Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
MENJAGA HATI
Kamis, 19 Nopember 09

Oleh: Husnul Yaqin, Lc.

KHUTBAH PERTAMA :


Åöäøó ÇáúÍóãúÏó ááå äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ¡ æóäóÚõæúÐõ Èááå ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááå ÝóáóÇ ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáóÇ åóÇÏöíó áóåõ¡ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áóÇ Åáå ÅáÇ Çááå æóÍúÏóåõ áóÇ ÔóÑöíúßó áóåõ¡ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ.

íóÇÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááå ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõã ãøõÓúáöãõæäó
íóÇÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÇÊøóÞõæÇ ÑóÈøóßõãõ ÇáøóÐöí ÎóáóÞóßõã ãøöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËøó ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíÑðÇ æóäöÓóÂÁð æóÇÊøóÞõæÇ Çááåó ÇáøóÐöí ÊóÓóÂÁóáõæäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇãó Åöäøó Çááå ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíÈðÇ
íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááå æóÞõæáõæÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíÏðÇ . íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑú áóßõãú ÐõäõæÈóßõãú æóãóä íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíãðÇ

ÃóãøóÇ ÈóÚúÏõ: ÝóÅöäøó ÃóÕúÏóÞó ÇáúÍóÏöíúËö ßöÊóÇÈõ Çááå æóÎóíúÑó ÇáúåóÏúíö åóÏúíõ ãõÍóãøóÏò Õáì Çááå Úáíå æ Óáã æóÔóÑøó ÇáúÃõãõæúÑö ãõÍúÏóËóÇÊõåóÇ¡ æóßõáøó ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ¡ æóßõáøó ÈöÏúÚóÉò ÖóáóÇáóÉñ¡ æóßõáøó ÖóáóÇáóÉò Ýöí ÇáäøóÇÑö. Çááåã Õóá Úóáóì ãõÍóãÏò¡ æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóÓóáãú.



Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia, dan di hari yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkat-kan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah de-ngan sebenar-benarnya, yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala dan bukan keridhaan manusia, ketakwaan yang dilandasi karena ilmu yang bersumber dari al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah, dan ketakwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan NabiNya karena mengharap rahmat Allah Subhanahu Wata’ala dan ber-usaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan NabiNya karena takut terhadap azab dan siksa Allah Subhanahu Wata’ala.

Thalq bin Habib Rahimahullah seorang tabi'in, suatu ketika pernah me-nuturkan sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam Fatawanya,


ÇóáÊøóÞúæóì: Ãóäú ÊóÚúãóáó ÈöØóÇÚóÉö Çááå Úóáóì äõæúÑò ãöäó Çááå ¡ ÊóÑúÌõæ ÑóÍúãóÉ óÇááå æóÃóäú ÊóÊúÑõßó ãóÚúÕöíóÉó Çááå Úóáóì äõæúÑò ãöäó Çááå ¡ ÊóÎóÇÝó ÚóÐóÇÈó Çááå.

"Takwa adalah kamu mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasar-kan cahaya dari Allah, kamu mengharapkan rahmat Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah, serta kamu takut azab Allah."

Demikianlah seharusnya yang selalu ada dan tumbuh dalam benak dan hati setiap Muslim, sehingga akan membawa dampak dan bekas yang baik, melahirkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan iltizam (konsisten) terhadap agamanya sehingga pada akhirnya akan membentuk keluarga dan komunitas masyarakat yang senan-tiasa berjalan di atas manhaj dan jalan yang lurus. Dengan demi-kian, Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia serta memberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuat di akhirat kelak sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wata’ala janjikan.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu Wata’ala serta selamat dari azabNya pada Hari Kiamat kelak ada-lah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya se-hingga selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebagai satu-satunya dzat yang selalu membolak-balikkan hati setiap hambaNya sesuai dengan kehendakNya, dan bukan justru sebaliknya, di mana hatinya selalu condong kepada hawa nafsunya dan tipu daya setan laknatullah alaihi. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan melihat ketampanan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat kemulusan dan kemolekan badan-badan kita, namun Allah Subhanahu Wata’ala hanya akan melihat hati-hati kita dan amal perbuatan kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyarat-kan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, 1/20.


