Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

Sebab-Sebab Ujub

  • Faktor Lingkungan dan Keturunan

    Yaitu keluarga dan lingkungan tempat seseorang itu tumbuh. Seorang insan biasanya tumbuh sesuai dengan polesan tangan kedua orang tuanya. Ia akan menyerap kebiasaan-kebiasaan keduanya atau salah satunya yang positif maupun negatif, seperti sikap senang dipuji, selalu menganggap diri suci dll.

  • Sanjungan dan Pujian yang Berlebihan

    Sanjungan berlebihan tanpa memperhatikan etika agama dapat diidentikkan dengan penyembelihan, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits. Sering kita temui sebagian orang yang terlalu berlebihan dalam memuji hingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri. Masalah ini akan kami bahas lebih lanjut pada bab berikut.

  • Bergaul Dengan Orang yang Terkena Penyakit Ujub

    Tidak syak lagi bahwa setiap orang akan melatahi tingkah laku temannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sendiri bersabda:
    “Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang jahat adalah seperti orang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
    Teman akan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang.

  • Kufur Nikmat dan Lupa Kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala

    Begitu banyak nikmat yang diterima seorang hamba, tetapi ia lupa kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala yang telah memberinya nikmat itu. Sehingga hal itu menggiringnya kepada penyakit ujub, ia membanggakan dirinya yang sebenarnya tidak pantas untuk dibanggakan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menceritakan kepada kita kisah Qarun;
    ÞóÇáó ÅöäøóãóÇ ÃõæÊöíÊõåõ Úóáóì Úöáúãò ÚöäúÏöí [ÇáÞÕÕ/78]
    “Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al-Qashash: 78)

  • Menangani Suatu Pekerjaan Sebelum Matang Dalam Menguasainya dan Belum Terbina Dengan Sempurna

    Demi Allah, pada hari ini kita banyak mengeluhkan problematika ini, yang telah banyak menimbulkan berbagai pelanggaran. Sekarang ini banyak kita temui orang-orang yang berlagak pintar persis seperti kata pepatah ‘sudah dipetik sebelum matang’. Berapa banyak orang yang menjadi korban dalam hal ini! Dan itu termasuk perbuatan sia-sia. Yang lebih parah lagi adalah seorang yang mencuat sebagai seorang ulama padahal ia tidak memiliki ilmu sama sekali. Lalu ia berkomentar tentang banyak permasalahan, yang terkadang ia sendiri jahil tentang hal itu. Namun ironinya terkadang kita turut menyokong hal seperti ini. Yaitu dengan memperkenalkannya kepada khalayak umum. Padahal sekarang ini, masyarakat umum itu ibaratnya seperti orang yang menganggap emas seluruh yang berwarna kuning. Kadangkala mereka melihat seorang qari yang merdu bacaannya, atau seorang sastrawan yang lihai berpuisi atau yang lainnya, lalu secara membabi buta mereka mengambil segala sesuatu dari orang itu tanpa terkecuali meskipun orang itu mengelak seraya berkata: “Aku tidak tahu!”

    Perlu diketahui bahwa bermain-main dengan sebuah pemikiran lebih berbahaya daripada bermain-main dengan api. Misalnya beberapa orang yang bersepakat untuk memunculkan salah satu di antara mereka menjadi tokoh yang terpandang di tengah-tengah kaumnya, kemudian mengadakan acara penobatannya dan membuat-buat gelar yang tiada terpikul oleh siapa pun. Niscaya pada suatu hari akan tersingkap kebobrokannya. Mengapa!? Sebab perbuatan seperti itu berarti bermain-main dengan pemikiran. Sepintas lalu apa yang mereka ucapkan mungkin benar, namun lambat laun masyarakat akan tahu bahwa mereka telah tertipu!

