Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Maulid Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Timbangan Syariat
Kamis, 17 Januari 13

Khutbah Pertama

Amma ba’du :

Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dan bersyukurlah kepadaNya atas karunia yang Dia berikan kepada anda. Yaitu ketika Dia mengutus seorang Rasul dari lingkungan anda sendiri yang bertugas membacakan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada anda. Maka wujudkanlah karunia ini dengan cara mengikuti Sunnah Rasul, memegang teguh petunjuk dan syari’atnya, dan menjauhi bid’ah yang diciptakan oleh para penganut hawa nafsu.

Ikhwatal Islam ! Dimana saja anda berada. Perintah mentaati Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan memegang teguh Sunnahnya banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an dan banyak hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Semuanya adalah nash-nash yang secara sharih (eksplisit) menunjukkan kewajiban mentaati Nabi, mengikuti Sunnahnya, tunduk kepadanya tanpa membantah, dan tidak melanggar perintah dan larangannya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


æóãóÂÁóÇÊóÇßõãõ ÇáÑóøÓõæáõ ÝóÎõÐõæåõ æóãóÇäóåóÇßõãú Úóäúåõ ÝóÇäÊóåõæÇ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS.Al-Hasyr :7)


Þõáú Åöä ßõäÊõãú ÊõÍöÈõøæäó Çááåó ÝóÇÊóøÈöÚõæäöí íõÍúÈöÈúßõãõ Çááåõ æóíóÛúÝöÑú áóßõãú ÐõäõæÈóßõãú

Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". (QS. Ali-Imron :31)

Dan Allah memperingatkan orang yang melanggar perintah NabiNya dengan firman-Nya:


ÝóáúíóÍúÐóÑö ÇáóøÐöíäó íõÎóÇáöÝõæäó Úóäú ÃóãúÑöåö Ãóä ÊõÕöíÈóåõãú ÝöÊúäóÉñ Ãóæú íõÕöíÈóåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS.An-Nur :63)

Dan banyak sekali Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menunjukkan kewajiban mentaati Rasulullah dan mengikuti Sunnahnya dan peringatan agar menjauhi bid’ah.

Imam ahmad, Abu Daud, At-Tirmizi dan dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Al-Irbadl bin Sariyah Radiyallahu ‘Anhu bersabda :

‘‘ Sesungguhnya siapa di antara kamu yang hidup maka akan melihat banyak perselisihan. Maka kamu harus berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah khulafa’ Ar-Rasyidin sesudahku yang mendapat petunjuk.Gigitlah Sunnah itu dengan gigi geraham. Dan waspadalah terhadap hal-hal yang diperbaharui. Karena setiap hal yang diperbaharui adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.’’.

Nash-nash tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa setiap muslim diperintahkan untuk ittiba’ (mengikuti Sunnah) dan dilarang ibtida’ (menciptakan bid’ah) atau mengadakan hal-hal baru yang bertentangan dengan agama. Aisyah Radiyallahu ‘Anha meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :

‘‘Barangsiapa yang mengadakan di dalam urusan (agama) kami ini sesuatu hal baru yang bukan bagian darinya, maka hal ini ditolak.’’ ( HR. Muttafaq Alaih. Shahih Al-Bukhari, 2697 dan Shahih Muslim, 1718 )

Dalam hal ini, terdapat banyak ucapan dan perbuatan generasi Salaf yang bisa menjelaskan keteladanan umum pada generasi-generasi terbaik, dan memberikan contoh terbaik bagi umat Islam kapan saja dan dimana saja. Maka seyogyanya setiap muslim dapat mengambil inspirasi darinya untuk menemukan jalan keselamatan.

Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu berkata: ‘’Ikutilah Sunnah dan jangan membuat bid’ah. Maka kamu akan dicukupi.

Ibnu Abbas Radiyallahu ‘Anhu berkata : ‘‘ Setiap tahun pasti manusia menciptakan suatu bid’ah dan mematikan suatu Sunnah. Sehingga bid’ah-bid’ah akan hidup dan Sunnah-Sunnah akan mati’’.

