Artikel : Tarikh - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

KELAHIRAN NABI ISA 'Alaihissalam (bagian terakhir)

Kamis, 01 Maret 12

Yang demikian itu, karena ada sekelompok orang Yahudi pada zaman itu yang berkata:”Maryam itu hamil karena perzinaan yang dilakukan pada saat sedang haidh.” Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat mereka. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala membebaskan (membersihkan) Maryam dari tuduhan keji tersebut, mengisahkan tentangnya bahwa dia adalah perempuan yang jujur dan menjadikan anaknya sebagai seorang Nabi yang diutus serta termasuk Nabi Ulul ‘Azmi. Oleh sebab itu Dia berfirman:


æóÌóÚóáóäöí ãõÈóÇÑóßðÇ Ãóíúäó ãóÇßõäÊõ æóÃóæúÕóÇäöí ÈöÇáÕøóáÇóÉö æóÇáÒøóßóÇÉö ãóÇÏõãúÊõ ÍóíøðÇ {31}

” Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada….” (QS. Maryam: 31)

Yang demikian itu, karena dia memang selalu berdakwah meyeru ummat manusia untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, serta mensucikan-Nya dari segala bentuk kekurangan dan aib, seperti perkataan mereka bahwa Dia (Allah) mempunyai anak dan isteri. Mahatinggi dan Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.


… æóÃóæúÕóÇäöí ÈöÇáÕøóáÇóÉö æóÇáÒøóßóÇÉö ãóÇÏõãúÊõ ÍóíøðÇ {31}

”…Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)

Demikian itulah tugas seorang hamba untuk menunaikan hak Dzat Yang Mahaagung dan Mahaterpuji yaitu dengan menunaikan shalat dan berbuat baik kepada para mahluk dengan membayar zakat. Dan ia (zakat) mengandung penyucian jiwa dari akhlak buruk dan pembersihan harta yang banyak dengan cara memberikan (sebagiannya) kepada orang yang membutuhkan sesuai dengan perbedaan tingkatan mereka, untuk menjamu tamu,nafkah kepada isteri, para budak, kerabat dan jalan-jalan ketaatan dan taqarrub yang lainnya.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


æóÈóÑøðÇ ÈöæóÇáöÏóÊöí æóáóãú íóÌúÚóáúäöí ÌóÈøóÇÑðÇ ÔóÞöíøðÇ {32}

” Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)

Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikanku anak yang berbakti kepada ibuku. Hal itu karena sangat kuat hak ibunya atasnya (yang harus dia tunaikan) karena kekhususan pihaknya, dikarenakan dia tidak memiliki orang tua selain ibunya. Maka Mahasuci Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menciptakan makhluk-Nya dan mengadakannya serta memberikan petunjuk kepada setiap jiwa .


… æóáóãú íóÌúÚóáúäöí ÌóÈøóÇÑðÇ ÔóÞöíøðÇ {32}

” …Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)

Maksudnya, aku tidak kurang ajar dan kasar perangainya, dan tidak muncul dariku sebuah perkataan maupun perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah dan ketaatan kepada-Nya.


æóÇáÓøóáÇóãõ Úóáóíøó íóæúãó æõáöÏÊøõ æóíóæúãó ÃóãõæÊõ æóíóæúãó ÃõÈúÚóËõ ÍóíøðÇ {33}

”Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)

Ketiga waktu ini adalah yang telah berlalu pembahasannya pada kisah Nabi Yahya bin Zakariya 'alaihimassalam.

Kemudian setelah Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan kisahnya (‘Isa) dengan terang, dan menjelaskan perkaranya serta menjabarkannya, Dia berfirman:


Ðóáößó ÚöíÓóì ÇÈúäõ ãóÑúíóãó Þóæúáó ÇáúÍóÞøö ÇáøóÐöí Ýöíåö íóãúÊóÑõæäó {34} ãóÇßóÇäó áöáøóåö Ãóä íóÊøóÎöÐó ãöä æóáóÏò ÓõÈúÍóÇäóåõ ÅöÐóÇ ÞóÖóì ÃóãúÑðÇ ÝóÅöäøóãóÇ íóÞõæáõ áóåõ ßõä Ýóíóßõæäõ {35}

”Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka hanya berkata kepadanya:"Jadilah", maka jadilah ia.” (QS. Maryam: 34-37)

