Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
MENDIDIK ANAK MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN
Rabu, 31 Maret 10
Oleh: Suroso Abd. Salam, M.Pd.

KHUTBAH PERTAMA :

Åöäøó ÇáúÍóãúÏó ááå äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ¡ æóäóÚõæúÐõ Èááå ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááå ÝóáóÇ ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáóÇ åóÇÏöíó áóåõ¡ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áóÇ Åáå ÅáÇ Çááå æóÍúÏóåõ áóÇ ÔóÑöíúßó áóåõ¡ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ.
íóÇÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááå ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõã ãøõÓúáöãõæäó
íóÇÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÇÊøóÞõæÇ ÑóÈøóßõãõ ÇáøóÐöí ÎóáóÞóßõã ãøöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËøó ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíÑðÇ æóäöÓóÂÁð æóÇÊøóÞõæÇ Çááåó ÇáøóÐöí ÊóÓóÂÁóáõæäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇãó Åöäøó Çááå ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíÈðÇ
íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááå æóÞõæáõæÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíÏðÇ . íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑú áóßõãú ÐõäõæÈóßõãú æóãóä íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíãðÇ
ÃóãøóÇ ÈóÚúÏõ: ÝóÅöäøó ÃóÕúÏóÞó ÇáúÍóÏöíúËö ßöÊóÇÈõ Çááå æóÎóíúÑó ÇáúåóÏúíö åóÏúíõ ãõÍóãøóÏò Õáì Çááå Úáíå æ Óáã æóÔóÑøó ÇáúÃõãõæúÑö ãõÍúÏóËóÇÊõåóÇ¡ æóßõáøó ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ¡ æóßõáøó ÈöÏúÚóÉò ÖóáóÇáóÉñ¡ æóßõáøó ÖóáóÇáóÉò Ýöí ÇáäøóÇÑö. Çááåã Õóá Úóáóì ãõÍóãÏò¡ æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóÓóáãú.



Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Salah satu nikmat, amanah, sekaligus ujian dari Allah Subhanahu Wata'ala adalah hadirnya seorang anak di tengah keluarga kita. Perilaku lucu, cerdik, menggelikan, sekaligus menyenangkan, senantiasa mereka tampilkan. Hal itu membuat suasana keluarga semakin meriah. Hadirnya momongan di tengah keluarga merupakan dambaan pasutri (pasangan suami–istri) atau orang tua. Karena itu dapat kita bayangkan, betapa sepinya keluarga, jika anak tak berada di sisi pasutri.

Selanjutnya, cara orang tua menyambut, menjaga, memelihara, mengarahkan, membimbing, atau mendidik anak untuk kehidupan anak di masa depan jangka pendek (dunia) dan jangka panjang (akhirat) akan memberikan andil besar atau bahkan menentukan bagi:
1. Sukses tidaknya orang tua di dalam bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala atas nikmat dariNya berupa anak, sehingga anak tidak dicemari fitrahnya.
2. Sukses tidaknya orang tua di dalam menunaikan amanah Allah Subhanahu Wata'ala berupa anak, sehingga akan tumbuh anak-anak shalih atau shalihah.
3.Sukses tidaknya orang tua di dalam menempuh ujian dengan lahirnya anak di tengah keluarga, sehingga anak tidak menjadi penyebab orang tua meninggalkan ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam telah bersabda :


ãóÇ ãöäú ãóæúáõæúÏò ÅöáÇøó íõæúáóÏõ Úóáóì ÇáúÝöØúÑóÉö¡ ÝóÃóÈóæóÇåõ íõåóæøöÏóÇäöåö Ãóæú íõäóÕøöÑóÇäöåö Ãóæú íõãóÌøöÓóÇäöåö.