Ibnu Umar berkata : ‘‘Setiap bid’ah adalah sesat, meski semua orang melihatnya baik’’.

Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah berkata : ‘‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para pemimpin sesudahnya telah menetapkan Sunnah-Sunnah. Barangsiapa mengikutinya, ia akan mendapat petunjuk. Barangsiapa menggunakannya untuk meminta pertolongan, ia akan mendapat pertolongan. Dan barangsiapa yang menyalahinya dan mengikuti jalan yang tidak dilalui oleh orang-orang yang beriman, Allah akan membiarkannya tersesat dan memasukkannya ke dalam Neraka Jahannam, tempat kembali yang paling buruk’’.

Imam Malik Rahimahullah berkata : ‘‘Generasi akhir umat ini tidak akan bisa menjadi baik kecuali dengan menggunakan sesuatu yang membuat baik generasi awalnya’’.

Ulama Salaf lainnya berkata : ‘‘ Semua jalan tertutup bagi makhluk, kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam’’.

Saudara-saudara seiman dan seakidah ! Kini, agama semakin terasing, pendukung dan pembelanya semakin sedikit, musuh dan lawannya semakin banyak, iman pemeluknya semakin lemah dan lebih asyik dengan hal lain, para penganjur keburukan, bid’ah dan khurafat semakin banyak. Setelah itu keadaan pun berubah, yang makruf menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi makruf, yang Sunnah dianggap bid’ah dan bid’ah dianggap Sunnah. Beragam bid’ah pun menyebar di tengah masyarakat dan merasuk ke dalam akal mereka sebagaimana darah yang mengalir di sekujur badan. Laa haula wala quata illa billah.

Ummatal Islam ! Salah satu bid’ah yang kini banyak beredar dan laku keras, bahkan telah tertanam kuat banyak sekali di dunia Islam dan telah melembaga di dalam hati banyak orang, sehingga seakan menjadi bagian dari perkara ma'ruf yang tidak lagi diperdebatkan, adalah perayaan dan pertemuan yang diadakan pada bulan Rabi’ul Awal. Padahal perayaan itu tidak pernah diperintahkan oleh Allah. Para pelakunya menyebutnya, ‘‘Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam’’. Bahkan ada sebagian orang yang mengkhususkan bulan ini untuk pergi ke Makkah dan Madinah dalam rangka mendekatkan diri dengan tempat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ini adalah amal perbuatan yang tidak berdasar. Dan mengkhususkan bulan itu untuk acara tersebut juga tidak memiliki dalil yang kuat.


Êöáúßó ÃóãóÇäöøíõøåõãú Þõáú åóÇÊõæÇ ÈõÑúåóÇäóßõãú Åöä ßõäÊõãú ÕóÇÏöÞöíäó

Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:"Tunjukkan kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS.Al-Baqarah :111)

Maka mengkhususkan malam-malam bulan Rabi’ul Awal atau sebagian malam untuk mengadakan acara-acara perayaan semacam itu tidak boleh menurut Syara’. Hal itu didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Acara itu adalah bid’ah yang diciptakan di dalam agama. Karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Khulafa’ Ar-Rasyidin, para Sahabat maupun para Tabi’in. Sementara mereka adalah orang-orang yang lebih tahu tentang Sunnah Rasul, lebih mencintai Rasulullah, dan lebih istiqamah dalam mengikuti syari’atnya dibanding generasi sesudahnya. Sehingga kita perlu mengikuti apa yang mereka lakukan. Andai acara-acara semacam itu baik, niscaya mereka lebih dulu melakukannya sebelum kita.

2. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-Hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mewajibkan kita mentaati Rasulullah, memegang teguh Sunnahnya, dan melarang kita menciptakan bid’ah di dalam agama.