Sebagaimana yang Dia firmankan setelah penyebutan kisahnya dan perkara yang ada padanya
Ðóáößó äóÊúáõæåõ Úóáóíúßó ãöäó ÇúáÃóíóÇÊö æóÇáÐøößúÑö ÇáúÍóßöíãö {58} Åöäøó ãóËóáó ÚöíÓóì ÚöäÏó Çááåö ßóãóËóáö ÁóÇÏóãó ÎóáóÞóåõ ãöä ÊõÑóÇÈò Ëõãøó ÞóÇáó áóåõ ßõä Ýóíóßõæäõ {59} ÇáúÍóÞøõ ãöä ÑøóÈøößó ÝóáÇó Êóßõä ãøöäó ÇáúãõãúÊóÑöíäó {60} Ýóãóäú ÍóÂÌøóßó Ýöíåö ãöä ÈóÚúÏö ãóÇÌóÂÁóßó ãöäó ÇáúÚöáúãö ÝóÞõáú ÊóÚóÇáóæúÇ äóÏúÚõ ÃóÈúäóÂÁóäóÇ æóÃóÈúäóÂÁóßõãú æóäöÓóÂÁóäóÇ æóäöÓóÂÁóßõãú æóÃóäÝõÓóäóÇ æóÃóäÝõÓóßõãú Ëõãøó äóÈúÊóåöáú ÝóäóÌúÚóá áøóÚúäóÊó Çááåö Úóáóì ÇáúßóÇÐöÈöíäó {61} Åöäøó åóÐóÇ áóåõæó ÇáúÞóÕóÕõ ÇáúÍóÞøõ æóãóÇ ãöäú Åöáöåò ÅöáÇøó Çááåõ æóÅöäøó Çááåó áóåõæó ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáúÍóßöíãõ {62} ÝóÅöä ÊóæóáøóæúÇ ÝóÅöäøó Çááåó Úóáöíãõõ ÈöÇáúãõÝúÓöÏöíäó {63}

”Demikianlah (kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) al-Qur'an yang penuh hikmah. Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Rabbmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah 'Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya):"Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesunggguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Ali ‘Imraan: 58-63)

Oleh sebab itu ketika utusan Bani Najran datang, dan jumlah mereka 60 orang penunggang kuda, urusan mereka dikembalikan kepada 14 orang di antara mereka. Dan semua urusan mereka kembali kepada tiga orang, yang mereka adalah orang yang paling mulia di antara mereka dan pemuka-pemuka mereka. Mereka adalah al-‘Aqib, as-Sayyid dan Abu Haritsah bin ‘Alqamah. Mulialah mereka mendebat (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) seputar permasalahan ‘Isa 'alaihissalam, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan firman-Nya dalam permulaan surat Ali ‘Imraan dalam masalah itu, dan Dia menjelaskan keadaan ‘Isa al-Masih, permulaaan penciptaannya serta penciptaan ibunya sebelumnya.

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk ber-mubahalah (mubahalah: upaya mengajak masing-masing pihak untuk saling berdo’a supaya azab dan laknat ditimpakan kepada orang yang dusta (salah) dari kedua belah pihak) jika mereka tidak menerima ajakan Nabi dan tidak mau mengikuti beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka ketika mereka melihat mata-mata dan telinga-telinga kaumnya, mereka mundur dan berbalik dan menolak untuk ber-mubahalah dan mereka beralih ke perdamaian (perjanjian) dan pembayaran jizyah. Dan salah seorang di antara mereka –yakni al-‘Aqib ‘Abdulmasih- berkata:”Wahai kaum Nashrani, sesungguhnya kalian sudah mengetahui kalau Muhammad adalah benar-benar Nabi yang diutus. Dan telah membawakan berita secara rinci tentang Shahabat kalian (maksudnya ‘Isa 'alaihissalam). Kalian pun sudah mengetahui bahwa tidak ada satu kaum pun yang saling laknat dengan seorang Nabi, lalu orang tua di antara mereka tetap hidup dan anak kecil tumbuh (maksudnya mereka binasa seluruhnya) Dan sungguh ini adalah sebuah Isti’shal (penghapusan generasi) oleh kalian jika kalian melakukannya (mubahalah). Maka jika kalian enggan (dengan Islam) dan tetap berada dalam ucapan kalian tentang Shahabat kalian (‘Isa 'alaihissalam) maka berdamailah dengan laki-laki itu (Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) dan pergilah (kembalilah ke Negeri kalian).”

Lalu mereka pun meminta hal itu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan mereka meminta kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam agar memberlakukan (mewajibkan) jizyah (upeti) kepada mereka dan agar beliau mengutus bersama mereka seorang laki-laki yang amanah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus bersama mereka Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah radhiyallahu 'anhu dan telah kami jelaskan hal tersebut dalam tafsir surat Ali ‘Imraan (di kitab Tafsiir Ibnu Katsir). Dan akan datang penjelasannya dengan rinci di kitab Sirah di kitab ini (Bidayah wa Nihayah, yang ia adalah kitab induk/rujukan dari kitab Qisasul Anbiya’ ini). Insyaa Allah Ta’ala.