"Tidaklah anak manusia dilahirkan melainkan pasti lahir di atas fitrahnya, maka kemudian orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadits ini kita mengetahui, bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid dan berpotensi baik). Jika kemu-dian anak menjadi menyimpang, ia menjadi Yahudi/Nasrani/ Ma-jusi, dan ahli maksiat, maka orang tua memiliki andil besar sebagai penyebabnya. Mengapa?
Sebabnya adalah: Pertama, orang tua adalah pihak yang sejak awal paling dekat dan berpengaruh langsung kepada anak.
Kedua, orang tua tidak memberikan perawatan dan pendidi-kan yang tepat sejak usia dini. Orang tua justru memberikan pendi-dikan yang menyimpang dari Tauhid dan sunnah Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam.

Jika orang tua mencari rizki (nafkah) dengan cara yang batil (hasil menipu, mencuri, korupsi, riba, memeras, dan sejenisnya), maka nafkah tersebut tidak berkah (tidak mengandung kebaikan). Lantas, anak dan istri, juga diri ayah tersebut tumbuh dari perawatan fisik/jasad (nafkah) yang haram. Pengaruhnya, hati manusia menjadi keras untuk menerima kebenaran dari Allah Subhanahu Wata'ala dan Rasul-Nya.

Hal itu akan diperparah lagi dengan cara, harta dari hasil yang haram tersebut dibelanjakan untuk makanan, minuman, dan hal-hal lain yang haram (untuk merokok, berjudi, khamar, narkoba, membeli daging babi dan marus/darah binatang dan sejenisnya). Maka tumbuhlah jasmani yang tidak sehat. Inilah bentuk perawatan yang menyimpang.

Adapun pendidikan yang menyimpang terlihat dengan jelas, manakala orang tua menyerahkan pendidikan anak mereka pada sekolah-sekolah yang tidak menghargai pendidikan Agama secara memadai. Hal itu diperburuk dengan pendidikan agama yang diajarkan itu pun menyimpang dari sumber rujukan Islam (al-Qur`an dan as-Sunnah).

Berbarengan dengan hal itu, anak dicekoki dengan berbagai acara di TV, radio, dan sejenisnya selama berjam-jam setiap harinya. Demikian halnya di masyarakat marak sekali adanya acara panggung-panggung hiburan yang jauh dari tuntunan Islam. Dilengkapi dengan pergaulan yang dialami anak, baik di lingkungan keluarga besarnya, di masyarakat, dan di berbagai kesempatan, jauh dari akhlak Islami. Disempurnakan dengan bahan bacaan (majalah, surat kabar, tabloid, novel, puisi, kaset/CD/DVD, dan sejenisnya) yang mengumbar kemaksiatan (pornografi dan sejenisnya), maka genap lengkap dan sempurnalah pendidikan anak yang menyimpang menjadi menu/program/kurikulum yang mengarahkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Sungguh besar pengaruh orang tua terhadap anak. Pepatah mengatakan, "Mangga jatuh tidak jauh dari pohonnya." Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam pun telah bersabda :


ÇóáúãóÑúÁõ Úóáóì Ïöíúäö Îóáöíúáöåö¡ ÝóáúíóäúÙõÑú ÃóÍóÏõßõãú ãóäú íõÎóÇáöáõ.

"Agama seseorang tergantung kepada siapa yang menjadi orang yang paling dicintainya. Maka coba perhatikan siapa orang yang paling dicintai oleh salah seorang dari kalian." (HR. Ahmad).

Sadar atau pun tidak, orang tua dan masyarakat yang demikian telah dengan mulus memberikan jalan kepada program-program kerja Yahudi, Nasrani, dan Majusi, yang dengan gigih menyediakan semua waktu, tenaga, dan pikiran, program hiburan, serta hartanya di dalam program pemurtadan umat Islam dalam bentuk 'tidak harus berpindah agama'.

