Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Simalakama
Senin, 15 Juli 13


Saya tidak tahu berasal dari bahasa apa kata dalam judul, katanya sih nama buah sehingga dikatakan buah simalakama, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati, sebenarnya tidak ada keadaan yang demikian, berlebihan, tetapi itulah perumpamaan, suka melebih-lebihkan. Yang saya tahu kata ini digunakan untuk keadaan di mana seseorang dituntut memilih satu dari dua perkara yang sama-sama sulit, resikonya seimbang, ruginya sama besar, orang-orang Arab berkata, ahlahuma murr yang lebih manis dari keduanya tetap pahit, sehingga sulit menentukan pilihan.

Dalam syariat Islam terkadang seorang mukallaf dihadapkan pada dua pilihan, keduanya bisa sama-sama mengandung manfaat, memilih salah satunya melenyapkan manfaat yang lain, atau bisa sama-sama mengandung kerugian, memilih salah satunya menimpakan kerugian yang lain, tidak memilih? Kalau bisa, kalau tidak? Kaidah syariat dalam perkara seperti ini, untuk yang pertama adalah memilih yang manfaatnya lebih besar, lebih tinggi dengan mengorbankan yang lebih kecil, yang lebih rendah, untuk yang kedua sebaliknya, memilih mudharat yang lebih kecil dan lebih rendah.

Memilih di antara hal-hal yang mutasyabih memerlukan sisi fikih yang tinggi dan mumpuni, membutuhkan kejelian dan pandangan tajam ke depan, menuntut pertimbangan maslahat dan mudharat, apalagi bila pilihan tersebut berdampak pada masyarakat luas, inilah fikih, pemahaman, kedalaman ilmu yang sejati.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Suhaib berkata, Apabila Rasulullah shalat beliau membisikkan sesuatu yang tidak aku mengerti dan beliau tidak menjelaskan kepada kami. Beliau bertanya, "Apakah kalian memperhatikanku?" Kami menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku teringat salah seorang nabi yang memiliki pasukan dari kaumnya – dalam riwayat lain, membanggakan umatnya – Dia berkata, 'Siapa yang menandingi mereka? Atau siapa yang bisa melawan mereka?’ Atau ucapan seperti itu. Maka diwahyukan kepadanya, "Pilihlah satu dari tiga perkara untuk kaummu: Kami menguasakan musuh dari selain mereka atas mereka, atau kelaparan, atau kematian." Maka nabi itu bermusyawarah dengan kaumnya, mereka berkata, "Engkau adalah Nabiyullah, engkau yang memutuskan. Pilihlah untuk kami." Lalu dia mendirikan shalat, dan jika mereka sedang menghadapi urusan penting maka mereka mengatasinya melalui shalat. Maka dia shalat sesuai dengan kehendak Allah.

Nabi melanjutkan, kemudian dia berkata, "Ya Rabbi, adapun musuh dari selain mereka maka jangan. Adapun kelaparan maka jangan. Akan tetapi aku memilih kematian." Lalu kematian dikirim kepada mereka, dan yang mati di kalangan mereka adalah tujuh puluh ribu. Nabi bersabda, "Bisikanku yang kalian perhatikan itu adalah aku berkata, 'Ya Allah dengan-Mu aku berperang, dengan-Mu aku melawan dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah."

Syaikh Albani di Silsilah al-Ahadis as-Shahihah 5/588 nomor 2455 berkata, "Diriwayatkan oleh Ahmad … Sanad ini shahih di atas syarat Syaikhain.

Rasulullah memberitakan kepada kita di dalam hadis ini kisah seorang Nabiyullah yang memiliki umat yang besar jumlahnya dan tangguh. Dia melihat pemberian Allah ini, dia takjub dengan apa yang dilihatnya, dalam dirinya muncul kekaguman bahwa tidak ada yang mampu menghadapi umatnya, tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Semestinya orang yang menduduki kursi kenabian tidak bersikap demikian karena ujub dengan diri sendiri atau dengan anak atau harta atau umat adalah penyakit yang buruk, seorang mukmin dalam menghadang musuhnya tidak tertipu oleh bala tentaranya yang banyak, tidak kecut dengan bala tentaranya yang sedikit karena kemenangan hanya dari Allah semata

ßóãú ãöäú ÝöÆóÉò ÞóáöíáóÉò ÛóáóÈóÊú ÝöÆóÉð ßóËöíÑóÉð ÈöÅöÐúäö Çááøóåö [ÇáÈÞÑÉ : 249]


"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah." (QS. Al-Baqarah: 249).

