Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Kisah Ashhabul Ukhdud
Rabu, 04 Oktober 23
Dari Shuhaib ar-Rumi radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Ada seorang raja pada zaman sebelum kalian. Dia memiliki seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu telah tua, ia berka-ta kepada sang raja, 'Sesungguhnya usiaku telah tua dan ajalku sudah dekat. Karena itu utuslah kepadaku seorang anak muda biar kuajarkan kepadanya sihir.'

Maka diutuslah seorang pemuda yang akhirnya belajar sihir kepadanya. Ketika dalam perjalanan menuju rumah tukang sihir dari rumah raja dia melewati rumah seorang rahib (pendeta). Pemuda tersebut mendatangi sang rahib dan mendengarkan pembicaraannya. Sang pemuda begitu kagum dengan perkata-an rahib tersebut. Setiap kali ia akan ke rumah tukang sihir ia mampir terlebih dahulu ke rumah rahib, untuk berbincang-bincang.

Suatu ketika, begitu dia sampai di rumah sang tukang sihir -karena terlambat- serta merta dia dipukul. Kemudian dia meng-adukan pada si rahib. Sang rahib berkata, 'Jika engkau ditanya sebab keterlambatanmu dan takut dipukul tukang sihir, katakan saja padanya, 'Aku terlambat karena urusan keluargaku.' Dan jika kamu khawatir dengan keluargamu, maka katakanlah, 'Aku terlambat karena belajar dengan tukang sihir.'

Suatu kali dia menyaksikan binatang besar yang menakutkan dan menghalangi jalan manusia, sehingga mereka tidak bisa le-wat. Maka sang pemuda berkata, 'Saat ini aku akan mengetahui apakah perintah tukang sihir lebih dicintai Allah ataukah perin-tah rahib.'

Setelah itu ia mengambil batu seraya berkata, 'Ya Allah, jika perintah rahib lebih Engkau cintai dan ridhai dari pada tukang sihir maka matikanlah binatang ini, sehingga manusia dapat melewati jalan ini.'

Lalu dia melemparkannya dan binatang itu pun mati, lalu dia pergi. Maka dia beritahukan hal itu kepada rahib. Sang rahib berkata, 'Wahai anakku, kini engkau telah menjadi lebih utama dari diriku, telah sampai suatu tingkatanmu sebagaimana yang aku saksikan, tapi (ingat) kelak engkau akan diuji. Pada saat engkau diuji, ketika itu jangan tunjukkan siapa diriku dan ke-beradaanku.'

Selanjutnya pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan segala jenis penyakit. Allah menyembuhkan mereka melalui kedua tangannya.

Alkisah ada seorang pejabat raja yang buta. Dia mendengar tentang pemuda yang mampu mengobati berbagai penyakit. Maka dia membawa hadiah yang banyak kepadanya seraya berkata, 'Sembuhkan aku dan kau boleh memiliki ini semua.' Pemuda itu menjawab, 'Aku tidak bisa menyembuhkan orang. Yang bisa menyembuhkan adalah Allah subhanahu wata'ala. Jika Anda beriman kepada Allah, aku akan berdoa kepadaNya, Insya Allah Dia akan menyembuh-kanmu.' Dia lalu beriman kepada Allah dan dia benar-benar sembuh.

Kemudian dia datang menghadap raja dan duduk di sisinya seperti sedia kala. Sang raja bertanya, 'Siapa yang menyembuh-kan penglihatanmu?' Dia menjawab, 'Tuhanku!' Raja bertanya, 'Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku?' Dia menjawab, 'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.'

Maka sang raja terus menerus menyiksanya, sehingga akhir-nya dia menunjukkan kepada seorang pemuda yang mengobati (dan mengislamkannya). Pemuda itupun didatangkan. Sang raja berkata, 'Wahai anakku, sihirmu telah mampu menyembuhkan orang buta, sopak dan berbagai penyakit lainnya.' Sang pemuda menangkis, 'Aku tidak mampu menyembuhkan seorang pun. Yang menyembuhkan hanyalah Allah subhanahu wata'ala.'

Raja itu pun menyiksa pemuda tersebut tanpa henti, sehingga dengan terpaksa ia memberitahukan tentang rahib. Kemudian sang rahib didatangkan, dan Raja berkata, 'Kembalilah kepada ajaran agamamu semula!' Namun ia menolak. Lalu raja meminta ajudan untuk mengambil gergaji. Kemudian gergaji itu diletak-kan di tengah-tengah kepalanya, dan kepala rahib pun terbelah menjadi dua.

Kemudian pejabat kerajaan yang dulu buta dipanggil agar menghadap raja lalu dikatakan, 'Kembalilah kepada agamamu semula!' Ia menolak. Lalu ditengah kepalanya diletakkan ger-gaji dan dibelah menjadi dua.

Tiba giliran sang pemuda, kepadanya juga dikatakan, 'Kem-balilah kepada agamamu semula!' Ia menolak. Lalu sang raja menyerahkannya kepada beberapa orang. Sang raja berkata, 'Bawalah ia ke gunung sana, sesampainya kalian di puncak gu-nung, kalau ia mau kembali kepada agamanya semula, maka lepaskanlah, tetapi jika tidak maka lemparkan ke dalam jurang.'

