Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Pendirian Ar Raasikhuuna Fil Ilmi dan Az Zaighin Mengenai Ayat MUTASYABIHAH

Jumat, 21 Juni 13

Pendirian ar raasikhuuna fil ilmi (orang-orang yang mendalami ilmunya) dan az zaighin (orang-orang yang menyimpang) dalam hal mutasyabih diterangkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dalam firman-Nya. Mengenai Az Zaighin Allah Azza wajalla berfirman:

فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله


Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka condong pada sesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya. (ali Imran:7)

Sedangkan mengenai Ar Raasikhuuna, Allah Azza wajalla juga berfirman:

والراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا


Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman kepadanya(ayat-ayat mutasyabihat)

Az Zaighin menjadikan ayat-ayat yang mutasyabihat sebagai sarana untuk mencela kitab Allah dan menimbulkan fitnah di kalangan manusia. Mereka menta'wilkannya tidak seperti yang dikehendaki Allah Subhanahu Wata'ala. Akhirnya mereka tersesat dan menyesatkan.

Adapun Ar Raasikuuna, mereka beriman bahwa apa saja yang terdapat dalam kitab Allah Ta'ala adalah benar serta tidak ada perselisihan dan kontradiksi, karena ia datang dari sisi Yang Maha Benar. Sebagaimana firman-Nya:


وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيرًا

Kalaulah sekiranya Al Qur'an itu dari sisi selain Allah, pastilah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya(An Nisa:82)

Mengenai ayat yang mutasyabih, mereka mengembalikannya kepada yang muhkam agar semuanya menjadi muhkam.

Pada misal yang pertama mereka mengatakan: Sesungguhnya bagi Allah ta'ala dua tangan yang hakiki yang sesuai dengan ketinggian dan keagungan-Nya. Kedua tangan Allah tidak menyerupai tangan para makhluk-Nya, sebagaimana pula Dia mempunyai dzat yang tidak menyerupai dzat-dzat makhluk-Nya, seperti firman-Nya dalam surat Asy Syura:


ليس كمثله شيئ وهو السميع البصير

Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha melihat(Asy Syura:11)

Begitu pula mengenai bersemayamnya Allah di atas Arsy, adalah bersemayam yang sesuai dengan keagungan-Nya, tidak menyerupai para makhluknya. Allah berfirman:


الرحمن على العرش استوى

Ar Rahman (Yang Maha Pengasih), bersemayam di atas arsy (Thaha:5).

Pada contoh yang kedua mereka mengatakan, sesungguhnya kebaikan dan keburukan, keduanya ditentukan dengan taqdir Allah. Akan tetapi kebaikan sebabnya adalah karunia dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, sedangkan keburukan sebabnya adalah perbuatan hamba itu sendiri, sebagaimana firman-Nya:


وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahan-kesalahanmu(As Syura:30)

Menyandarkan perbuatan jelek kepada hamba adalah menyandarkan sesuatu kepada sebabnya, bukan menyandarkan kepada yang mentakdirkannya. Adapun menyandarkan kebaikan dan keburukan kepada Allah, maka itu menyandarkan sesuatu kepada yang mentakdirkannya. Dengan demikian terjawablah perkiraan orang-orang yang mengatakan bahwa antara dua ayat itu terdapat ikhtilaf karena adanya arah yang berlainan.

Pada contoh yang ketiga mereka mengatakan sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah ragu terhadap apa yang diturunkan kepadanya. Beliau lebih tahu dan lebih kuat keyakinannya daripada umatnya. Sebagaimana firman-Nya:


قُلْ يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي شَكٍّ مِّن دِينِي فَلآأَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللهَ......

Katakanlah: Hai manusia jika kamu masih dalam keraguan tentang diriku maka ketahuilah aku tidak akan beribadah kepada yang kamu ibadahi selain Allah……..(Yunus:104)

Maksud ayat ini adalah jika kalian masih dalam keraguan tentang Al Qur'an, maka aku tetap yakin mengenai kebenarannya. Oleh kerena itu aku tidak akan beribadah kepada apa saja yang kalian sembah selain Allah. Aku kufur (mengingkari) ilah-ilah yang kamu sembah dan aku hanya beribadah kepada Allah.

Mengenai firman Allah,


فإن كنت في شك مما أنزلنا إليك

"Dan jika engkau-Muhammad- dalam keragu-raguan terhadap apa yang telah Kami turunkan kepadamu….."

Bukan berarti bahwa Nabi boleh ragu terhadap Al Qur'an atau hal itu pernah terjadi pada diri Nabi. Tidakkah anda perhatikan firman Allah yang berbunyi:


قُلْ إِن كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ

Katakanlah jika benar Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah(Muhammad) orang yang mula-mula beribadah (Az-Zuhruf:81)

Apakah ayat di atas memberi pengertian bahwa Allah mungkin saja memiliki anak atau menghasilkan anak? Sekali-kali tidak! Tidak mungkin hal itu terjadi pada diri Allah. Allah berfirman:


وَمَايَنبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا * إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ إِلآ ءَاتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا

Dan tidak layak bagi Yang Maha Pemurah mengambil anak. Dan tidak ada seorang pun di langit dan di bumi kecuali ia akan datang ke hadapan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba(Maryam:92-93)

Juga mengenai firman Allah,yang artinya,"Dan janganlah sekali-kali kamu-Muhamad- termasuk orang-orang yang ragu", ini tidak berarti bahwa keraguan itu pasti terjadi pada diri Rasul, karena larangan mengenai sesuatu itu terkadang ditujukan kepada orang yang tidak terjerumus ke dalamnya.

Coba perhatikan firman Allah di bawah ini:

وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [القصص : 87]

Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat Allah itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada jalan Rabbmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang musyrik(Al Qashas:87)

Sudah sama-sama kita ketahui bahwa mereka tidak menghalangi Nabi dalam menyampaikan ayat-ayat Allah, dan Nabi juga tidak pernah berbuat syirik. Tujuan ayat semacam di atas adalah untuk melarang berbuat seperti itu, meski yang diberi peringatan itu tidak berbuat tapi orang lain lah yang berbuat. Dan ayat-ayat semacam ini menjadi peringatan bagi orang-orang yang telah berbuat.

Dengan penjelasan seperti ini akan hilanglah prasangka yang tidak pantas yang ditunjukan kepada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Sumber: Bagaimana Memahami Al-Qur'an, Muhammad Jamil Zainu, pustaka Al Kautsar, diposting oleh Najib M. Fattah

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=267