Firman Allah Subhanahu Wata'ala :


æóáóä ÊóÑúÖóì Úóäßó ÇáúíóåõæÏõ æóáÇó ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó ãöáøóÊóåõãú Þõáú Åöäøó åõÏóì Çááøóåö åõæó ÇáúåõÏóì æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó ÃóåúæóÂÁóåõãú ÈóÚúÏó ÇáøóÐöí ÌóÇÁóßó ãöäó ÇáúÚöáúãö ãóÇáóßó ãöäó Çááøóåö ãöä æóáöíøò æóáÇó äóÕöíÑò

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, 'Sesungguh-nya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)'. Dan sesung-guhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Al-Baqarah: 120).

Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Inilah tantangan umat Islam dari luar dirinya di masa kini dan mendatang. Demikian halnya kelemahan umat Islam sendiri (tidak memahami Islam dengan benar, taklid, berlebih-lebihan di dalam mencintai orang-orang shalih, maupun meremehkan agama, tidak istiqamah, dan sejenisnya, lemah iptek, tak profesional di dalam beramal, dan lain-lain) merupakan tantangan dari dalam tubuh umat Islam yang harus dijawab umat Islam sendiri.

Orang tua, khususnya ayah, adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk menyelesaikan agenda besar ini dalam lingkup keluarga yakni pendidikan yang sejalan dengan fitrah anak. Pendidikan anak yang demikian dapat menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang bersifat materialistis, liberalistis, anti AGAMA, dan pengumbar nafsu yang diciptakan oleh Yahudi, Nasrani, dan Majusi.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :


íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÞõæÇ ÃóäÝõÓóßõãú æóÃóåúáöíßõãú äóÇÑðÇ æóÞõæÏõåóÇ ÇáäøóÇÓõ æóÇáúÍöÌóÇÑóÉõ ÚóáóíúåóÇ ãóáÂÆößóÉñ ÛöáÇóÙñ ÔöÏóÇÏõõ áÇøóíóÚúÕõæäó Çááåó ãóÂÃóãóÑóåõãú æóíóÝúÚóáõæäó ãóÇíõÄúãóÑõæäó

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tah-rim: 6).

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Sekiranya orang tua sanggup mengatasi tantangan dari dalam dan luar tersebut, dengan cara memberikan perawatan yang baik dan halal, serta pendidikan yang berbasis Islam yang mengembangkan fitrah anak, maka akan lahir anak-anak yang bertauhid, berbuat baik, menguasai bidang keahlian yang dipilihnya, dan istiqamah di atas Din yang haq (Dinul Islam). Akhirnya kelak akan lahir anak-anak yang sanggup menghadapi tantangan materialisme, liberalisme, anti Agama, dan para pengumbar nafsu produk dan antek Yahudi dan Nasrani. Insya Allah Subhanahu Wata'ala mereka akan mengungguli musuh-musuh Allah, musuh-musuh Islam, dan musuh-musuh kaum Muslimin hari ini dan ke depan.

Demikian halnya, anak merupakan amanah.

Orang tua yang sukses adalah mereka yang sanggup mengem-ban amanah. Sesunguhnya Allah Subhanahu Wata'ala telah mempercayakan makhlukNya (berupa anak) untuk dirawat/diasuh dan dididik oleh orang tua. Orang tua yang menyadari hal ini, mereka akan memperkuat keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhannya di dalam merawat dan mendidik amanah Allah Subhanahu Wata'ala. Anak merupakan asset masa depan (dunia, jangka pendek dan akhirat, jangka panjang). Tanpa keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhan (juhud) yang prima, niscaya orang tua akan menghadapi kegagalan di dalam menunaikan amanah.

Orang tua hendaknya mengerahkan segala daya upaya –yang juga merupakan karunia Allah Subhanahu Wata'ala - untuk meraih keuntungan/kebaikan dunia akhirat bagi diri mereka dengan cara menunaikan amanah yakni merawat dan mendidik anak. Mereka selalu mengingat dan melaksanakan sabda Rasulullah  berikut :


ÅöÐóÇ ãóÇÊó ÇÈúäõ ÂÏóãó ÇäúÞóØóÚó Úóãóáõåõ ÅöáøóÇ ãöäú ËóáóÇËò: ÕóÏóÞóÉñ ÌóÇÑöíóÉñ¡ Ãóæú Úöáúãñ íõäúÊóÝóÚõ Èöåö¡ Ãóæú æóáóÏñ ÕóÇáöÍñ íóÏúÚõæú áóåõ.

"Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).

Anak shalih/shalihah tidaklah akan mungkin terwujud, manakala perawatan dan pendidikan terhadapnya menyimpang. Oleh karena itu, orang tua yang menghendaki buah yang segar di dunia maupun di akhirat berupa anak shalih/shalihah, maka hendaknya mereka mempersiapkannya sebaik mungkin sejak dini.
Anak shalih adalah anak yang berbuat baik yakni anak yang tergambarkan di dalam Firman Allah Subhanahu Wata'ala berikut ini :


æóÇÚúÈõÏõæÇ Çááåó æóáÇóÊõÔúÑößõæÇ Èöåö ÔóíúÆðÇ æóÈöÇáúæóÇáöÏóíúäö ÅöÍúÓóÇäðÇ æóÈöÐöí ÇáúÞõÑúÈóì æóÇáúíóÊóÇãóì æóÇáúãóÓóÇßöíäö æóÇáúÌóÇÑö Ðöí ÇáúÞõÑúÈóì æóÇáúÌóÇÑö ÇáúÌõäõÈö æóÇáÕøóÇÍöÈö ÈöÇáúÌóäÈö æóÇÈúäö ÇáÓøóÈöíáö æóãóÇãóáóßóÊú ÃóíúãóÇäõßõãú Åöäøó Çááåó áÇóíõÍöÈøõ ãóä ßóÇäó ãõÎúÊóÇáÇð ÝóÎõæÑðÇ

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba saha-yamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang som-bong dan membangga-banggakan diri." (An-Nisa`: 36).

Berdasarkan ayat ini, anak/orang yang baik adalah:
1. Bertauhid dan tidak menyekutukan Allah Subhanahu Wata'ala.
2. Birrul walidain (berbakti kepada ibu bapak).
3. Berbuat baik kepada sesama manusia.
4. Tidak sombong dan bangga diri.

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Anak shalih yang berciri-ciri seperti digambarkan pada surah an-Nisa` 36 itulah yang sanggup menjawab tantangan zaman, yang sanggup mengatur dunia ini dalam rangka taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Dan hal itu merupakan karunia dariNya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Perhatikan Firman Allah Subhanahu Wata'ala “


æóÚóÏó Çááåõ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ãöäßõãú æóÚóãöáõæÇ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊö áóíóÓúÊóÎúáöÝóäøóåõãú Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ßóãóÇÇÓúÊóÎúáóÝó ÇáøóÐöíäó ãöä ÞóÈúáöåöãú æóáóíõãóßøöäóäøó áóåõãú Ïöíäóåõãõ ÇáøóÐöí ÇÑúÊóÖóì áóåõãú æóáóíõÈóÏøöáóäøóåõã ãøöä ÈóÚúÏö ÎóæúÝöåöãú ÃóãúäðÇ íóÚúÈõÏõæäóäöí áÇóíõÔúÑößõæäó Èöí ÔóíúÆðÇ æóãóä ßóÝóÑó ÈóÚúÏó Ðóáößó ÝóÃõæúáÇóÆößó åõãõ ÇáúÝóÇÓöÞõæäó

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada menyekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nur: 55).

ÈóÇÑóßó Çááå áöíú æóáóßõãú Ýöí ÇáúÞõÑúÂäö ÇáúßóÑöíúãö¡ æóäóÝóÚóäöíú æóÅöíøóÇßõãú ÈöãóÇ Ýöíúåö ãöäó ÇáúÂíóÇÊö æóÇáÐøößúÑö ÇáúÍóßöíúãö. ÃóÞõæúáõ Þóæúáöíú åÐÇ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááåó áöíú æóáóßõãú æóáöÓóÇÆöÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó ãöäú ßõáøö ÐóäúÈò¡ ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ Åöäøóåõ åõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ.