ÃóáÇó¡ æóÅöäøó Ýöí ÇáúÌóÓóÏö ãõÖúÛóÉð ÅöÐóÇ ÕóáóÍóÊú ÕóáóÍó ÇáúÌóÓóÏõ ßõáøõåõ¡ æóÅöÐóÇ ÝóÓóÏóÊú ÝóÓóÏó ÇáúÌóÓóÏõ ßõáøõåõ¡ ÃóáÇó æóåöíó ÇáúÞóáúÈõ.

"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. al-Bukhari).

Karena itulah ma'asyiral Muslimin, hati mempunyai peranan yang sangat fital dalam diri seseorang dan menjadi sentral bagi anggota tubuh lainnya sehingga keberadaannyalah yang dapat menentukan baik buruk dan hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang Muslim.

Tentu yang demikian tidak sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan manusia, khususnya kaum Muslimin di mana kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan me-nyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan dan me-nyedihkan. Mereka memahami bahwa tolak ukur kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan lahiriyah dan materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya, memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk keindahan dunia, namun pada saat yang sama, mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta kesucian batin yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan mereka; baik di dunia maupun di akhirat kelak. Marilah kita renungkan sebuah ayat sebagai bantahan Allah terhadap mereka, sebagaimana Firman-Nya :


æóßóãú ÃóåúáóßúäóÇ ÞóÈúáóåõã ãøöä ÞóÑúäò åõãú ÃóÍúÓóäõ ÃóËóÇËðÇ æóÑöÁúíðÇ

"Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata." (Maryam: 74).
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


ÃóÝóáóãú íóÓöíÑõæÇ Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÝóíóäÙõÑõæÇ ßóíúÝó ßóÇäó ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáøóÐöíäó ãöä ÞóÈúáöåöãú ßóÇäõæÇ ÃóßúËóÑó ãöäúåõãú æóÃóÔóÏøó ÞõæøóÉð æóÁóÇËóÇÑðÇ Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÝóãóÂÃóÛúäóì Úóäúåõã ãøóÇßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæä.

"Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebe-lum mereka. Orang-orang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatan-nya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka." (Al-Mu`-min: 82).

Dua ayat di atas, cukuplah memberikan penjelasan dan infor-masi kepada kita bahwa segala sesuatu yang mereka usahakan dan mereka nikmati ternyata tidak berguna dan tidak dapat me-nyelamatkan mereka. Na'udzubillahi min dzalik.

Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati meru-pakan dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di Hari Kiamat kelak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


íóÇÈóäöì ÁóÇÏóãó ÞóÏú ÃóäÒóáúäóÇ Úóáóíúßõãú áöÈóÇÓðÇ íõæóÇÑöí ÓóæúÁóÇÊößõãú æóÑöíÔðÇ æóáöÈóÇÓõ ÇáÊøóÞúæóì Ðóáößó ÎóíúÑñ Ðóáößó ãöäú ÁóÇíóÇÊö öÇááå áóÚóáøóåõãú íóÐøóßøóÑõæäó

"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (Al-A'raf: 26).

Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan kitab-kitab suciNya untuk memperbaiki hati, dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan, dan memperindah-nya. Demikianlah Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


íóÂÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÞóÏú ÌóÂÁóÊúßõã ãøóæúÚöÙóÉñ ãøöä ÑøóÈøößõãú æóÔöÝóÂÁñ áøöãóÇ Ýöí ÇáÕøõÏõæÑö æóåõÏðì æóÑóÍúãóÉñ áøöáúãõÄúãöäöíäó

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) da-lam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57).
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


áóÞóÏú ãóäøó öÇááå Úóáóì ÇáúãõÄúãöäöíäó ÅöÐú ÈóÚóËó Ýöíåöãú ÑóÓõæáÇð ãøöäú ÃóäÝõÓöåöãú íóÊúáõæÇ Úóáóíúåöãú ÁóÇíóÇÊöåö æóíõÒóßøöíåöãú æóíõÚóáøöãõåõãõ ÇáúßöÊóÇÈó æóÇáúÍößúãóÉó æóÅöä ßóÇäõæÇ ãöä ÞóÈúáõ áøóÝöí ÖóáÇóáò ãøõÈöíäò

"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keda-tangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Ali Imran: 164).