3. Allah Subhanahu Wata’ala telah menyempurnakan agama ini untuk kita dan Rasulullah pun telah menyampaikannya secara nyata. Dus, menciptakan acara peringatan maulid semacam itu, secara tersirat menunjukkan bahwa Allah belum menyempurnakan agama ini. Dan juga menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam belum menyampaikan apa yang diturunkan Allah kepadanya. Sampai orang-orang belakangan setelah era generasi utama berlalu datang dan menciptakan hal baru di dalam agama Allah yang tidak pernah dia Izinkan. Mereka mengira bahwa hal baru itu dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Tindakan ini cukup layak dianggap sebagai pembangkangan terhadap Allah. Pelecehan terhadap Syari’atNya, dan kecurigaan terhadap Rasulullah dalam menyampaikannya.

4. Mengadakan acara-acara semacam ini adalah penyimpangan dari jalur kebenaran dan menyerupakan diri dengan orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab dalam merayakan hari raya mereka. Padahal kita telah dilarang menyerupakan diri kita dengan mereka.

5. Masalah ibadah adalah tauqifiyah (dogmatis). Tidak ada seorang pun yang berhak menciptakan syari’at baru dalam konteks ini. Ibadah yang dibenarkan menurut syari’at ialah ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Allah berfirman :


Ãóãú áóåõãú ÔõÑóßóÂÄõÇú ÔóÑóÚõæÇ áóåõã ãöøäó ÇáÏöøíäö ãóÇáóãú íóÃúÐóä Èöåö Çááåõ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan oleh Allah. (QS. Asy-Syura :21)

6. Kaidah-kaidah syari’at dan tujuan-tujuan agama menolak acara-acara semacam itu. Karena salah satu kaidah yang ditetapkan di dalam syari’at menyatakan bahwa sesuatu yang diperselisihkan orang harus dikembalikan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Dalam hal ini, kita telah mengembalikannya kesana. Ternyata kita menemukan larangan terhadap acara-acara semacam itu. Begitu juga kaidah sadduz dzari’ah ( menutup akses menuju perbuatan dosa) dan kaidah izalatul dlarar (menghilangkan mudharat). Dan mudharat terbesar adalah mudharat di dalam agama. Di samping kemungkinan-kemungkinan yang terdapat di dalamnya. Yang paling besar adalah menyekutukan Allah, memanjatkan do’a kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Meminta dipenuhinya kebutuhan dan dilenyapkannya kesulitan, dan membaca kasidah-kasidah (syair-syair) yang bermuatan syirik untuk memuji-memuji Nabi secara berlebihan. Selain itu juga terjadi pembauran antara lawan jenis, membelanjakan harta secara berlebihan dan sia-sia. Menyuarakan kata-kata yang tidak berguna dengan suara yang keras. Padahal bulan kelahiran Rasulullah adalah bulan kematian beliau juga. Jadi, bersuka cita pada bulan itu tidak lebih pantas dari pada berduka cita.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata : ‘Menetapkan waktu tertentu untuk ibadah di luar waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh syara’, seperti menetapkan sebagian malam bulan Raabi’ul Awal yang dikenal dengan ‘’Malam Maulid’’ untuk beribadah termasuk bid’ah, yang tidak pernah dianjurkan dan dilakukan oleh generasi Salaf yang Shalih.

Beliau juga mengatakan : Hal itu tidak pernah dilakukan oleh generasi Salaf, kendati ada alasan untuk itu dan tidak ada halangan untuk melakukannya. Andaikata perbuatan ini adalah kebajikan yang murni atau unggul, niscaya generasi salaf itu lebih berhak melakukannya di banding kita. Karena mereka lebih mencintai dan lebih menghormati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di banding kita. Dan mereka memiliki komitmen yang lebih kuat terhadap kebajikan.

Dan beliau berkata: adapun membuat acara maulid yang diisi dengan nyanyian, tarian dan lain-lain, tidak seorangpun ulama dan ahli iman yang ragu untuk menyebutnya sebagai kemungkaran yang dilarang. Dan tidak ada yang menganjurkan hal itu selain orang yang bodoh dan orang zindiq.

Ayyuhal muslimun ! Terakhir, anda harus tahu bahwa orang-orang yang melakukan praktik-praktik bid’ah semacam itu, dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan.

