Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Pilihlah Karena Agama dan Akhlaknya
Senin, 17 Februari 20

Di antara tabiat manusia yang wajar ketika diberikan sebuah pilihan, ia memilih yang terbaik menurut pandangannya. Apatah lagi jika pilihan itu berkaitan dengan urusan pendamping hidup. Hal itu karena seseorang memahami dan menyadari bahwa pilihan terbaik menjadi kunci sukses dan harapan besar untuk mendulang kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga nantinya.

Pertimbangan dan Pendorong

Banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan yang mendorong seorang wanita menentukan pilihan calon pasangan hidupnya, seperti harta kekayaan, keindahan rupa, keturunan, akhlak dan agama serta yang lainnya sebagaimana halnya yang dialami oleh para lelaki di dalam memilih seorang wanita calon pasangan hidupnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÊõäúßóÍõ ÇáúãóÑúÃóÉõ áöÃóÑúÈóÚò áöãóÇáöåóÇ æóáöÍóÓóÈöåóÇ æóÌóãóÇáöåóÇ æóáöÏöíäöåóÇ ÝóÇÙúÝóÑú ÈöÐóÇÊö ÇáÏøöíäö ÊóÑöÈóÊú íóÏóÇßó


“Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, keindahan fisiknya dan agamanya.” (HR. Bukhari no. 5090).

Saudariku! Pertimbangan-pertimbangan ini wajar saja karena keempat hal ini merupakan kunci yang diharapkan dengannya akan dibuka pintu-pintu kebahagiaan sehingga pasutri dapat menikmatinya di rumah tangganya nanti.

Pertimbangan harta, hal ini karena harta memiliki peranan yang sangat penting dan dibutuhkan. Harta adalah modal agar roda rumah tangga dapat berputar. Dengan sebab harta seorang kepala rumah tangga dapat menjadikan dapur tetap mengepul, tubuh tertutupi, tempat tinggal memadai dan lain sebagainya. Sebaliknya, ketidakadaan hal ini dapat menimbulkan banyak masalah.

Maka wajar saja hal ini menjadi bahan pertimbangan seorang wanita dalam memilih calon pasangan hidup. Didukung dengan kecenderungan tabiat manusia yang sedemikian besar mencintai harta.

Petimbangan keturunan, hal ini juga wajar karena kebaikan nasab menjadi harapan baiknya penilaian masyarakat terhadap diri dan keluarganya. Siapa yang mau dinilai sebagai orang atau keluarga yang tidak baik? Tentu tak seorang pun yang mau dinilai demikian, sekalipun sejatinya standar penilaian baik tidaknya dikembalikan kepada kualitas ketakwaan individual, bukan terletak pada asal nasab seseorang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, ‘Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.’ (QS. al-Hujurat: 13) Oleh karena itu, tidak ada keutamaan orang Arab atas non arab, tidak pula orang non Arab atas orang Arab, tidak pula orang yang berkulit hitam atas orang yang berkulit putih, tidak pula orang yang berkulit putih atas orang yang berkulit hitam, melainkan dengan ketakwaaan.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 14444).

Keindahan fisik, juga merupakan pertimbangan yang wajar, karena fisik yang mempesona ketika dipandang menjadi faktor pendorong timbulnya kenyamanan dalam jiwa. Bahkan boleh jadi hal ini menjadi prioritas pertama bagi kebanyakan orang yang hendak menaiki bahtera untuk berlayar di samudra kehidupan rumah tangga.

Agama dan akhlak, hal ini juga wajar karena menjadi faktor kebahagiaan rumah tangga nantinya. Hanya saja, seringkali perkara ini terkesan dikesampingkan atau kurang mendapatkan perhatian. Banyak orang menempatkan hal ini pada urutan terakhir setelah persoalan keindahan fisik, harta kekayaan, dan nasab keturunan. Padahal pertimbangan agama dan akhlak seharusnya menjadi prioritas pertama. Karena masalah ini sangat ditekankan daripada tiga pertimbangan selainnya.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:


ÝóÇÙúÝóÑú ÈöÐóÇÊö ÇáÏøöíúäö ÊóÑöÈóÊú íóÏóÇßó


“Maka pilihlah yang memiliki agama (yang baik) niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari, no. 5090).