KHUTBAH KEDUA :


ÇóáúÍóãúÏõ ááå ÇáøóÐöíú ÃóÑúÓóáó ÑóÓõæúáóåõ ÈöÇáúåõÏóì æóÏöíúäö ÇáúÍóÜÞøö áöíõÙúåöÑóåõ Úóáóì ÇáÏøöíúäö ßõáøöåö æóáóæú ßóÑöåó ÇáúãõÔúÑößõæúäó¡ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åáå ÅöáÇøó Çááå æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ¡
ÞóÇáó Çááå ÊóÚóÇáóì: íóÇÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááå ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõã ãøõÓúáöãõæäó
Çááåã Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÃóÕúÍóÇÈöåö ÃóÌúãóÚöíúäó. ÃóãøóÇ ÈóÚúÏõ:



Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Upaya orang tua berikutnya dalam rangka menyiapkan anak menghadapi tantangan zaman di masanya adalah bahwa sejak awal orang tua harus menyadari bahwa anak merupakan ujian bagi diri mereka. Allah Subhanahu Wata'ala memberikan karunia anak, berarti Allah Subhanahu Wata'ala juga sedang menguji orang tua. Luluskah dalam ujian?

Ujian yang datangnya dari Allah Subhanahu Wata'ala memiliki tujuan untuk mengetahui dengan sebenarnya siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta; siapa yang bersungguh-sungguh dan siapa yang bermain-main; siapa yang terbaik amalnya dan siapa yang merugi. Hal ini banyak disebutkan di dalam al-Qur`an al-Karim. Di antaranya :


Òõíøöäó áöáäøóÇÓö ÍõÈøõ ÇáÔøóåóæóÇÊö ãöäó ÇáäøöÓóÇÁö æóÇáúÈóäöíäó æóÇáúÞóäóÇØöíÑö ÇáúãõÞóäØóÑóÉö ãöäó ÇáÐøóåóÈö æóÇáúÝöÖøóÉö æóÇáúÎóíúáö ÇáúãõÓóæøóãóÉö æóÇúáÃóäúÚóÇãö æóÇáúÍóÑúËö Ðóáößó ãóÊóÇÚõ ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóÇááåõ ÚöäÏóåõ ÍõÓúäõ ÇáúãóÆóÇÈö

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Ali Imran: 14).


æóáúíóÎúÔó ÇáøóÐöíäó áóæú ÊóÑóßõæÇ ãöäú ÎóáúÝöåöãú ÐõÑøöíøóÉð ÖöÚóÇÝðÇ ÎóÇÝõæÇ Úóáóíúåöãú ÝóáúíóÊøóÞõæÇ Çááåó æóáúíóÞõæáõæÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíÏðÇ

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan anak-anak yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (An-Nisa`: 9).


æóÇÚúáóãõæÇ Ãóäøóãó ÃóãúæóÇáõßõãú æóÃóæúáÇóÏõßõãú ÝöÊúäóÉõõ æóÃóäøó Çááåó ÚöäÏóåõ ÃóÌúÑõõ ÚóÙöíãõõ

"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Al-Anfal: 28).

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Jika kita sebagai orang tua –lebih khusus sebagai ayah- sanggup merawat dan mendidik anak dengan berbasiskan Islam, sehingga ciri-ciri anak shalih seperti tersebut di atas teraih, maka inilah bukti kita mengikuti dan taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan Rasul-Nya, bukti bahwa kita cinta kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan RasulNya, bukti bahwa kita telah bersungguh-sungguh (berjihad) dalam dunia pendidikan fi sabilillah.

