Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Jendela Keburukan
Senin, 23 Juli 12


Setiap muslim berharap rumah tangganya diliputi oleh kebaikan dan keberkahan. Kebaikan terwujud dengan mengupayakan sebab-sebabnya dan menghindari perusaknya. Tanpa sebab-sebab kebaikan, kebaikan tidak terwujud, begitu pula ketika sebab-sebab kebaikan terwujud tetapi perusaknya tidak disingkirkan maka kebaikan juga tidak terwujud.

Rumah yang baik adalah rumah di mana sebab-sebab kebaikan terwujud di dalamnya, di samping itu perusak-perusak kebaikan pun mesti disingkirkan dari rumah. Rumah punya jendela untuk sirkulasi udara hingga rumah tetap segar, di samping sirkulasi cahaya hingga ia bisa masuk dan menghemat energi listrik. Namun jendela ini pun bisa menjadi jalan masuk sesuatu yang merugikan rumah, seperti maling yang menjarah isi rumah atau hewan berbahaya seperti tikus, nyamuk ular dan lainnya.

Kebaikan rumah terletak di tangan penghuninya terutama manejernya, bagaimana dia secara bijak tahu kapan jendela ini dibuka dan kapan ia ditutup, bila dibuka maka ia mendatangkan kebaikan bagi penghuni rumah, bila ditutup maka juga menghasilkan kemsalahatan bagi penduduk rumah. Membuka baik, menutup bagus.

Keburukan bisa bersifat riil seperti yang disebutkan, bisa juga maknawi seperti jauhnya anggota keluarga dari agama atau buruknya akhlak salah satu anggotanya. Keburukan yang kedua ini yakni keburukan maknawi mempunyai jendela seperti keburukan riil juga mempunyai jendela. Maka kebaikan adalah dengan menutup jendela tersebut, bila memang dibuka pastikan ia mendatangkan kebaikan.

Pertemanan

Pertemanan adalah jendela bagi rumah, ia bisa berarti positif dan berarti negatif, sifat pertemanan adalah mempengaruhi, Anda mempengaruhi atau Anda dipengaruhi. Jika Anda membuka jendela ini dan memang layak dibuka maka berhati-hatilah, karena jendela ini tidak selalu menghadirkan teman-teman yang baik.

Bila Anda mengizinkan diri atau anggota keluarganya Anda: anak atau istri berkawan dengan orang yang akhlaknya buruk niscaya orang ini akan menularkannya kepada keluarga Anda. Sebagai pemimpin rumah tangga ini adalah tanggung jawab anda. Anda punya hak untuk menolak atau tidak mengizinkan orang seperti ini untuk masuk ke rumah Anda. Perhatikanlah teman-teman istri dan anak Anda, jangan sampai kecolongan, sebab teman bisa seperti makanan, ia bisa membuat sakit bahkan meracuni. Nabi shallallohu 'alaihi wasallam mengumpamakan teman buruk dengan pandai besi yang bisa membakar rumahmu atau bajumu atau minimal kamu tertular baunya yang tidak sedap.

Seorang penyair berkata,


áÇó ÊóÌúáöÓú Åöáìó Ãóåúáö ÇáÏóäóÇíóÇ
ÝóÅöäøó ÃóÎúáÇóÞó ÇáÓõÝóåóÇÁ ÊõÚúÏöì


Jangan bergaul dengan orang-orang tercela
Karena akhlak orang-orang tercela itu menular


Penyair lain berkata,


ÚóÜäö ÇáúãóÑúÁö áÇó ÊóÓúÃóáú æóÇÓúÃóáú Úóäú ÞóÑöíúäöåö
Ýóßõáøõ ÞóÑöíúäò ÈöÇáãõÞóÇÑöäö íóÞúÊóÏöì


Tentang seseorang jangan bertanya, bertanyalah tentang kawannya
Karena semua kawan meneladani kawannya


Dalam riwayat al-Bukhari dari Aisyah dan Ummu Salamah bahwa seorang laki-laki kebanci-bancian datang kepada keluarga Nabi shallallohu 'alaihi wasallam, mereka menganggapnya termasuk ghairu ulil irbah (lihat surat an-Nur ayat 31). Nabi shallallohu 'alaihi wasallam datang kepada Salamah di mana pada saat itu dia bersama saudara laki-lakinya Abdullah bin Abu Umayah dan seorang laki-laki kebanci-bancian. Si banci ini berkata, “Hai Abdullah, jika Allah menaklukkan kota Thaif untuk kalian maka kamu harus mendapatkan anak perempuan Ghailan karena ia datang dengan empat dan pergi dengan delapan.” Nabi shallallohu 'alaihi wasallam yang mendengar ucapan tersebut bersabda, “Wahai musuh Allah kamu telah melihatnya secara mendalam.” Kemudian beliau bersabda kepada Ummu Salamah, “Orang ini jangan datang lagi kepadamu.”

Nabi memblokir laki-laki banci ini untuk datang ke rumahnya karena pertemanan yang dia usung menghadirkan mudharat, hingga jendelanya harus ditutup.

TV

Hampir tak ada rumah tanpa TV, sebagai alat TV tergantung isinya, jadi jendela ini pisau bermata dua, diisi kebaikan maka ia baik, sebaliknya maka sebaliknya. Realita yang ada berkata bahwa banyak negatif dari TV ini, karena isi yang mendominasinya hanyalah hiburan; antara lawak, kisah fiktif dan main-main, dan semua itu bila dicermati lebih jauh maka semua itu adalah racun, meracuni pemikiran bahwa dunia atau hidup itu hanyalah itu, akibatnya kehidupan yang serius dan bermanfaat terpinggirkan, orang-orang cenderung malas dan bermain-main, anak-anak muda berorientasi menjadi artis, kalau sudah demikian jangankan dituntut memikirkan agama dan ibadah, menekuni hidup dengan lurus saja tak terjamin.

Itu salah satu sisi TV, sisi yang lain adalah membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tak berguna, satu seri sinetron minimal satu jam, padahal ia tayang setiap harinya, belum lagi acara lawan anu, satu jam lagi, olah raga dua jam, silakan dikalikan seminggu, berapa waktu terbuang percuma, saya beliau percuma karena Anda tidak mengambil manfaat dari sisi akal, harta, kesehatan dan agama.

Sisi lain, ekonomi yaitu listrik, berapa jam dalam sehari Anda nonton TV? Dengan asumsi biaya listrik perjamnya adalah Rp 500, bila Anda menonton dua jam maka seribu, padahal faktanya sangat banyak TV di rumah-rumah yang dipanteng, dinyalakan terus menerus, hanya mati saat penontonnya mati alias tidur, bahkan Anda yang 24 jam non stop, karena satu penonton mati, ada penonton baru dan seterusnya. Lalu apakah dengan semua itu TV membuat Anda pintar? Rasa-rasanya kok tidak. Wallahu a'lam.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php?pilih=lihatsakinah&id=287