Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Kisah Ahli Taat & Ahli Maksiat
Kamis, 05 Oktober 23
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda,

"Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Salah seorang suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.

Suatu kali orang yang ahli ibadah mendapatkannya tengah berbuat dosa, maka dia berkata, 'Berhentilah dari berbuat dosa.' Dia menjawab, 'Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi aku?' Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, 'Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni olehNya atau Dia tidak akan memasukkan kamu ke dalam surga.'

Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu, kemudian mereka berdua menghadap Allah Rabbul 'Alamin. Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, 'Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.' Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, 'Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmatKu.' Sementara untuk ahli ibadah Dia berfirman (kepada para malaikat), 'Masukkan orang ini ke neraka'."

Hadits Shahih diriwayatkan oleh Ahmad, 2/323; Abu Dawud, 4901; Ibnul Mubarak dalam kitab az-Zuhd, 314; Ibnu Abi Dunya dalam Husn az-Zhan, 45; al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah, 14/385.

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:

1. Anjuran untuk senantiasa ber amar ma'ruf dan nahi munkar.

2. Hendaknya seseorang segera berhenti dari kemungkaran dan berlepas diri darinya saat diingatkan dan dilarang, dan hendaknya tidak meneruskan dosa itu dengan keras kepala dan sombong.

3. Larangan membuat orang lain putus asa dari ampunan Allah Yang Maha Penyayang.

4. Beratnya sangsi mengucapkan sesuatu atas nama Allah, tanpa didasari ilmu.

5. Luasnya rahmat Allah, Rabb seluruh alam.

6. Seseorang yang memastikan orang lain masuk surga atau neraka, berarti dia telah mengakui memiliki sifat ketuhanan.

7. Celaan kepada seseorang yang mengklaim dirinya sen-diri sebagai hakim kebenaran.

[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Edisi Indonesia, 61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat, Pustaka Darul Haq, Jakarta]

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkisah&id=378