Maksudnya adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan masalah ‘Isa al-Masih. Dia berfirman kepada Rasul-Nya:


Ðóáößó ÚöíÓóì ÇÈúäõ ãóÑúíóãó Þóæúáó ÇáúÍóÞøö ÇáøóÐöí Ýöíåö íóãúÊóÑõæäó {34}

”Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (QS. Maryam: 34)

Yakni, dia adalah seorang hamba yang diciptakan dari seorang wanita yang ia adalah salah satu hamba Allah. Oleh sebab itu Dia berfirman:


ãóÇßóÇäó áöáøóåö Ãóä íóÊøóÎöÐó ãöä æóáóÏò ÓõÈúÍóÇäóåõ ÅöÐóÇ ÞóÖóì ÃóãúÑðÇ ÝóÅöäøóãóÇ íóÞõæáõ áóåõ ßõä Ýóíóßõæäõ {35}

”Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka hanya berkata kepadanya:"Jadilah", maka jadilah ia.” (QS. Maryam: 35)

Maksudnya, tidak ada sesuatu apapun yang membuatnya lemah, susah dan capek, bahkan Dia adalah Mahakuasa (Mahamampu) dan Maha melakukan apa yang Dia kehendaki.


ÅöäøóãóÂÃóãúÑõåõ ÅöÐóÂÃóÑóÇÏó ÔóíúÆðÇ Ãóä íóÞõæáó áóåõ ßõä Ýóíóßõæäõ {82}

”Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:"Jadilah!" maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)

Dan firman-Nya:


æóÅöäøó Çááåó ÑóÈøöí æóÑóÈøõßõãú ÝóÇÚúÈõÏõæåõ åóÐóÇ ÕöÑóÇØñ ãøõÓúÊóÞöíãñ {36}

” Dan sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.” (QS. Maryam: 36).

Ini adalah kelengkapan ucapan ‘Isa 'alaihissalam kepada mereka ketika masih dalam buaian (bayi). ‘Isa 'alaihissalam mengabarkan kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah adalah Rabnya dan Rabb mereka, sesembahannya dan sesembahan mereka dan bahwasanya ini adalah jalan yang lurus.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


ÝóÇÎúÊóáóÝó ÇúáÃóÍúÒóÇÈõ ãöä Èóíúäöåöãú Ýóæóíúáñ áøöáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ãöä ãøóÔúåóÏö íóæúãò ÚóÙöíãò {37}

” Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (QS. Maryam: 37)

Maksudnya, orang-orang pada zaman itu dan zaman setelahnya saling berselisih pendapat tentang dirinya (‘Isa 'alaihissalam). Ada yang berkata dari kalangan Yahudi bahwa dia (‘Isa) adalah anak hasil zina dan mereka terus menerus dalam kekafiran mereka dan penentangan mereka. Dan ada kaum lain yang berseberangan dengan mereka dalam kekafiran. Mereka mengatakan bahwa dia (‘Isa) adalah Allah. Dan yang lain mengatakan bahwa dia adalah anak Allah.

Sedangkan orang-orang yang beriman mengatakan bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, anak hamba-Nya, kalimat-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Dan mereka itulah orang-orang yang selamat, diberi pahala, diberi dukungan dan mendapatkan pertolongan. Dan barangsiapa menyelisihi mereka pada sesuatu yang merupakan bagian dari batasan-batasan (ketentuan) ini, maka dia adalah orang yang kafir, zhalim, sesat dan bodoh. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Mahatinggi, Mahaagung, Mahabijaksana dan Mahatahu telah mengancam mereka dengan firman-Nya:


… Ýóæóíúáñ áøöáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ãöä ãøóÔúåóÏö íóæúãò ÚóÙöíãò {37}

” …Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (QS. Maryam: 37)

Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda:


ãóäú ÔóåöÏó Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ æóÍúÜÏóåõ áÇó ÔóÑöíßó áóåõ æóÃóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæáõåõ æóÃóäøó ÚöíÓóì ÚóÈúÏõ Çááøóåö æóÑóÓõæáõåõ æóßóáöãóÊõåõ ÃóáúÞóÇåóÇ Åöáóì ãóÑúíóãó æóÑõæÍñ ãöäúåõ æóÇáúÌóäøóÉó ÍóÞøñ æóÇáäøóÇÑó ÍóÞøñ ÃóÏúÎóáóåõ Çááøóåõ ÇáúÌóäøóÉó Úóáóì ãóÇ ßóÇäó ãöäó ÇáúÚóãóáö

”Barangsiapa bersaksi (bersyahadat) bahwa tidak ada Ilaah yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bahwa ‘Isa adalah hamba-Nya, RasulNya, dan kalimat-Nya yang Dia berikan kepada Maryam, serta ruh (ciptaan)Nya, dan bahwasanya Surga benar-benar ada, dan bahwa Neraka benar-benar ada, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam Surga sesuai dengan amalannya.” (HR. Imam al-Bukhari rahimahullah)

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi. Pustaka Imam Syafi’i hal 545-552 dengan sedikit perubahan dari Qashahul Anbiya’ karya Ibnu Katsir rahimahullah. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihattarikh&id=221