Pertama : Orang-orang bodoh yang suka bertaklid (meniru) lisanul hal mereka mengatakan: ‘‘ kami melihat orang-orang melakukan sesuatu maka kami pun melakukannya’’. Dan ini cukup membuatnya tersesat. Dalam konteks inilah Allah berfirman,


ÅöäóøÇ æóÌóÏúäóÂ ÁóÇÈóÂÁóäóÇ Úóáóì ÃõãóøÉò æóÅöäóøÇ Úóáóì ÁóÇËóÇÑöåöã ãõøÞúÊóÏõæäó

"Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS. Az-Zuhruf :23)

Kedua: Orang yang mencari keuntungan ekonomi dan sesuap nasi. Mereka ingin memuaskan syahwat mereka di balik acara-acara tersebut dengan makan-makan, minum-minum, bersenda gurau, bermain-main dan berkumpul secara batil.

Ketiga: Penganjur keburukan dan kesesatan yang ingin merusak Islam, mamalingkan orang dari Sunnah dan menyibukkannya dengan bid’ah dan khurafat.

Jadi, bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian Umat Islam. Sampai kapankah anda terombang-ambing oleh kebatilan dan kesesatan semacam itu ? Sampai kapankah anda akan terus menciptakan hal baru dan mengadakan perubahan di dalam agama Allah ? Mana rasa cemburu anda terhadap akidah tauhid ? Mana semangat anda untuk berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alihi Wasallam ? Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.

‘‘ Sesungguhnya Islam bermula sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali menjadi sesuatu yang asing sebagaimana mulanya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing’’. (HR. Muslim, 145 dan Abu Ya’la, 619)

Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Dan hanya kepadaNya kita berserah diri. Laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim.


ÈÇÑóßó Çááå áöíú æóáóßõãú Ýöí ÇáúÞõÑúÂäö ÇáúßóÑöíúãö¡ æóäóÝóÚóäöíú æóÅöíóøÇßõãú ÈöãóÇ Ýöíúåö ãöäó ÇáúÂíóÇÊö æóÇáÐöøßúÑö ÇáúÍóßöíúãö. ÃóÞõæúáõ Þóæúáöíú åÐÇ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááåó áöíú æóáóßõãú æóáöÓóÇÆöÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó ãöäú ßõáöø ÐóäúÈò¡ ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ Åöäóøåõ åõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑóøÍöíúãõ

Khutbah Kedua

Amma ba’du :

Ayyuhal muslimun ! Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kebenaran itu diketahui berdasarkan dalil-dalil syar’i, bukan berdasarkan apa yang dilakukan manusia. Jadi, jangan tertipu oleh banyaknya orang yang menciptakan bid’ah dan mengadakan acara-acara tersebut. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


æóÅöä ÊõØöÚú ÃóßúËóÑó ãóäú Ýöí ÇúáÃóÑúÖö íõÖöáõøæßó Úóäú ÓóÈöíáö Çááåö

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah . (QS. 6:116)


Þõáú Åöä ßõäÊõãú ÊõÍöÈõøæäó Çááåó ÝóÇÊóøÈöÚõæäöí íõÍúÈöÈúßõãõ Çááåõ æóíóÛúÝöÑú áóßõãú ÐõäõæÈóßõãú

Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". (QS. 3:31)

Wahai umat Islam, di mana pun anda berada ! Dengan dalil-dalil yang begitu nyata dan bantahan-bantahan yang begitu jelas, kita dapat melihat dengan jelas betapa rapuh dan lemahnya bid’ah perayaan maulid itu. Siapa pun yang punya sedikit mata hati, netralitas dan kemauan mengikuti kebenaran pasti akan menyadari bahwa acara perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah kesalahan di dalam agama dan termasuk bid’ah. Dan dari tempat yang penuh barakah ini, kami menyerukan segenap umat Islam dalam rangka menggugurkan kewajiban dan menyampaikan amanat kepada umat agar mereka semua bertakwa kepada Allah dan meninggalkan perbuatan-perbuatan semacam itu. Kami menyerukan kepada mereka dengan seruan belas kasih dan kekhawatiran akan adzab yang akan menimpa ketika mereka berdiri di hadapanNya dengan membawa dosa yang bertumpuk-tumpuk.