Nabi ini dihukum pada kaumnya, Allah meminta kepadanya untuk memilih bagi umatnya satu dari tiga perkara: Dikuasakannya musuh dari selain mereka atas mereka atau kelaparan atau kematian. Satu dari tiga hal itu melemahkan bahkan melenyapkan kekuatan sebuah umat. Ia menghilangkan ujub yang ada di hati nabi itu dan umatnya. Jika Allah menguasakan musuh dari selain mereka atas mereka maka musuh itu akan menghinakan dan merenggut kehormatan mereka. Jika kelaparan yang menimpa maka kekuatan mereka lenyap dan mudah untuk dikalahkan. Jika mati maka jumlah mereka berkurang.

Memilih satu dari tiga perkara adalah perkara yang membingungkan, perlu pertimbangan matang. Nabi ini telah berunding dengan umatnya dan mereka menyerahkan perkara itu kepadanya karena dia adalah Nabiyullah, dan para nabi diberi petunjuk dan langkahnya lurus.

Pilihan nabi ini tepat karena kematian yang dia pilih, bukan kelaparan atau kekuasaan musuh atas mereka. Jika seseorang yang hanya menimbang dengan tolak ukur dunia niscaya dia memilih lain dari apa yang dipilih oleh nabi itu.

Mungkin sebagian orang yang berpikiran dangkal berpendapat bahwa pilihan tepat adalah dikuasakannya musuh atas mereka karena mereka akan tetap hidup walaupun musuh bisa saja membunuh sebagian dari mereka. Akan tetapi nabi ini tidak rela kaumnya dihina dan diinjak-injak, dan pembunuhan tidak bisa terelakkan jika musuh mereka menguasai mereka.

Kelaparan adalah perkara berat, bisa jadi kelaparan menjadi penyebab kalahnya mereka dari musuh mereka bahkan mungkin banyak yang mati karenanya.

Memilih kematian adalah memilih sesuatu yang pasti datang. Siapa yang hari ini tidak mati maka dia akan mati besok atau lusa, tidak ada tempat berlari dan berlindung darinya.

Nabi ini memilih kematian buat umatnya. Orang-orang yang kembali kepada Tuhan mereka diharapkan bisa diterima di sisi-Nya dan orang-orang yang hidup sesudah mereka diharapkan bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka. Bisa jadi setelah mereka mati Allah memberi ganti dalam jumlah yang banyak jika Dia berkehendak. Segala perkara di tangan Allah.

Nabi ini shalat, begitulah para nabi dan orang-orang shalih manakala menghadapi perkara besar mereka berdiri shalat, maka dia shalat sesuai yang dikehendaki oleh Allah untuk shalat, lalu Allah memberinya taufik untuk memilih perkara paling ringan. Dia berkata kepada Tuhannya, "Adapun musuh dari selain mereka maka jangan. Kelaparan juga jangan, akan tetapi kematian."

Kematian menyebar di kalangan mereka seperti api menyebar di rumput kering, satu per satu wafat, kematian menjemput membinasakan generasi yang tumbuh, dalam satu hari ada tujuh puluh ribu yang wafat.

Akibat dari ujub yang ada pada nabi ini kepada kaumnya mengerikan. Rasulullah khawatir akibat seperti ini menimpa para sahabatnya. Maka beliau berbisik setelah shalat, "Ya Allah dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan dan dengan-Mu aku berperang." Dan beliau mengingat kisah nabi ini maka beliau berdoa dengan doa di atas, mengumumkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kecuali dengan Allah.

Dalam menghadapi musuh, seorang nabi bersandar kepada Allah semata tanpa selain-Nya. Hanya dari-Nya pertolongan dan kemenangan dan tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan-Nya. Wallahu a'lam.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsastra&id=296