Ajaran yang paling besar yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ada-lah memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara yang telah ditempuh oleh beliau Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan demikian seseorang akan memahami bahwa hatinya meru-pakan tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala, yang dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal-nama-namaNya dan sifat-sifatNya, serta dapat menghayati ayat-ayat syar'iyah Allah, dengannya seseorang dapat merenungkan ayat-ayat kauniyahNya serta dengannya seseorang dapat menempuh perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan menuju Allah Subhanahu Wata’ala adalah perjalanan hati dan bukan perjalanan jasad.

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuturkan di dalam salah satu kitab beliau, "Hati yang sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia dan ja-batan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu Wata’ala. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam kubur, serta surga di Hari Kiamat. Keselamatan hati tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik yang bertentangan dengan tauhid, dari bid'ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dari ghaflah (kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlash." (al-Jawab al-Kafi, 1/176).

Ibnu Rajab al-Hanbali pernah berkata, "Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah Subhanahu Wata’ala benar, lagi sesuai dengan sunnah Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati." (Mahajjah fi Sair ad-Daljah, hal. 52).

Ini semua menunjukkan bahwa dasar keimanan atau kekufu-ran, hidayah atau kesesatan, keberuntungan atau kenistaan tergan-tung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba.

Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :


Åöäøó Çááå áÇó íóäúÙõÑõ Åöáóì ÃóÌúÓóÇÏößõãú æóáÇó Åöáóì ÕõæóÑößõãú æóáٰßöäú íóäúÙõÑõ Åöáóì ÞõáõæúÈößõãú¡ æóÃóÔóÇÑó ÈöÃóÕóÇÈöÚöåö Åöáóì ÕóÏúÑöåö.

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemu-dian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya." (HR. Muslim, no. 2564).

Bahkan, mayoritas ulama berkeyakinan bahwa siapa saja yang dipaksa untuk menyatakan "kekufuran", maka ia tidak berdosa selagi hatinya masih tetap teguh beriman kepada Islam dan tetap dalam kondisi tenang beriman, sebagaimana FirmanNya :


ãóä ßóÝóÑó Èááå ãöä ÈóÚúÏö ÅöíãóÇäöåö ÅöáÇøó ãóäú ÃõßúÑöåó æóÞóáúÈõåõ ãõØúãóÆöäøñ ÈöÇúáÅöíãóÇäö æóáóßöä ãøóä ÔóÑóÍó ÈöÇáúßõÝúÑö ÕóÏúÑðÇ ÝóÚóáóíúåöãú ÛóÖóÈñ ãøöäó öÇááå æóáóåõãú ÚóÐóÇÈñ ÚóÙöíãõõ . Ðóáößó ÈöÃóäøóåõãú ÇÓúÊóÍóÈøõæÇ ÇáúÍóíóÇÉó ÇáÏøõäúíóÇ Úóáóì ÇúáÃóÎöÑóÉö æóÃóäøó Çááå ó áÇóíóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáúßóÇÝöÑöíäó

"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (maka dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia tidak ber-dosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk keka-firan, maka kemurkaan Allah menimpanya dan dia mendapat azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir." (An-Nahl: 106-107).

Ayat ini diturunkan, sebagaimana pendapat mayoritas ahli tafsir adalah berkenaan dengan kejadian yang menimpa Ammar bin Yasir, manakalah ia masuk Islam, ia mendapat siksaan dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah sehingga ia mau mengucapkan ka-limat kekufuran kepada Allah dan cacian kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di lain kesempatan peristiwa tersebut ia laporkan kepada Rasu-lullah sambil menangis.


ÞóÇáó: ßóíúÝó ÊóÌöÏõ ÞóáúÈóßó¿ ÞóÇáó: ãõØúãóÆöäøðÇ ÈöÇáúÅöíúãóÇäö. ÞóÇáó: Åöäú ÚóÇÏõæúÇ ÝóÚõÏú.

"... maka Nabi bersabda, 'Bagaimana kondisi hatimu?' Ia menjawab, 'Aku masih tenang dalam beriman.' Maka Nabi bersabda (untuk menggembirakannya dan memberinya kemudahan), 'Kalau mereka kembali menyiksa, maka silahkan lakukan lagi'." (HR. al-Hakim, 2/357).

Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Anas bin Malik,


áóÇ íóÓúÊóÞöíúãõ ÅöíúãóÇäõ ÚóÈúÏò ÍóÊøóì íóÓúÊóÞöíúãó ÞóáúÈõåõ.

"Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus." (HR. Ahmad, no. 13079).

Ma'asyiral Muslimin Sidang Jum'ah Rahimakumullah

Demikian agungnya keutamaan dan urgensi hati seseorang di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan sumpah Rasulullah a diucapkan dengan ungkapan,


áóÇ¡ æóãõÞóáøöÈó ÇáúÞõáõæúÈö.

"Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati."
Dan di antara doa beliau adalah,


íóÇ ãõÞóáøöÈó ÇáúÞõáõæúÈö¡ ËóÈøöÊú ÞóáúÈöíú Úóáóì Ïöíúäößó.

"Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu."

Hal yang demikian, karena pada dasarnya kadangkala hati seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu, sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala, rahmatNya, dan dari ketaatanNya. Dan sejauh-jauh hati dari Allah Subhanahu Wata’ala adalah hati yang kasar, di mana peringatan tidak lagi bermanfaat baginya, nasihat tidak dapat menjadikan dia lembut, perkataan tidak menjadikan-nya berilmu, sehingga seseorang yang memiliki hati yang demi-kian di dalam dadanya, maka hatinya tidak memberikan manfaat apa-apa baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun, kecuali kejahatan. Sebaliknya hati yang lembut, yang takut dan tunduk merendahkan diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu Wata’ala, serta selalu mendekatkan diri kepadaNya, mengharapkan rahmatNya dan menjaga ketaatanNya, maka pemiliknya akan mempunyai hati yang bersih, selalu menerima kebaikan.

Maka dari itulah, Allah Subhanahu Wata’ala menggarisbawahi bahwa kesela-matan di Hari Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


íóæúãó áÇóíóäÝóÚõ ãóÇáñ æóáÇóÈóäõæäó ÅöáÇøó ãóäú ÃóÊóì öÇááå ÈöÞóáúÈò Óóáöíã

"Di hari yang mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara` : 88 - 89).

Dengan demikian, marilah kita bersungguh-sungguh dalam menjaga hati dan senantiasa mengawasinya, di mana dan kapan saja waktunya, karena ia satu-satunya anggota tubuh kita yang paling besar bahayanya, paling mudah pengaruhnya, dan paling sulit mengurus dan memperbaikinya. Wallahul musta'an.


Çááåã ÃóÕúáöÍú ÔóÃúäó ÇáúãõÓúáöãöíúäó æóÇåúÏöåöãú ÕöÑóÇØóßó ÇáúãõÓúÊóÞöíúãó¡ Çááåã ÇÑúÒõÞúåõãú ÑöÒúÞðÇ ãõÈóÇÑóßðÇ ØóíøöÈðÇ. Çááåã ÃóÕúáöÍú áóäóÇ ÏöíúäóäóÇ ÇáøóÐöíú åõæó ÚöÕúãóÉõ ÃóãúÑöäóÇ æóÃóÕúáöÍú áóäóÇ ÏõäúíóÇäóÇ ÇáøóÊöíú ÝöíúåóÇ ãóÚóÇÔõäóÇ æóÃóÕúáöÍú áóäóÇ ÂÎöÑóÊóäóÇ ÇáøóÊöíú ÝöíúåóÇ ãóÚóÇÏõäóÇ æóÇÌúÚóáö ÇáúÍóíóÇÉó ÒöíóÇÏóÉð áóäóÇ Ýöí ßõáøö ÎóíúÑò æóÇÌúÚóáö ÇáúãóæúÊó ÑóÇÍóÉð áóäóÇ ãöäú ßõáøö ÔóÑøò.
ÝóÇÊøóÞõæÇ Çááå ÚöÈóÇÏó öÇááå ¡ æóÎõÐõæúÇ ÈöÇáúÃóÓúÈóÇÈö ÇáøóÊöíú ÊóÍúíóì ÈöåóÇ ÇáúÞõáõæúÈõ ÞóÈúáó Ãóäú ÊóÞúÓõæó æóÊóãõæúÊó¡ ÝóÅöäøó Ðáß ãóäóÇØõ ÓóÚóÇÏóÊößõãú Ãóæú ÔóÞóÇÆößõãú. ÃóÞõæúáõ Þóæúáöíú åÐÇ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõ öÇááå áöíú æóáóßõãú æóáöÌóãöíúÚö ÇáúãõÓúáöãöíúäó ãöäú ßõáøö ÐóäúÈò ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ Åöäøóåõ åõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ.



