahaya, sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih,


ÍöÌóÇÈõåõ ÇáäøõæÑõ áóæú ßóÔóÝóåõ áóÃóÍúÑóÞó ÓõÈõÍóÇÊõ æóÌúåöåö ãóÇ ÇäúÊóåóì Åöáóíúåö ÈóÕóÑõåõ ãöäú ÎóáúÞöåö


“Hijab-Nya adalah cahaya, apabila Dia menyingkapnya niscaya cahaya, kemuliaan dan keagungan wajah-Nya dapat membakar semua makhluk yang dapat dijangkau oleh pandangan-Nya.”

Syaikh Abdurrahman as-Sa’diy-ÑóÍöãóåõ Çááåõ-berkata dalam sebuah ucapan yang mencakup dalam menjelaskan arti dari nama ini dan menerangkan kandungannya :

An-Nur (cahaya) termasuk sifat-Nya, dan itu ada dua :

An-Nur al-Hissiy (cahaya yang bersifat konkret), yakni cahaya yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-tersifati dengan cahaya itu. Seandainya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membuka hijab dari wajah-Nya, niscaya kemuliaan, keagungan, dan cahaya wajah-Nya dapat membakar semua makhluk yang dapat dijangkau oleh pandangan-Nya. Cahaya seperti ini tidak mungkin bisa diungkapkan, kecuali dengan ungkapan nabawi yang dapat memenuhi makna yang agung tersebut. Bahwasanya seluruh makhluk tidak akan mampu bertahan dengan cahaya-Nya seandainya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menampakkan wajah-Nya di hadapan mereka. Seandainya penghuni Surga tidak diberikan kehidupan yang sempurna oleh Rabb dan tidak pula diberikan pertolongan dalam hal ini pasti mereka tidak akan mampu untuk melihat Rabb Mahaagung. Seluruh cahaya yang ada di langit adalah dari cahaya-Nya. Bahkan cahaya surga kenikmatan yang lapangnya seluas langit dan bumi –dan keluasannya tidak diketahui, kecuali oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì--adalah dari cahaya-Nya. Oleh karena itu, cahaya ‘Arsy, kursi, dan surga merupakan cahaya-Nya. Apalagi cahaya matahari, bulan, dan bintang-bintang.

Jenis kedua, An-Nur Al-Maknawi (cahaya-Nya yang bersifat maknawi), yakni, cahaya-Nya yang menerangi hati para Nabi-Nya, orang-orang pilihan-Nya, para wali, dan malaikat-Nya, yang berupa cahaya pengetahuan tentang-Nya dan kecintaan kepada-Nya. Sebab, untuk mendapatkan pengetahuan tentang-Nya, maka di hati para wali-Nya yang beriman terhadap cahaya sesuai dengan pengetahuan mereka masing-masing yang berupa sifat-sifat kemuliaan-Nya, dan apa yang mereka yakini dari sifat keindahan-Nya. Oleh karena itu, setiap sifat dari sifat-sifat-Nya memiliki pengaruh di dalam hati mereka. Karena pengetahuan tentang Allah Maha Pelindung adalah pengetahuan yang paling agung, dan ilmu tentang-Nya adalah ilmu yang paling mulia, dan ilmu bermanfaat seluruhnya adalah cahaya yang ada di hati, apalagi dengan ilmu tersebut yang merupakan ilmu yang paling utama dan paling mulia, dasar dan cabang-cabangnya.

Bagaimana pula bila kecintaan dan kembali kepada-Nya ditambahkan lagi kepada cahaya tersebut. Tentu saja seluruh isi hati dan arahannya akan berkelap-kelip lantaran adanya cahaya yang beraneka ragam dan bermacam-macam kelezatan yang serupa keindahan dan kenikmatannya tersebut.

Makna-makna keagungan, kekuasaan, dan kemuliaan yang berupa cahaya kecintaan, kasih sayang, dan rindu mengisi hati mereka juga.

Makna-makna keindahan, kebajikan dan kemuliaan yang berupa cahaya kecintaan, kasih sayang, dan rindu mengisi hati mereka juga.

Makna-makna rahmat, santun, kedermawanan, dan kelembutan yang berupa cahaya kecintaan yang terus tumbuh di atas kebaikan, cahaya syukur, dan pujian serta sanjungan dengan segala macamnya pun mengisi hati mereka.

Makna-makna uluhiyah yang berupa cahaya penghambaan, sinar pendekatan diri dan saling cinta, rahasia-rahasia kasih sayang, dan kebebasan bergantung secara sempurna kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, baik dengan penuh harap dan cemas, memohon dan kembali, serta berpalingnya hati dari ketergantungan kepada selain-Nya juga meneranginya.

Makna-makna ilmu, liputan, persaksian dan kedekatan khusus yang berupa cahaya perasaan akan selalu diawasi oleh-Nya mengisi hati mereka dan mengantarkan mereka ke derajat ihsan yang merupakan kedudukan paling tertinggi, yakni engkau beribadah kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- seolah-oleh engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- pasti melihatmu.

