Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Nasehat (4) : Jadikan Rumahmu sebagai Kiblat
Selasa, 01 Desember 20

Nasehat (4) : Jadikan Rumahmu sebagai Kiblat

Maksudnya, menjadikan rumah sebagai tempat beribadah.

Allah berfirman:


æóÃóæúÍóíúäóÇ Åöáóì ãõæÓóì æóÃóÎöíåö Ãóäú ÊóÈóæøó áöÞóæúãößõãóÇ ÈöãöÕúÑó ÈõíõæÊðÇ æóÇÌúÚóáõæÇ ÈõíõæÊóßõãú ÞöÈúáóÉð æóÃóÞöíãõæÇ ÇáÕøóáóÇÉó æóÈóÔøöÑö ÇáúãõÄúãöäöíäó


“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: ‘Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu sebagai kiblat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman’." (Yunus: 87).

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Maksud disuruh menjadikan rumah-rumah mereka sebagai kiblat yaitu mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah itu sebagai masjid-masjid (tempat beribadah).” (Tafsir Ath-Thabari, 11/153).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hal ini seakan-akan - wallahu a’lam - ketika siksaan dan tekanan Fir’aun beserta kaumnya semakin menjadi-jadi atas mereka, maka mereka disuruh untuk memperbanyak shalat, sebagaimana firman Allah Ta’ala :


íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÓúÊóÚöíäõæÇ ÈöÇáÕøóÈúÑö æóÇáÕøóáóÇÉö


“Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (Al-Baqarah: 153).

Dalam hadits:


ßóÇäó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ ÍóÒóÈóåõ ÃóãúÑñ Õóáøóì


“Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menghadapi suatu kesulitan, maka beliau melakukan shalat.” (HR. Ahmad dan Abu Daud. Syaikh Al-Albani menghasankannya di dalam Shahihul Jami’) (Tafsir Ibnu Katsir, 4/252).

Hal ini menegaskan betapa pentingnya ibadah di dalam rumah-rumah, terutama dalam waktu-waktu lemah dan tertindas, demikian pula dalam beberapa kesempatan manakala umat Islam tidak mampu menampakkan shalat mereka di hadapan orang-orang kafir. Dalam hal ini kita juga perlu mengenang kembali mihrab Maryam, yakni tempat peribadatan beliau, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:


ßõáøóãóÇ ÏóÎóáó ÚóáóíúåóÇ ÒóßóÑöíøóÇ ÇáúãöÍúÑóÇÈó æóÌóÏó ÚöäúÏóåóÇ ÑöÒúÞðÇ


“Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab ia dapati makanan di sisinya.” (Ali lmran : 37).

Para sahabat juga amat memperhatikan masalah shalat di dalam rumah mereka selain shalat fardhu. Sebuah kisah di bawah ini menarik sebagai pelajaran bagi kita:

Dari Mahmud bin Ar-Rabi' Al-Anshari, bahwasanya Itban bin Malik - dia adalah salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ikut serta dalam Perang Badar, dari Kaum Anshar - dia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah!, pandanganku telah menipu tapi aku tetap shalat bersama kaumku, apabila turun hujan, mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka sehingga aku (tak) bisa datang ke masjid mereka dan shalat bersama-sama, aku sangat ingin wahai Rasulullah, jika engkau datang kepadaku dan shalat di dalam rumahku sehingga aku menjadikannya sebagai mushalla (tempat shalat).” Dia (yakni, Mahmud) berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, ‘Akan aku lakukan Insya Allah’." Itban berkata, “Maka berangkatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ketika siang (nampak) meninggi, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta izin, lalu aku mengizinkan kepada beliau, beliau tidak duduk sebelum masuk ke dalam rumah, lalu beliau berkata, ‘Di bagian mana engkau suka aku melakukan shalat dari rumahmu?’” Ia berkata, "Maka aku tunjukkan kepada beliau suatu arah dari rumahku, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri kemudian bertakbir, lalu kami semua berdiri membentuk barisan, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dua rakaat kemudian salam." (HR. Al-Bukhari, no. 425).

Dalam memetik pelajaran dari hadits di atas, Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Di situ merupakan pelajaran, agar kita menggunakan tempat tertentu untuk melakukan shalat dalam rumah. Adapun larangan untuk menjadikan tempat tertentu dalam masjid adalah hadits Abu Daud, dan itu jika ia lakukan untuk riya’ atau yang sejenisnya. Menjadikan tempat tertentu dalam rumah untuk shalat bukan berarti menjadikan tempat tersebut sebagai wakaf - tidak berlaku padanya hukum wakaf - meski secara umum dikategorikan dengan nama masjid.

Referensi:

40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga, Muhammad Shaleh Al-Munajjid, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta, Cetakan 1, Jumadil Ula 1418 H - September 1997.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsakinah&id=413