Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Penyampaian Makna Menggunakan Kata Benda dan Kata Kerja

Senin, 12 Nopember 12

Kata benda menunjukkan makna tsubuut (tetap) dan istimraar (terus-menerus/kontinyu), sedangkan kata kerja menunjukkan makna tajaddud (sesuatu yang berulang-ulang/berganti baru) dan huduuts (terjadi setelah sebelumnya tidak ada). Dan masing-masing dari keduanya memiliki tempat (posisi) yang tidak cocok ditempati oleh selainnya. Sebagai contoh misalnya, datang ungkapan (penyampaian makna) dalam masalah nafkah dengan menggunakan kata kerja, seperti dalam firman-Nya:


ÇáóøÐöíäó íõäÝöÞõæäó Ýöí ÇáÓóøÑóøÂÁö æóÇáÖóøÑóøÂÁö ... {134}

" (yaitu) Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit..." (QS. Ali 'Imraan: 134)

Lafazh íõäÝöÞõæäó adalah kata kerja. Dan dalam ayat di atas tidak menggunakan kata benda ÇáúãõäúÝöÞõæúäó.

Dan datang ungkapan (penyampaian makna) dalam masalah iman dengan menggunakan kata benda, seperti dalam firman-Nya:


ÅöäóøãóÇ ÇáúãõÄúãöäõæäó ÇáóøÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÈöÇááåö æóÑóÓõæáöåö… {15}

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya..." (QS. Al-Hujuraat: 15)

Lafazh ÇáúãõÄúãöäõæúäó adalah kata benda.

Hal itu karena nafkah adalah perkara yang berkaitan dengan perbuatan, keadaannya huduuts (terjadi pada waktu-waktu tertentu) dan tajaddud (terus berulang-ulang), berbeda dengan keimanan, maka ia memiliki hakekat yang tegak bersamaan dengan keberadaan sesuatu yang menjadi keharusannya (konsekwensinya).

Dan yang dimaksud dengan Tajaddud pada masa lampau adalah terjadinya hal tersebut secara bergantian, dan pada masa kini atau yang akan datang adalah bahwa keadaan hal (peristiwa) tersebut berulang-ulang, dan terjadi secara bergantian, dan penyembunyian kata kerja (kata kerja tidak ditampakkan) dalam hal ini sama seperti penampakkannya.

Oleh sebab itu mereka (para ulama Ahli) berkata:"Sesungguhnya salam yang diusapkan Nabi Ibrahim 'alaihissalam lebih mendalam maknanya (lebih tegas) dibandingkan salam Malaikat dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala:


ÅöÐú ÏóÎóáõæÇ Úóáóíúåö ÝóÞóÇáõæÇ ÓóáÇóãðÇ…{25}

"Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:"Salaman",…."(QS. Adz-Dzaariyaat: 25)

Maka kata "Salaaman", ia manshub sebagai mashdar (kata dasar) yang menggantikan posisi kata kerjanya. Dan aslinya adalah:"Nusallimu 'alaika Salaaman" (Kami mengucapkan salam kepadamu dengan sebuah ucapan salam). Dan ungkapan ini menunjukkan munculnya salam dari mereka (setelah sebelumnya tidak ada), berbeda dengan balasan Ibrahim 'alaihissalam:


... ÞóÇáó ÓóáÇóãñ ... {25}

"…Ibrahim menjawab:"salamun" ..."(QS. Adz-Dzaariyaat: 25)

Maka jawaban ini beralih (dari manshub) ke marfu' (dengan dhammah) dengan posisi sebagai mubtada' (subyek) dengan khabar (predikat) yang dihapus. Dan maknanya adalah:" 'Alaikumussalaam (Semoga salam tetap tercurah keselamatan atas kalian)." Untuk menunjukkan tetapnya (kontinyu) salam. Seolah-olah Ibrahim 'alaihissalam bermaksud untuk membalas ucapan selamat mereka dengan ucapan yang lebih baik, sebagai pengamalan dari adab yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:


æóÅöÐóÇ ÍõíöøíÊõã ÈöÊóÍöíóøÉò ÝóÍóíõøæÇ ÈöÃóÍúÓóäó ãöäúåó Ãóæú ÑõÏõøæåó … {86}

" Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). ..."(QS. An-Nisaa': 86)

Dan hal itu juga salah satu bentuk penghormatan Ibrahim 'alaihissalam kepada mereka.

(Sumber:ãÈÇÍË Ýí Úáæã ÇáÞÑÂä karya Syaikh Manna’ al-Qaththaan rahimahullah, cet. Maktab al-Ma’arif, Riyadh hal. 209-210. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=242