KHUTBAH KEDUA :


ÇóáúÍóãúÏõ ááå ÇáøóÐöíú ÃóÑúÓóáó ÑóÓõæúáóåõ ÈöÇáúåõÏóì æóÏöíúäö ÇáúÍóÜÞøö áöíõÙúåöÑóåõ Úóáóì ÇáÏøöíúäö ßõáøöåö æóáóæú ßóÑöåó ÇáúãõÔúÑößõæúäó¡ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åáå ÅáÇ öÇááå æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ¡
ÞóÇáó Çááå ÊóÚóÇáóì: íóÇÃóíøõåÇó ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ Çááå ÍóÞøó ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæÊõäøó ÅöáÇøó æóÃóäÊõã ãøõÓúáöãõæäó
Çááåã Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÃóÕúÍóÇÈöåö ÃóÌúãóÚöíúäó. ÃóãøóÇ ÈóÚúÏõ:



Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Miqdad bin al-Aswad, ia menceritakan, Rasulullah a bersabda :


áóÞóáúÈõ ÇÈúäö ÂÏóãó ÃóÔóÏøõ ÇäúÞöáóÇÈðÇ ãöäó ÇáúÞöÏúÑö ÅöÐóÇ ÇÌúÊóãóÚóÊú ÛóáúíðÇ.

"Sungguh, hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah) berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih." (HR. Ahmad, no. 24317).

Kemudian al-Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan beru-bahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati.

Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah terpeleset dan menyimpang dari kebenaran dan cahaya dari Allah Subhanahu Wata’ala, bahkan sampai tertutup dan terkunci karena hawa nafsu yang membelit-nya serta segala hal yang dapat merusak dan membinasakannya, maka perlu adanya usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan kontinyu, sekaligus resep (obat) sebagai usaha prefentif agar bisa selamat dari segala bentuk penyakit-penyakit hati yang mematikan.

Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-ayat al-Qur`an dan mendengarkannya, karena al-Qur`an merupa-kan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang. Di dalam-nya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di da-lamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


Åöäøó Ýöí Ðóáößó áóÐößúÑóì áöãóä ßóÇäó áóåõ ÞóáúÈñ Ãóæú ÃóáúÞóì ÇáÓøóãúÚó æóåõæó ÔóåöíÏñ

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peri-ngatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggu-nakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (Qaf : 37).

öÇááå äóÒøóáó ÃóÍúÓóäó ÇáúÍóÏöíËö ßöÊóÇÈðÇ ãøõÊóÔóÇÈöåðÇ ãøóËóÇäöíó ÊóÞúÔóÚöÑøõ ãöäúåõ ÌõáõæÏõ ÇáøóÐöíäó íóÎúÔóæúäó ÑóÈøóåõãú Ëõãøó Êóáöíäõ ÌõáõæÏõåõãú æóÞõáõæÈõåõãú Åöáóì ÐößúÑö öÇááå Ðóáößó åõÏóì öÇááå íóåúÏöí Èöåö ãóä íóÔóÂÁõ æóãóä íõÖúáöá öÇááå ÝóãóÇ áóåõ ãöäú åóÇÏò

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, gemetar karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pemberi petunjuk pun baginya." (Az-Zumar: 23).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur`an yang menunjuk-kan demikian. Ini menunjukkan bahwa al-Qur`an adalah sesuatu yang paling agung yang dapat melembutkan hati, bagi yang mem-baca, mendengarkan, dan merenungkannya, serta mengamalkan-nya dalam prilaku kehidupan sehari-hari.