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:


ÅöÐóÇ ÃóÊóÇßõãú ãóäú ÊóÑúÖóæúäó ÎõáõÞóåõ æóÏöíäóåõ ÝóÒóæøöÌõæåõ ÅöáøóÇ ÊóÝúÚóáõæÇ Êóßõäú ÝöÊúäóÉñ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö æóÝóÓóÇÏñ ÚóÑöíÖñ


“Jika ada yang datang kepada kalian orang yang kalian ridhai akhlak dan agamanya (dalam riwayat imam at-Tirmidzi: Jika ada yang melamar (putri kalian) kepada kalian di mana ia adalah orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya), maka nikahkanlah orang tersebut (dengan putri kalian).”(HR. Ibnu Majah no. 1967).

Perhatikanlah wahai saudariku! Betapa Rasullulah shallallahu ‘alaihi wasallam sedemikian menganjurkan agar pilihan anda jatuh kepada orang yang baik agama dan akhlaknya. Sungguh ini adalah prioritas pilihan terbaik. Hal ini merupakan anjuran yang sangat baik dari orang yang terbaik. Oleh karena itu, sepatutnya anda menjadikannya sebagai standar penilaian dalam memilih kumbang yang akan menikmati kelezatan nektar bunga anda.

Rahasia Keuntungan
Ungkapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Maka pilihlah yang memiliki agama (yang baik), niscaya engkau beruntung,” mengisyaratkan sebuah rahasia, apa kiranya yang menjadi pertimbangan sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan anda untuk menjatuhkan pilihan pada orang yang beragama dan berakhlak mulia? Dan keuntungan apa kiranya yang akan anda dapatkan dengan menjatuhkan pilihan kepada orang yang demikian?

Saudariku! Muhammad Fuad Abdul Baqi menguak rahasia hal ini seraya mengatakan, “Karena akhlak (yang baik) merupakan poros baiknya pergaulan dan karena (kualitas) agama (yang baik) merupakan poros dalam hal penunaian kewajiban dan pemberian hak-hak (secara baik).”(Lihat Ta’liq ‘Ala Sunan Ibni Majah, 1/632) Ini mengisyaratkan bahwa di antara keuntungan yang akan anda dapatkan, wahai saudariku! ialah anda akan mendapatkan pergaulan yang baik dari pasangan hidup anda dan juga akan mendapatkan apa yang menjadi hak-hak anda. Hal demikian ini karena orang yang berakhlak baik, tentunya bergaul secara baik, baik dengan lisannya, baik pula dengan tindakan dan sikapnya.

Sedangkan orang yang agamanya baik akan memberikan hak dan menunaikan kewajiban kepada pasangan hidupnya dan anak-anaknya secara baik, seperti mencari penghidupan dengan jalan yang halal dan memberikan nafkah penghidupan yang halal.

Harapan
Akhirnya, penulis berharap anda tidak salah pilih nantinya, semoga pula anda diberi taufik untuk menjadikan saran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas sebagai standar dan prioritas pertama sebelum hal yang lainnya. Karena ia adalah prioritas pilihan terbaik yang akan mengantarkan anda pada kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Wallahu A’lam. (Abu Umair bin Syakir).

Referensi:

1. Al-Mu’jam al-Kabir, Sulaiman bin Ahmad ath-Thabraniy.
2. Shahihul Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
3. Sunan at-Tirmidzi, Muhammad bin Isa at-Tirmidzi.
4. Sunan Ibni Majah, Muhammad bin Yazid al-Quzwainiy.
5. Ta’liq ‘Ala Sunan Ibni Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsakinah&id=392