Oleh karena itu, segala makna dan sifat dari seluruh sifat Rabb cukup untuk mengisi hati dari cahayanya. Lantas, bagaimana jika sifat-sifat tersebut beraneka ragam dan terus mendatangi hati-hati yang suci, bersih, dan cerdas. Hati yang suci tersebut sesuai dengan perumpamaan yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-sebutkan dalam firman-Nya,


Çááøóåõ äõæÑõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö ãóËóáõ äõæÑöåö ßóãöÔúßóÇÉò ÝöíåóÇ ãöÕúÈóÇÍñ ÇáúãöÕúÈóÇÍõ Ýöí ÒõÌóÇÌóÉò ÇáÒøõÌóÇÌóÉõ ßóÃóäøóåóÇ ßóæúßóÈñ ÏõÑøöíøñ íõæÞóÏõ ãöäú ÔóÌóÑóÉò ãõÈóÇÑóßóÉò ÒóíúÊõæäóÉò áóÇ ÔóÑúÞöíøóÉò æóáóÇ ÛóÑúÈöíøóÉò íóßóÇÏõ ÒóíúÊõåóÇ íõÖöíÁõ æóáóæú áóãú ÊóãúÓóÓúåõ äóÇÑñ äõæÑñ Úóáóì äõæÑò íóåúÏöí Çááøóåõ áöäõæÑöåö ãóäú íóÔóÇÁõ æóíóÖúÑöÈõ Çááøóåõ ÇáúÃóãúËóÇáó áöáäøóÇÓö æóÇááøóåõ Èößõáøö ÔóíúÁò Úóáöíãñ [ÇáäæÑ : 35]


Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Nur : 35)

Cahaya yang dijadikan perumpamaan tersebut adalah cahaya keimanan kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, sifat-sifat dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Perumpamaan cahaya tersebut di dalam hati orang-orang yang beriman bagaikan cahaya yang menghimpun seluruh sifat-sifat yang ada padanya tambahan cahaya, dan ini adalah perumpamaan teragung yang diketahui seorang hamba. Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – telah menyeru kita untuk mendapatkan cahaya itu, beliau bersabda,


Çááøóåõãøó ÇÌúÚóáú Ýöì ÞóáúÈöì äõæÑðÇ æóÝöì ÓóãúÚöì äõæÑðÇ æóÝöì ÈóÕóÑöì äõæÑðÇ æóÚóäú íóãöíäöì äõæÑðÇ æóÚóäú ÔöãóÇáöì äõæÑðÇ æóÃóãóÇãöì äõæÑðÇ æóÎóáúÝöì äõæÑðÇ æóÝóæúÞöì äõæÑðÇ æóÊóÍúÊöì äõæÑðÇ, Çóááøóåõãøó ÇÌúÚóáúäöì äõæÑðÇ »


Ya Allah jadikanlah di hatiku cahaya, dan di pendengaranku cahaya, dan di penglihatanku cahaya, dan di sebelah kananku cahaya, dan di sebelah kiriku cahaya, dan di depanku cahaya, dan di belakangku cahaya, dan dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah jadikanlah aku cahaya.” (Muttafaq ‘Alaih) [1]

Bilamana hati telah penuh dengan cahaya, maka akan meluap ke wajah sehingga wajah tersebut dapat bersinar dan anggota-anggota badan pun ikut tunduk dengan ketaatan dengan penuh harap. Cahaya yang ada di hati inilah yang mencegah hamba dari perbuatan keji. Sebagaimana sabda Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


« áÇó íóÒúäöì ÇáÒøóÇäöì Íöíäó íóÒúäöì æóåõæó ãõÄúãöäñ æóáÇó íóÓúÑöÞõ ÇáÓøóÇÑöÞõ Íöíäó íóÓúÑöÞõ æóåõæó ãõÄúãöäñ æóáÇó íóÔúÑóÈõ ÇáúÎóãúÑó Íöíäó íóÔúÑóÈõåóÇ æóåõæó ãõÄúãöäñ »


Tidak akan berzina orang yang berzina tatkala ia berzina, sementara dia dalam keadaan beriman, dan tidak akan mencuri seorang pencuri tatkala ia mencuri, sementara itu ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah ia minum arak tatkala ia meminumnya, sementara ia dalam keadaan beriman (Muttafaq ‘Alaih) [2]

Beliau mengabarkan bahwa dosa besar tersebut tidak akan ada dan tidak pula akan terjadi selama adanya keimanan dan cahayanya. [3]

Dengan keputusan yang sempurna dan penjelasan yang terang tersebut, nampaklah makna nama yang agung ini dan jelas pula isi kandungannya.

Ketika cahaya tersebut termasuk salah satu nama Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan sifat-Nya, maka agama-Nya juga adalah cahaya, rasul-Nya pun cahaya, firman-Nya adalah cahaya, dan rumah kemuliaan bagi para hamba-Nya adalah cahaya yang berkilau. Cahaya tersebut terus bersinar di hati hamba-hamba-Nya yang beriman, berjalan di atas lisan-lisan mereka, dan nampak pada raut muka mereka. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun akan menyempurnakan cahaya tersebut bagi mereka kelak di hari Kiamat. Sebagaimana dalam firman-Nya,


äõæÑõåõãú íóÓúÚóì Èóíúäó ÃóíúÏöíåöãú æóÈöÃóíúãóÇäöåöãú íóÞõæáõæäó ÑóÈøóäóÇ ÃóÊúãöãú áóäóÇ äõæÑóäóÇ æóÇÛúÝöÑú áóäóÇ Åöäøóßó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ [ÇáÊÍÑíã : 8]


Sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan : Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim : 8)

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Fikih Asmaul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì.

Catatan :

[1] HR. al-Bukhari, nomor 6316, dan Muslim, nomor 763 dari Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-. Ketika menyebutkan hadis tentang shalat malam.

[2] HR. al-Bukhari, nomor 6810, dan Muslim, nomor 57 dari Abu Hurairah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-.

[3] Fath Ar-Rahim Al-Malik Al-‘Allam, hal.62-65

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1020