Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
Selasa, 09 Juli 13


IlmuNya mencakup segala sesuatu, pendengaran-Nya mendengar apa yang nampak dan menyadap apa yang rahasia, tidak ada bisik-bisik dua orang kecuali Dia adalah ketiganya, tiga orang kecuali Dia adalah keempatnya… Selanjutnya bila Allah berkehendak, maka Dia menyampaikannya kepada hamba-hambaNya terpilih dari kalangan nabi dan utusanNya sebagai bentuk mukjizat yang mendukung risalahnya sehingga membuat sebagian orang beriman.

Umair bin Wahab al-Jumahi duduk bersama Shafwan bin Umayyah di Hijr sesaat setelah perang Badar. Umair adalah salah seorang setan Quraisy, dia termasuk orang-orang yang menyakiti Nabi dan para sahabat di Makkah, anaknya Wahab bin Umair tertawan di tangan kaum muslimin di Badar, dia teringat orang-orang yang menjadi korban dan dibuang di sumur Badar. Shafwan berkata, “Demi Allah, kehidupan sesudah mereka tidak membawa kebaikan.”

Umair menjawab, “Demi Allah, kamu benar. Kalau aku tidak memikul hutang yang belum aku lunasi dan keluarga yang aku khawatir akan tersia-siakan sesudahku niscaya aku sudah berangkat kepada Muhammad untuk membunuhnya, bagaimana pun punya alasan untuk datang ke sana karena anakku ditawan oleh mereka.”

Kata-kata Umair dimanfaatkan oleh Shafwan, dia berkata, “Aku yang memikul hutangmu dan keluargamu adalah keluargaku, aku akan menafkahi mereka selama aku hidup, tidak ada yang memcukupiku apa yang tidak mencukupi mereka.” Umair menjawab, “Kalau begitu rahasiakan hal ini.” Shafwan berkata, “Baik.”

Kemudian Umair mengasah pedangnya dan menaburinya dengan racun, kemudian berangkat sampai di Madinah, saat dia sedang menderumkan kendaraannya di pintu masjid, Umar bin al-Khatthab melihatnya, saat itu Umar sedang duduk bersama kaum muslimin membicarakan kemenangan di Badar. Umar berkata, “Anjing, musuh Allah, Umair, dia pasti datang bermaksud buruk.” Kemudian Umar masuk kepada Rasulullah dan berkata, “Rasulullah, ini Umair musuh Allah, datang dengan pedang terhunus.” Nabi menjawab, “Bawa dia masuk ke sini.” Umair melangkah sementara Umar mencengkeram lehernya dengan tali pedangnya, dia berkata kepada beberapa orang Anshar, “Masuklah kepada Rasulullah, duduklah di sana, waspadailah laki-laki buruk ini, dia tidak bisa dipercaya.”

Kemudian Umar membawa Umair masuk. Manakala Rasulullah melihat Umair sementara Umar mencengkeram lehernya dengan tali pedangnya, Rasulullah bersabda, “Lepaskan dia wahai Umar. Mendekatlah wahai Umair.” Umair berkata, “Selamat pagi.” Nabi menjawab, “Allah telah memulaikan kami dengan sebuah penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu, salam, penghormatan orang-orang surga.” Nabi melanjutkan, “Apa yang membuatmu datang wahai Umair?” Dia menjawab, “Tawanan yang kalian tawan, mohon perlakukan dia dengan baik.” Nabi bertanya, “Lalu mengapa dengan pedang yang di pundakmu itu?” Dia menjawab, “Pedang buruk dan tak berguna.” Rasulullah bertanya, “Jujurlah wahai Umair, apa yang membuatmu datang?” Umair menjawab, “Aku datang hanya untuk itu.” Nabi bersabda, “Bukankah kamu duduk bersama Shafwan bin Umayyah di Hijr, kalian berdua mengingat korban Badar yang dibuang ke sumur Badar, kemudian kamu berkata, ‘Kalau aku tidak memikul hutang dan keluarga niscaya aku berangkat untuk membunuh Muhammad.’ Lalu Shafwan menanggung hutangmu dan keluargamu dengan syarat kamu membunuhku. Sekarang Allah menghalangimu dari apa yang ingin kamu lakukan.”

Umair berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Rasulullah, kami mendustakan berita langit yang engkau bawa kepada kami, wahyu yang turun kepadamu. Perkara ini hanya aku dan Shafwan yang tahu. Demi Allah, aku yakin tidak ada yang memberitahu dirimu kecuali Allah. Segala puji bagi Allah yang telah membimbingku ke dalam Islam, membawaku ke sini.” Kemudian dia bersyahadat. Nabi bersabda, “Ajarkan agama kepada saudara kalian, ajakan al-Qur`an kepadanya dan lepaskanlah tawanannya.”

Shafwan berkata di Makkah, “Tunggulah sebuah berita gembira yang akan datang kepada kalian beberapa hari kemudian yang akan melupakan kalian dari musibah Badar.” Dia bertanya tentang para kafilah tentang Umair, sampai seseorang menyampaikan kepadanya bahwa Umair telah masuk Islam, maka Shafwan bersumpah tidak akan berbicara kepadanya selamanya dan tidak membantunya selamanya. Umair pulang ke Makkah dan di sana dia mengajak orang-orang kepada Islam dan tidak sedikit dari mereka yang masuk Islam berkat dakwahnya.

Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsastra&id=295