Kata orang, lidah tidak bertulang. Mudah mengucapkan tetapi mudah pula berbalik alias tidak konsekuen dengan apa yang diucapkan, mengajak tetapi justru tidak melakukan, melarang tetapi dia justru melakukan, berkata ini baik tetapi justru mencampakkan, itu buruk namun justru mengambil. Berkata-kata memang mudah, semudah membalik lidah, lentur selentur gerakan lidah yang memang tidak bertulang. Berbeda dengan berbuat, yang ini lebih berat, lebih sulit, sehingga jumlah orangnya tidak banyak, sebaliknya karena yang pertama lebih mudah maka jumlah orangnya membludak. Banyak orang pintar berolah kata, tetapi hanya sedikit yang memenuhi kriteria satu kata dengan perbuatan, menjalankan apa yang diucapkannya sendiri. Padahal jika sapi dipegang ekornya maka manusia dipegang mulutnya.
Berikut ini penulis hadirkan beberapa bait syair yang berisi nasihat satu kata dan perbuatan. Namun sebelumnya penulis hadirkan nash-nash dalam hal ini.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Al-Baqarah: 44).
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaf: 2-3).
“Dan Aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.” (Huud: 88).
“Seorang laki-laki dihadirkan di Hari Kiamat, dia dilemparkan ke dalam api neraka, lalu ususnya terburai, dia berputar-putar dengannya seperti keledai berputar di penggilingan, penduduk neraka berkerumun kepadanya, mereka bertanya, ‘Wahai fulan, bukankah kamu beramar ma’ruf dan bernahi mungkar?’ Dia menjawab, ‘Benar, tetapi aku mengajak kepada kebaikan dan aku sendiri tidak melakukannya, aku mencegah kemungkaran dan aku sendiri melakukannya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Ini adalah bait-bait nasihat yang diucapkan oleh Abul Aswad ad-Du`ali, seorang tabiin, pengikut setia Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib, peletak ilmu Nahwu yang wafat tahun 65 H.
Abul Aswad berkata,Wahai pengajar orang lain
íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáÑøóÌõáõ ÇáãõÚóáøöãõ ÛóíúÑóåõ
åóáÇøó áöäóÝúÓößó ßóÇäó ÐóÇ ÇáÊóÚúáöíúãõ
Mengapa kamu tidak mengajar dirimu duluKamu menulis obat untuk orang sakit dan orang sulit
ÊóÕöÝõ ÇáÏóæóÇÁó áöÐöí ÇáÓóÞóãö æóÐöí ÇáÚöäóÇ
ßóíúãóÇ íóÕöÍøõ Èöåö æóÃóäúÊó ÓóÞöíúãõ
Agar dia sehat, padahal kamu sendiri sakitDan kami melihatmu terus memperbaiki akal kami dengan petuah
æóäóÑóÇßó ÊõÕúáöÍõ ÈöÇáÑóÔóÇÏö ÚõÞõæúáõäóÇ
ÃóÈóÏðÇ æóÃóäúÊó ãöäó ÇáÑóÔóÇÏö ÚóÏöíúãõ
Sementara kamu sendiri tidak mengindahkan petuah ituMulailah dengan dirimu sendiri, cegahlah ia dari keburukan
ÇöÈúÏóÃú ÈöäóÝúÓößó ÝóÇäúåóåóÇ Úóäú ÛóíøöåóÇ
ÝóÅöÐóÇ ÇäúÊóåóíúÊó Úóäúåõ ÝóÃóäúÊó Íóßöíúãõ
Jika kamu telah menghentikannya maka kamu bijaksanaPada saat itu apa yang kamu katakan diterima,
æóåõäóÇßó íõÞúÈóáõ ãóÇ ÊóÞõæúáõ æíõÔúÊóÝóí
ÈöÇáÞóæúáö ãöäúßó æóíõäúÝóÚõ ÇáÊóÚúáöíúãõ
Ucapanmu didengar dan ajaranmu bergunaJangan melarang sesuatu sementara kamu melakukannya
áÇó Êóäúåó Úóäú ÎõáõÞò æóÊóÃúÊöíó ãöËúáóåõ
ÚóÇÑñ Úóáóíúßó ÅöÐóÇ ÝóÚóáúÊó ÚóÙöíúãõ
Aib bagimu, berat perkaranya jika kamu melakukan itu
Pelajaran yang dipetik
Memulai dengan diri sendiri sebelum orang lain. Perbaiki diri sebelum memperbaiki orang lain. Orang-orang lebih melihat kepada perbuatan nyata daripada sekedar ucapan. Sudah banyak pengucap yang hanya mengucap tanpa melakukan. Berkata tetapi dusta, berjanji tetapi menyelisihi. Jurang antara kata dengan perbuatan semakin lebar. Hanya kepada Allah kita mengadu.
(Izzudin Karimi)