  • Jahil dan Mengabaikan Hakikat Diri (Lupa Daratan)

    Sekiranya seorang insan benar-benar merenungi dirinya, asal-muasal penciptaannya sampai tumbuh menjadi manusia sempurna, niscaya ia tidak akan terkena penyakit ujub. Ia pasti meminta kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala agar dihindarkan dari penyakit ujub sejauh-jauhnya. Salah seorang penyair bertutur dalam sebuah syair yang ditujukan kepada orang-orang yang terbelenggu penyakit ujub:

    Hai orang yang pongah dalam keangkuhannya.
    Lihatlah tempat buang airmu, sebab kotoran itu selalu hina.
    Sekiranya manusia merenungkan apa yang ada dalam perut mereka,
    niscaya tidak ada satupun orang yang akan menyombongkan dirinya, baik pemuda maupun orang tua.
    Apakah ada anggota tubuh yang lebih dimuliakan selain kepala?
    Namun demikian, lima macam kotoranlah yang keluar darinya!
    Hidung beringus sementara telinga baunya tengik.
    Tahi mata berselemak sementara dari mulut mengalir air liur.
    Hai bani Adam yang berasal dari tanah, dan bakal dilahap tanah,
    tahanlah dirimu (dari kesombongan), karena engkau bakal menjadi santapan kelak.
    Penyair ini mengingatkan kita pada asal muasal penciptaan manusia dan keadaan diri mereka serta kesudahan hidup mereka. Maka apakah yang mendorong mereka berlagak sombong? Pada awalnya ia berasal dari setetes mani hina, kemudian akan menjadi bangkai yang kotor sedangkan semasa hidupnya ke sana ke mari membawa kotoran.

  • Berbangga-bangga Dengan Nasab dan Keturunan

    Seorang insan terkadang memandang mulia dirinya karena darah biru yang mengalir di tubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama dari si Fulan dan Fulan. Ia tidak mau mendatangi si Fulan sekalipun berkepentingan. Dan tidak mau mendengarkan ucapan si Fulan. Tidak syak lagi, ini merupakan penyebab utama datangnya penyakit ujub.

    Dalam sebuah kisah pada zaman kekhalifahan Umar Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa ketika Jabalah bin Al-Aiham memeluk Islam, ia mengunjungi Baitullah Al-Haram. Sewaktu tengah melakukan thawaf, tanpa sengaja seorang Arab badui menginjak kainnya. Tatkala mengetahui seorang Arab badui telah menginjak kainnya, Jabalah langsung melayangkan tangannya memukul si Arab badui tadi hingga terluka hidungnya. Si Arab badui itu pun melapor kepada Umar Radhiallaahu anhu mengadukan tindakan Jabalah tadi. Umar Radhiallaahu anhu pun memanggil Jabalah lalu berkata kepadanya: “Engkau harus diqishash wahai Jabalah!” Jabalah membalas: “Apakah engkau menjatuhkan hukum qishash atasku? Aku ini seorang bangsawan sedangkan ia (Arab badui) orang pasaran!” Umar Radhiallaahu anhu menjawab: “Islam telah menyamaratakan antara kalian berdua di hadapan hukum!”

    Tidakkah engkau ketahui bahwa:
    Islam telah meninggikan derajat Salman seorang pemuda Parsi
    Dan menghinakan kedudukan Abu Lahab karena syirik yang dilakukannya.
    Ketika Jabalah tidak mendapatkan dalih untuk melepaskan diri dari hukuman, ia pun berkata: “Berikan aku waktu untuk berpikir!” Ternyata Jabalah melarikan diri pada malam hari. Diriwayatkan bahwa Jabalah ini akhirnya murtad dari agama Islam, lalu ia menyesali perbuatannya itu. Wal ‘iyadzubillah

  • Berlebih-lebihan Dalam Memuliakan dan Menghormati

    Barangkali inilah hikmahnya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam melarang sahabat-sahabat beliau untuk berdiri menyambut beliau. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

    “Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, beliau katakan: hadits ini hasan)
    Dalam hadits lain Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

    “Janganlah kamu berdiri menyambut seseorang seperti yang dilakukan orang Ajam (non Arab) sesama mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Umamah Radhiallaahu anhu )

  • Lengah Terhadap Akibat yang Timbul dari Penyakit Ujub

    Sekiranya seorang insan menyadari bahwa ia hanya menuai dosa dari penyakit ujub yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun ia tidak akan kuasa bersikap ujub. Apalagi jika ia merenungi sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :

    “Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu anhu , awal hadits berbunyi: “Tidak akan masuk Surga orang yang terdapat sebesar biji zarrah kesombongan dalam hatinya).
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001