Sungguh, dari tempat yang menjadi titik tolak penyebaran kalimat yang benar dan menggema di seluruh penjuru dunia ini, kami menyerukan dengan seruan akal dan kasih sayang agar meninggalkan sikap fanatik, untuk mencari kebenaran dan mengikuti apa yang ditunjukkan oleh dalil dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Kami menyerukan agar bid’ah-bid’ah semacam itu ditinggalkan, karena hanya akan membuat para pelakunya semakin jauh dari Allah dan menjadi penghalang dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Sunnahnya. Kami juga menyerukan agar mereka memegang teguh Sunnah Nabi. Karena sudah sekian lama agama Islam yang cemerlang ini dirusak citranya oleh perayaan-perayaan yang batil itu. Juga bid’ah-bid’ah sejenis yang telah menyelewengkan kesempurnaan Islam, menodai keindahannya, dan merusak esensinya. Sesungguhnya, ini adalah seruan yang jauh dari fanatisme dan hawa nafsu, tetapi ajakan menuju kebenaran.
Allah berfirman:


Êöáúßó ÃóãóÇäöøíõøåõãú Þõáú åóÇÊõæÇ ÈõÑúåóÇäóßõãú Åöä ßõäÊõãú ÕóÇÏöÞöíäó

" Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah:"Tunjukkan kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS. Al-Baqarah :111)


ÝóÅöä áóøãú íóÓúÊóÌöíÈõæÇ áóßó ÝóÇÚúáóãú ÃóäóøãóÇ íóÊóøÈöÚõæäó ÃóåúæóÂÁóåõãú æóãóäú ÃóÖóáõø ãöãóøäö ÇÊóøÈóÚó åóæóÇåõ ÈöÛóíúÑö åõÏðì ãöøäó Çááåö Åöäóø Çááåó áÇóíóåúÏöì ÇáúÞóæúãó ÇáÙóøÇáöãöíäó

Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Qashas :50)


Åöäóø Çááåó æóãóáÇóÆößóÊóåõ íõÕóáõøæäó Úóáóì ÇáäóøÈöíöø íóÂÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÕóáõøæÇ Úóáóíúåö æóÓóáöøãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab :56)


Çááåã Õóáöø Úóáóì ãõÍóãóøÏò¡ æóÚóáóì Âáö ãõÍóãóøÏò¡ ßóãóÇ ÕóáóøíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäóøßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. Çááåã ÈóÇÑößú Úóáóì ãõÍóãóøÏò¡ æóÚóáóì Âáö ãõÍóãóøÏò¡ ßóãóÇ ÈóÇÑóßúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäóøßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ.
Çááåã ÇÛúÜÝöÜÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö¡ ÑóÈóøäóÇ ÙóáóãúäóÇ ÃóäúÝõÓóäóÇ æóÅöäú áóãú ÊóÛúÜÝöÜÑú áóäóÇ æóÊóÑúÍóãúäóÇ áóäóßõæäóäóø ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíúäó¡ ÑóÈóøäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏõøäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáúÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäóøÇÑö. Çááåã ÅöäóøÇ äóÓúÃóáõßó ÇáúåõÏóì æóÇáÊõøÞóì æóÇáúÚóÝóÇÝó æóÇáúÛöäóì. Çááåã ÅöäóøÇ äóÚõæúÐõ Èößó ãöäú ÒóæóÇáö äöÚúãóÊößó æóÊóÍóæõøáö ÚóÇÝöíóÊößó æóÝõÌóÇÁóÉö äöÞúãóÊößó æóÌóãöíúÚö ÓóÎóØößó. æóÂÎöÑõ ÏóÚúæóÇäóÇ Ãóäö ÇáúÍóãúÏõ ááå ÑóÈöø ÇáúÚóÇáóãöíúäó.

(Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya)
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=293