Mereka pun berangkat dengan membawa pemuda tersebut, ketika sampai di ketinggian gunung, sang pemuda berdoa, 'Ya Allah, lindungilah aku dari kejahatan mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.'

Tiba-tiba gunung itu berguncang hebat terhadap mereka, sehingga mereka tergelincir dan selamatlah sang pemuda hingga kemudian dia pergi menemui raja. Raja bertanya, 'Apa yang ter-jadi dengan kawan-kawanmu?' Pemuda itu menjawab, 'Allah menjagaku dari mereka.'

Sang raja kembali mengirimnya dengan beberapa penga-wal dalam sebuah perahu kecil. Raja berkata, 'Jika kalian berada di tengah lautan, biarkan dia jika mau kembali kepada agama semula, jika tidak, lemparkanlah ia ke dalam lautan.'

Kemudian mereka berangkat, dan sesampainya di laut sang pemuda berdoa, 'Ya Allah, lindungi aku dari kejahatan mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.'

Perahu pun terbalik dan mereka semua tenggelam, semen-tara sang pemuda dapat datang lagi menghadap raja. Sang raja heran dan bertanya, 'Apa yang terjadi dengan kawan-kawanmu?' Pemuda menjawab, 'Allah menjagaku dari mereka.'

Lalu sang pemuda berkata, 'Wahai raja, engkau tidak akan bisa membunuhku sehingga engkau melakukan apa yang kupe-rintahkan.' Raja penasaran, 'Apa perintahmu?' Sang pemuda menjawab, 'Kumpulkanlah orang-orang di satu padang yang luas, lalu saliblah aku pada sebatang pohon. Setelah itu ambillah anak panah dari sarung panahku, dan letakkan di dadaku lalu ucapkan Bismillahi Robbil Ghulam (dengan nama Allah Tuhan sang pemuda), dan panahlah aku. Jika engkau berkenan melaksana-kan perintahku berarti engkau berhasil membunuhku.'

Maka raja mengumpulkan orang-orang di sebuah padang yang luas, dan menyalibnya pada sebatang pohon, dan meng-ambil panah dari sarung panahnya, kemudian meletakkannya di dadanya lalu mengucapkan, 'Bismillahi Rabbil Ghulam,' kemu-dian memanahnya tepat mengenai pelipisnya. Pemuda itu mele-takkan tangannya di bagian yang terkena panah lalu meninggal.

Menyaksikan tragedi ini maka orang-orang berkata, 'Kami beriman kepada Tuhan pemuda tersebut, kami beriman kepada Tuhan pemuda tersebut, kami beriman kepada Tuhan pemuda tersebut.'

Lalu seseorang datang menghadap raja dan berkata, 'Tahu-kah Anda, apa yang selama ini Anda takutkan kini telah terjadi, semua orang telah beriman!.'

Kemudian raja memerintahkan untuk membuat parit-parit (Ukhdud) di beberapa persimpangan jalan, kemudian dinyala-kan api di dalamnya. Sang raja bertitah, 'Siapa yang menolak kembali kepada agamanya semula bakarlah atau lemparkanlah ke dalam parit.'

Para ajudan pun melaksanakan perintah raja. Hingga ke-mudian tiba giliran seorang wanita bersama bayi yang sedang disusuinya. Sepertinya ibu tersebut enggan untuk terjun ke da-lam bara api. Tiba-tiba saja sang bayi berkata, 'Bersabarlah wahai Ibuku, sesungguhnya engkau berada dalam jalan yang benar'."

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:

1. Zaman dulu para raja atau penguasa biasa mengguna-kan sihir dan dukun untuk kemaslahatan pribadinya.

2. Pada hakikatnya sihir itu ada dan mempunyai dasar serta kaidah.

3. Diperbolehkan bohong saat peperangan atau yang seje-nisnya, dalam rangka menyelamatkan jiwa.

4. Teguh dalam keyakinan dan kebenaran.

5. Ahlus Sunnah wal Jamaah mempercayai adanya kara-mah para wali.

6. Terkabulnya doa seorang Mukmin yang shalih.

7. Orang Mukmin senantiasa mendapat cobaan. Dan musuh selalu berusaha menguasai mereka dengan melancarkan berba-gai celaan.

8. Pengorbanan jiwa dalam perang fi sabilillah tidak sama dengan bunuh diri.

9. Gencarnya serangan yang dilancarkan orang-orang kafir terhadap orang Mukmin.

10. Allah senantiasa menjaga dan melindungi orang Mukmin, dan sebaliknya Dia selalu menghinakan orang-orang kafir.

11. Kewajiban untuk senantiasa bersabar dan tegar mengha-dapi siksaan musuh.

12. Keutamaan berdakwah di jalan Allah. Dan seorang da'i (yang menyeru untuk meyembah Allah) akan selalu rela dalam mengorbankan yang termahal dari apa yang dimilikinya sekali-pun, untuk keberhasilan dakwahnya.

[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Edisi Indonesia, 61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat, Pustaka Darul Haq, Jakarta].
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkisah&id=377