Anak adalah ujian yang jika kita kurang hati-hati, akan menempatkan kita pada derajat fasik, mengapa? Sebab jika kita teledor, maka saking cintanya kita kepada anak, dapat melalaikan kita dari cinta dan taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala, RasulNya, dan berjihad di jalan-Nya. Perhatikan FirmanNya :


Þõáú Åöä ßóÇäó ÁóÇÈóÂÄõßõãú æóÃóÈúäóÂÄõßõãú æóÅöÎúæóÇäõßõãú æóÃóÒúæóÇÌõßõãú æóÚóÔöíÑóÊõßõãú æóÃóãúæóÇáñ ÇÞúÊóÑóÝúÊõãõæåóÇ æóÊöÌóÇÑóÉñ ÊóÎúÔóæúäó ßóÓóÇÏóåóÇ æóãóÓóÇßöäõ ÊóÑúÖóæúäóåó ÃóÍóÈøó Åöáóíúßõã ãøöäó Çááåö æóÑóÓõæáöåö æóÌöåóÇÏò Ýöí ÓóÈöíáöåö ÝóÊóÑóÈøóÕõæÇ ÍóÊøóì íóÃúÊöíó Çááåõ ÈöÃóãúÑöåö æóÇááåõ áÇóíóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáúÝóÇÓöÞöíäó

"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (At-Taubah: 24).

Karena itulah, mari kita siapkan, kita rawat, dan kita didik anak-anak kita untuk menghadapi berbagai tantangan zaman seperti materialisme, komunisme, sekularisme, liberalisme, dan berbagai ismeisme lainnya buatan manusia yang dimotori oleh Yahudi dan Nasrani serta Majusi.

Kita rawat dan didik anak-anak kita dengan basis Islam untuk mewujudkan anak-anak yang shalih. Anak-anak yang beriman/ bertauhid, istiqamah di atas keimanan dan ketakwaan, berakhlak karimah, dan profesional/ahli di bidang spesialisasinya. Dengan anak yang shalih inilah dunia akan aman, tentram, sejahtera dalam keadaan tunduk patuh kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Dengan demikian, kita telah mencapai tujuan diciptakannya manusia itu sendiri di dunia ini.

Marilah kita tundukkan hati, pikiran, dan perasaan kita ke hadapan Allah, Rabbul 'alamin. Kita memohon kepadaNya, semoga berkenan kiranya Dia menurunkan karunia, taufik, hidayah, dan inayahNya kepada kita semuanya, amin.


Åöäøó Çááåó æóãóáÇóÆößóÊóåõ íõÕóáøõæäó Úóáóì ÇáäøóÈöíøö íóÂÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÕóáøõæÇ Úóáóíúåö æóÓóáøöãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ

Çááåã Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò¡ æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò¡ ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. Çááåã ÈóÇÑößú Úóáóì ãõÍóãøóÏò¡ æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò¡ ßóãóÇ ÈóÇÑóßúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ.
Çááåã ÇÛúÜÝöÜÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö¡ ÑóÈøóäóÇ ÙóáóãúäóÇ ÃóäúÝõÓóäóÇ æóÅöäú áóãú ÊóÛúÜÝöÜÑú áóäóÇ æóÊóÑúÍóãúäóÇ áóäóßõæäóäóø ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíúäó¡ ÑóÈøóäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáúÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö. Çááåã ÅöäøóÇ äóÓúÃóáõßó ÇáúåõÏóì æóÇáÊøõÞóì æóÇáúÚóÝóÇÝó æóÇáúÛöäóì. Çááåã ÅöäøóÇ äóÚõæúÐõ Èößó ãöäú ÒóæóÇáö äöÚúãóÊößó æóÊóÍóæøõáö ÚóÇÝöíóÊößó æóÝõÌóÇÁóÉö äöÞúãóÊößó æóÌóãöíúÚö ÓóÎóØößó. æóÂÎöÑõ ÏóÚúæóÇäóÇ Ãóäö ÇáúÍóãúÏõ ááå ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíúäó. æóÕóáì Çááå Úóáóì äóÈöíøöäóÇ ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóÓóáøóãó.


( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Wandy Hazar. S.Pd.I )
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=210