Di antara usaha yang dapat menenangkan hati adalah dengan mengambil pelajaran terhadap kejadian dan peristiwa serta kehan-curan yang menimpa umat-umat terdahulu akibat kemaksiatan yang mereka lakukan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


ÝóßóÃóíøöä ãøöä ÞóÑúíóÉò ÃóåúáóßúäóÇåóÇ æóåöíó ÙóÇáöãóÉñ Ýóåöíó ÎóÇæöíóÉñ Úóáóì ÚõÑõæÔöåóÇ æóÈöÆúÑò ãøõÚóØøóáóÉò æóÞóÕúÑò ãøóÔöíÏò . ÃóÝóáóãú íóÓöíÑõæÇ Ýöí ÇúáÃóÑúÖö ÝóÊóßõæäó áóåõãú ÞõáõæÈñ íóÚúÞöáõæäó Èöåó Ãóæú ÁóÇÐóÇäñ íóÓúãóÚõæäó ÈöåóÇ ÝóÅöäøóåóÇ áÇóÊóÚúãóì ÇúáÃóÈúÕóÇÑõ æóáóßöä ÊóÚúãóì ÇáúÞõáõæÈõ ÇáøóÊöí Ýöí ÇáÕøõÏõæÑö

"Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zhalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka apa-kah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesung-guhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang berada di dalam dada." (Al-Hajj: 45 - 46).

Kemudian di antara yang dapat menenangkan hati adalah dengan banyak mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam situasi dan kondisi apa pun. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


ÅöäøóãóÇ ÇáúãõÄúãöäõæäó ÇáøóÐöíäó ÅöÐóÇ ÐõßöÑó Çááå æóÌöáóÊú ÞõáõæÈõåõãú æóÅöÐóÇ ÊõáöíóÊú Úóáóíúåöãú ÁóÇíóÇÊõåõ ÒóÇÏóÊúåõãú ÅöíãóÇäðÇ æóÚóáóì ÑóÈøöåöãú íóÊóæóßøóáõæäó

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka, dan apa-bila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, maka bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Rabb merekalah mereka ber-tawakal." (Al-Anfal: 2).

ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ æóÊóØúãóÆöäøõ ÞõáõæÈõåõã ÈöÐößúÑö Çááå ÃóáÇóÈöÐößúÑ öÇááå ÊóØúãóÆöäøõ ÇáúÞõáõæÈõ

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi ten-teram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-Rad: 28).

Dan termasuk penjagaan hati adalah menerima secara total setiap perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan mengamalkannya serta menjauhi setiap laranganNya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


æóÅöÐóÇ ãóÂÃõäÒöáóÊú ÓõæÑóÉñ Ýóãöäúåõã ãøóä íóÞõæáõ Ãóíøõßõãú ÒóÇÏóÊúåõ åÐå ÅöíãóÇäðÇ ÝóÃóãøóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÝóÒóÇÏóÊúåõãú ÅöíãóÇäðÇ æóåõãú íóÓúÊóÈúÔöÑõæäó . æóÃóãøóÇ ÇáøóÐöíäó Ýöí ÞõáõæÈöåöã ãøóÑóÖñ ÝóÒóÇÏóÊúåõãú ÑöÌúÓðÇ Åöáóì ÑöÌúÓöåöãú æóãóÇÊõæÇ æóåõãú ßóÇÝöÑõæäó

"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapa di antara kamu yang ber-tambah imannya dengan (turunnya) surat ini?' Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping keka-firannya (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir." (At-Taubah: 124 - 125).
Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


æóÅöÐóÇ ãóÂÃõäÒöáóÊú ÓõæÑóÉñ äøóÙóÑó ÈóÚúÖõåõãú Åöáóì ÈóÚúÖò åóáú íóÑóÇßõã ãøöäú ÃóÍóÏò Ëõãøó ÇäúÕóÑóÝõæÇ ÕóÑóÝó Çááå ÞõáõæÈóåõã ÈöÃóäøóåõãú Þóæúãñ áÇóíóÝúÞóåõæäó

"Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada sebagian yang lain (sambil berkata), 'Adakah seorang dari (orang-orang Muslimin) yang melihat kamu?' Sesudah itu pun me-reka pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti." (At-Taubah: 127).

Dan di antara amalan yang dapat menjaga hati seseorang dan membuatnya lembut adalah turut merenungkan keadaan orang-orang sakit, orang fakir miskin, serta orang-orang yang telah tertimpa musibah dan cobaan. Karena dengan mengunjungi orang sakit dan melihat kondisi dan penderitaan mereka akibat penyakit yang di-deritanya, maka kita bisa menilai nikmat, begitu juga manakala kita melihat keadaan orang-orang fakir miskin dan anak yatim, dan merenungkan apa yang menjadi kebutuhan mereka, tentu kita akan merasakan dan mengetahui nilai nikmat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah dianugerahkan kepada kita sehingga dapat menenangkan hati kita. Namun manakala kita mengabaikan hal-hal yang demikian, maka yang demikian dapat membuat hati-hati kita mengeras.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :


æóÇÕúÈöÑú äóÝúÓóßó ãóÚó ÇáøóÐöíäó íóÏúÚõæäó ÑóÈøóåõãú ÈöÇáúÛóÏóÇÉö æóÇáúÚóÔöíøö íõÑöíÏõæäó æóÌúåóåõ æóáÇóÊóÚúÏõ ÚóíúäóÇßó Úóäúåõãú ÊõÑöíÏõ ÒöíäóÉó ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóáÇóÊõØöÚú ãóäú ÃóÛúÝóáúäóÇ ÞóáúÈóåõ Úóäú ÐößúÑöäóÇ æóÇÊøóÈóÚó åóæóÇåõ æóßóÇäó ÃóãúÑõåõ ÝõÑõØðÇ

"Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap WajahNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengha-rapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengi-kuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan keadaannya itu melewati batas." (Al-Kahfi: 28).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Di samping kita memperhatikan dan menghiasi hati-hati kita dengan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai bentuk penjagaan kita juga harus senantiasa menghindari hal-hal yang dapat mengotori, merusak, menodai, dan mencemarkan hati-hati kita. Di antaranya, tidak sibuk dan mudah terpedaya dengan kenikmatan dunia yang melalaikan, terbiasa dan membiarkan mata memandang hal-hal yang diharamkan; baik melalui televisi ataupun video, dari segala bentuk siaran sinetron, ataupun gambar-gambar yang terdapat dalam surat kabar ataupun majalah, mendengarkan musik dan menikmati nyanyian seorang penyanyi, ataupun menyibukkan diri dengan olah raga tertentu, baik mengikuti perkembangannya, melihatnya secara berlebihan sampai banyak menyita sebagian besar waktu yang ada.

Dan di antara yang dapat mengotori dan merusak hati adalah makan makanan yang haram, dan berteman dengan pelaku dosa dan maksiat.

Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya kebajikan itu menyebab-kan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan pada jasmani, melapangkan rizki dan menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama. Sedangkan keburukan (dosa) menyebabkan kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka, kelemahan pada jasmani, mengurangi rizki, dan menimbulkan rasa benci terhadap sesama." (Madarij as-Salikin, 1/424).

Semoga kita yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk golongan yang akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga hati-hati kita senantiasa selamat dan bersih dari segala sesuatu yang dapat menodai dan merusaknya.Amin ya rabbal 'alamin.


Åöäøó Çááå æóãóáÇóÆößóÊóåõ íõÕóáøõæäó Úóáóì ÇáäøóÈöíøö íóÂÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ ÕóáøõæÇ Úóáóíúåö æóÓóáøöãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ

Çááåã Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò¡ æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò¡ ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ. Çááåã ÈóÇÑößú Úóáóì ãõÍóãøóÏò¡ æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò¡ ßóãóÇ ÈóÇÑóßúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ.
Çááåã ÇÛúÜÝöÜÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö¡ ÑóÈøóäóÇ ÙóáóãúäóÇ ÃóäúÝõÓóäóÇ æóÅöäú áóãú ÊóÛúÜÝöÜÑú áóäóÇ æóÊóÑúÍóãúäóÇ áóäóßõæäóäóø ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíúäó¡ ÑóÈøóäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáúÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö. Çááåã ÅöäøóÇ äóÓúÃóáõßó ÇáúåõÏóì æóÇáÊøõÞóì æóÇáúÚóÝóÇÝó æóÇáúÛöäóì. Çááåã ÅöäøóÇ äóÚõæúÐõ Èößó ãöäú ÒóæóÇáö äöÚúãóÊößó æóÊóÍóæøõáö ÚóÇÝöíóÊößó æóÝõÌóÇÁóÉö äöÞúãóÊößó æóÌóãöíúÚö ÓóÎóØößó. æóÂÎöÑõ ÏóÚúæóÇäóÇ Ãóäö ÇáúÍóãúÏõ ááå ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíúäó. æóÕóáì Çááå Úóáóì äóÈöíøöäóÇ ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÕóÍúÈöåö æóÓóáøóãó.



( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Abu Salim Wandy Hazar)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=190