Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Ayat 61 Surat Ali Imran

Jumat, 21 Februari 14


Allah berfirman,


Ýóãóäú ÍóÇÌøóßó Ýöíåö ãöäú ÈóÚúÏö ãóÇ ÌóÇÁßó ãöäó ÇáÚöáúãö ÝóÞõáú ÊóÚóÇáóæÇ äóÏúÚõ ÃóÈúäóÇÁóäóÇ æóÃóÈúäóÇÁóßõãú æóäöÓóÇÁóäóÇ æóäöÓóÇÁóßõãú æóÃóäúÝõÓóäóÇ æóÃóäÝõÓóßõãú Ëõãøó äóÈúÊóåöáú ÝóäóÌúÚóáú áóÚúäóÉó Çááåö Úáìó ÇáßÇÐöÈöíúäó


Barangsiapa membantahmu tentang Isa sesudah datang ilmu yang meyakinkan, maka katakanlah, ‘Marilah, kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian, kemudian kita bermubahalah kepada Allah menimpakan laknat Allah atas orang-orang yang berdusta.

Tantangan mubahalah dalam ayat ini tertuju pertama kali kepada delegasi orang-orang Najran yang Nasrani. Najran adalah negeri yang luas berjarak tujuh marhalah dari Makkah menuju Yaman. Terdiri dari 73 desa dengan jarak tempuh satu hari perjalanan dengan kuda yang dipacu kencang. Mempunyai 100.000 prajurit yang beragama Nasrani.

Pendelegasian penduduk Najran terjadi pada tahun 9 H dengan membawa sejumlah 60 orang termasuk 24 orang dari kalangan bangsawan, di antara mereka pula, ada tiga orang yang memegang pucuk kepemimpinan Najran. Yang pertama dikenal dengan sebutan al-Aqib yang memegang kekuasaan dan pemerintahan, nama aslinya Abd al-Masih. Orang kedua dikenal dengan as-Sayyid yang menangani masalah kebudayaan dan politik, nama aslinya al-Aihim atau dalam riwayat lain, Syarahbil. Sedangkan orang ketiga dikenal dengan al-Usquf (Kardinal) yang memegang kepemimpinan religius dan spiritual, nama aslinya Abu Haritsah bin Alqamah.

Ketika delegasi itu sampai di Madinah dan bertemu dengan Nabi, terjadilah tanya jawab antara beliau dan mereka. Kemudian beliau mengajak mereka untuk masuk Islam dan membacakan al-Qur`an ke hadapan mereka akan tetapi mereka menolak dan menanyakan pendapat beliau tentang Isa. Seharian Rasulullah belum memberikan jawaban hingga turun ayat, 59-61 surat Ali Imran.

Esok harinya Rasulullah memberitahukan kepada mereka perihal pendapat beliau mengenai Isa bin Maryam sesuai penjelasan dalam ayat suci di atas. Lalu mereka dibiarkan satu hari supaya berpikir tentang perkara yang mereka hadapi, namun mereka tetap enggan menerima dan mengakui apa yang telah Nabi ucapkan tentang Nabi Isa tersebut. Ketika fajar menyingsing, mereka tetap enggan menerima dan mengakui apa yang beliau jelaskan tentang Isa dan tetap menolak masuk Islam. Maka Rasulullah mengajak mereka bermubahalah. Beliau pun datang sambil menyelimutkan al-Hasan dan al-Husain dalam baju beludrunya sedangkan Fatimah berjalan di belakangnya. Saat mereka melihat kesungguhan dan kesiapan beliau, mereka berkumpul dan bermusyawarah. Maka al-Aqib dan as-Sayyid saling berkata, “Jangan sampai kalian melakukan hal itu. Demi Allah, apabila dia benar-benar seorang Nabi dan kemudian melaknat kita, maka kita tidak akan pernah selamat, demikian pula dengan generasi setelah kita dan tidak akan tersisa dari kita di atas muka bumi ini walaupun hanya sehelai rambut saja ataupun seujung kuku kecuali akan binasa.”

Setelah itu mereka sepakat untuk tunduk kepada keputusan Rasulullah dalam urusan mereka, lalu mereka datang menghadap beliau seraya berkata, “Sungguh kami akan memberikan kepadamu segala apa yang engkau minta dari kami.” Rasulullah kemudian menerima jizyah yang mereka tawarkan dan meneken perjanjian damai dengan syarat mereka menyerahkan 2000 perhiasan; 1000 buah diserahkan pada bulan Rajab dan 1000 buah lagi pada bulan Shafar serta dalam setiap perhiasan terdapat satu uqiyyah. Selanjutnya, beliau memberikan jaminan Allah dan RasulNya kepada mereka, demikian juga kebebasan mutlak dalam menjalankan kehidupan beragama mereka. Rasulullah menuliskan semua hal tersebut dalam sebuah surat keputusan. Mereka juga meminta beliau agar mengutus seorang yang terpercaya untuk urusan mereka, maka diutuslah orang kepercayaan umat ini, yaitu, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Amin al-Ummah untuk memungut harta perdamaian.

Semenjak peristiwa itu, Islam pun mulai menyebar di kalangan mereka bahkan diberitakan bahwa as-Sayyid dan al-Aqib sudah masuk Islam sepulang mereka ke Najran. Kemudian Nabi mengutus Ali untuk mengambil zakat dan upeti. Tentunya, sebagaimana diketahui bahwa zakat itu hanya dipungut dari kalangan orang-orang Islam saja.

Petunjuk ayat: Syariat mubahalah, berdoa agar laknat Allah menimpa, terhadap para pendusta kebenaran dan pengingkar Islam. Wallahu a'lam.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=291