Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Selendang Cinta Dalam Rumah Tangga Sahabat Nabi
Rabu, 04 September 19

Cinta, satu kata yang terdengar indah, yang selalu terindukan dalam hati. Lewat cinta inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala alirkan ketentraman dan kedamaian jiwa. Semakin besar cinta itu tumbuh, semakin tentram jiwa dalam tubuh. Setiap kita merasakan cinta, karena cinta adalah anugerah dari Sang Pencipta hati. Inilah sejatinya cinta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Cinta suci yang hanya disemai di taman-taman ketaatan dan ketakwaan kepada Sang Pemilik hati.

Cinta adalah pengorbanan
Dalam konteks berumah tangga, cinta adalah keniscayaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan menumbuhkan rasa itu senantiasa ada dalam rumah tangga. Inilah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala maksudkan dari adanya syariat menikah, agar jiwa merasa tentram dan terciptanya rasa kasih sayang dan cinta di antara pasangan. Siapa yang menjaga cinta ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dalam ketaatan kepada-Nya, Dia pasti akan terus tumbuhkan rasa cinta itu semakin indah menyamudra.

Cinta tidaklah sebatas pada lisan, tapi cinta menuntut kelembutan dan pengorbanan. Mengaku cinta namun masih bersikap kasar, kasar lisan ataupun kasar tangan kepada pasangan! Merayu ndayu dengan cinta namun enggan berkorban dalam menunaikan hak dan kewajiban! Cinta semacam ini harus dipertanyakan.

Apakah ini benar-benar cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, ataukah ini hanya sebatas lisan cinta yang menjadi jubah bagi syahwatnya?

Selendang cinta di pelupuk mata
Para sahabat nabi tidak hanya sibuk dalam medan jihad untuk menegakan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ternyata selendang-selendang cinta bersama pasangan senantiasa terbelai lembut nan terjaga indah dalam rumah tangga mereka. Mereka saling melengkapi dan membantu, saling mengingatkan dari kelalaian, saling mengerti dan menguatkan. Berikut ini adalah contohnya:

1. Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma senantiasa menjaga kecemburuan suaminya, dan berusaha membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan suaminya yang ada di rumah. Inilah bukti cinta Asma’ radhiyallahu ‘anha kepada suaminya.

Diriwayatkan dari Asma’ bin Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ketika Zubair menikahiku, dia tidaklah memiliki harta, hamba sahaya ataupun yang lainnya selain seekor unta yang digunakan untuk mengangkut air dan seekor kuda. Aku sendiri yang memberikan makan dan mengambilkan air minum kuda miliknya, menjahit ember yang pecah, membuat adonan roti. Namun aku kurang pandai membuat roti, maka para tetanggaku dari wanita Ansharlah yang membuatkan untukku roti.

Mereka adalah wanita-wanita yang ikhlas. Aku pula yang membawa kurma di atas kepalaku dari kebun milik Zubair yang merupakan pemberian Rasulullah. Kebun itu berjarak dua pertiga farsakh (sekitar 3,5 km -penj). Pernah suatu hari aku membawa kurma di atas kepalaku, lalu aku bertemu Rasulullah sedang bersama beberapa orang Anshar. Beliau memanggilku dan berkata, ‘Ih ih’ (agar untanya menderum sebagai isyarat) agar aku membonceng beliau di belakangnya. Aku sangat malu untuk berjalan bersama kaum laki-laki. Lantas aku pun sebutkan bagaimana kecemburuan Zubair karena ia tipe orang yang sangat pecemburu.

Ketika Rasulullah tahu aku sangat malu, beliau pun berlalu meninggalkanku. Setelah itu aku menemui Zubair dan aku berkata, ‘Aku bertemu Rasulullah bersama beberapa orang sahabatnya, waktu itu aku sedang membawa kurma di kepalaku, lantas beliau berisyarat agar aku membonceng untanya, namun aku sangat malu dan aku tahu bagaimana sifat cemburumu.’ Zubair berkata, ‘Demi Allah, engkau membawa kurma itu lebih terasa berat bagiku daripada engkau membonceng unta beliau.’ Setelah itu Abu Bakar mengutus seorang pembantu kepadaku sehingga aku tidak lagi mengurusi kuda miliknya. Sepertinya (bapaku) telah membebaskanku (dari pekerjaan ini semua).” (HR. Bukhari no. 5224).

2. Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah seorang suami yang sangat senang berdandan dan menjaga penampilan di hadapan istrinya. Inilah selendang cinta dan kasih sayang Ibnu Abbas Bakar radhiyallahu ‘anhu yang senantiasa dikalungkan kepada pasangan hidupnya.

Imam al-Qurthubi menyebutkan di dalam kitab Tafsirnya bahwa Ibnu Abbas Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh, aku sangatlah suka berdandan untuk istriku sebagaimana aku menyukai istriku bersolek untukku.” (Tafsir Al-Qurthubi, 5/97).

3. Zainab binti Abu Muawiyah radhiyallahu ‘anha, istri Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, seorang wanita yang taat dan senantiasa menaruh rasa hormat kepada suaminya. Ia juga seorang istri yang pekerja keras, suka membantu suaminya dan gemar melakukan amal saleh. Ia berusaha sekeras mungkin menjaga selendang-selendang cinta itu terus menyejukkan hati suaminya.

Zainab radhiyallahu ‘anha, istri Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Wahai para wanita, bersedekahlah sekalipun dari perhiasan milik kalian!’ Setelah itu aku pulang menemui Abdullah bin Mas’ud, aku berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya engkau seorang yang ringan tangannya (sedikit harta -penj), sementara Rasulullah menyuruh kami untuk bersedekah, maka pergi dan tanyakanlah kepada beliau, jika dibolehkan (aku akan bersedekah kepadamu), jika tidak akan aku serahkan sedekah itu kepada selainmu.’ Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku, ‘Engkau saja yang pergi menemui beliau.’ Lantas aku pun beranjak pergi, ternyata di depan pintu Rasulullah sudah menunggu seorang wanita Anshar, aku dan dia sama-sama hendak menanyakan sesuatu. Rasulullah adalah seorang yang sangat berwibawa. Setelah itu Bilal keluar (dari rumah beliau) menemui kami. Kami katakan kepadanya, ‘Temuilah Rasulullah dan sampaikan bahwa ada dua orang wanita di depan pintu rumahnya hendak menanyakan apakah keduanya boleh bersedekah kepada suaminya dan anak yatim yang berada dalam pengasuhannya. Tapi jangan sebutkan siapa kami ini.’ Lantas Bilal pun masuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyampaikan pertanyaan itu. Rasulullah lalu bertanya kepada Bilal, ‘Siapa dua wanita itu?’ Bilal menjawab, ‘Seorang wanita Anshar dan Zainab.’ Rasulullah bertanya lagi, ‘Zainab yang mana?’ Bilal menjawab, ‘Istri Abdullah bin Mas’ud.’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Justru keduanya akan mendapatkan pahala menjalin kekerabatan dan pahala sedekah.’” (HR. Muslim no. 2365).

4. Hindun binti Utbah radhiyallahu ‘anha, Istri Abu Sufyan , ia adalah seorang wanita penyabar, perhatian terhadap suami dan anak-anaknya, sangat hormat dan memuliakan suaminya, wanita qana’ah yang jauh dari ambisi dunia dan sangat wara’ dengan menjaga diri dari perbuatan dosa. Inilah sosok Hindun binti Utbah radhiyallahu ‘anhu, istri yang selalu berusaha merengkuh selendang-selendang cinta itu tetap terjaga indah dan melambai sejuk di istana mungilnya. Kita bisa melihat sifat-sifat mulia itu dari sikap Hindun saat mendapati suaminya sebagai seorang yang pelit dan tidak memberikan nafkah yang cukup kepada dirinya dan anak-anaknya.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha , ia berkata, “Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, menemui Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang pelit, yang tidak memberikan nafkah yang cukup kepadaku dan anak-anaku selain apa yang aku ambil dari hartanya tanpa sepengetahuan dirinya. Apakah aku berdosa atas apa yang kulakukan?’ Rasulullah bersabda, ‘Ambillah dari hartanya itu dengan cara yang baik, yang cukup bagimu dan anak-anakmu.’” (HR. Muslim no. 1714). Wallahu a’lam. ([bAbu Nisrina Salsabila).

Referensi:

1. Shahih Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari.
2. Shahih Muslim, Muslim bin al-Hijaz.
3. Tafsir Al-Qurthubi, Imam Al-Qurthubi.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsakinah&id=390