Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

DALIL KEENAM: PEMBAHASAN DAN BANTAHANNYA

Maliki menyebutkan dalil keenam, dengan berkata,
“Perayaan Maulid memotivasi orang bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti diperintahkan firman Allah, ‘Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya.’ (Al-Ahzab: 56). Apa saja yang bisa merealisir perintah syar’i maka itu perintah syar’i. Shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangkan banyak sekali manfaat dan bantuan Muhammadiyah, hingga tidak dapat ditulis pena.”

Kita punya beberapa catatan untuk Maliki, terkait dengan dalilnya di atas.

Catatan Pertama:

Maliki berargumen perayaan Maulid memotivasi orang untuk bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hai Maliki dan para pengikutnya, betapa buruknya Anda! Betapa jauhnya Anda dari Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Kendati Anda mengklaim amat cinta beliau dan gembira dengan sirah beliau. Bukan karena mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan jujur. Tapi, guna mempropagandakan bid’ah dan mencari popularitas pada manusia. Apakah Anda rela hanya bershalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada satu malam saja? Bukankah ini kesesatan, berpaling dari Sunnah, dan lalai tidak ingat kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Apakah Anda ridha tidak tergerak untuk bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kecuali setelah tiga ratus lima puluh empat malam?

Bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wajib dilakukan saat shalat setiap hari dan saat ingat beliau. Betapa banyak moment-moment untuk ingat beliau!

Setiap orang seharusnya mendekat kepada Allah dengan shalawat dan salam setiap kali ingin mendekat kepada Allah. Seorang hamba perlu berbuat seperti itu dan di setiap situasi. Karena, Allah Ta’ala menyuruh kita bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setiap waktu. Ini seperti dinyatakan ayat berikut ini, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ÇóáúÈóÎöíúáõ ãóäú ÐõßöÑúÊõ ÚöäúÏóåõ Ýóáóãú íõÕóáöø Úóáóíóø.


“Orang pelit ialah orang yang namaku disebutkan di sampingnya, namun ia tidak bershalawat untukku.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

ãóäú Õóáóøì Úóáóíóø æóÇÍöÏóÉð Õóáóøì Çááåõ Úóáóíúåö ÈöåóÇ ÚóÔúÑðÇ.


“Barangsiapa bershalawat untukku sekali saja, Allah bershalawat untuknya sepuluh kali.”

Pada hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan barangsiapa nama beliau disebutkan di sisinya, namun ia tidak bershalawat untuk beliau, ia orang pelit. Shalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semestinya kita lakukan setiap saat, di setiap moment, ketika shalat, sesudah adzan, dan saat-saat lain. Bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditekankan dilakukan pada siang dan malam Jum’at, khutbah Jum’at, dan permulaan setiap doa. Sedang menyelenggarakan acara untuk bershalawat dan salam pada suatu malam, setelah tiga ratus lima puluh empat malam, yaitu malam perayaan Maulid, maka tidak sesuai dengan klaim cinta, menghormati, dan mengerjakan perintah Allah Ta’ala untuk bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Catatan Kedua:

Maliki mengatakan apa saja yang bisa merealisir perintah syar’i maka itu perintah syar’i. Saya katakan perayaan Maulid tidak memotivasi orang untuk bershalawat dan kirim salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Justru, malah menyakiti beliau dengan bersikap berlebihan terhadap kepribadian beliau, menyanjung beliau di luar batas kewajaran, hingga mendudukkan beliau di posisi Tuhan, yang punya kekuasaan tidak terbatas, kemampuan digdaya untuk memberi manfaat atau madharat, tidak memberi atau memberi. Allah Mahatinggi daripada apa yang dikatakan orang-orang zhalim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serius menjaga kemurnian tauhid, mengarahkan umat, dan melarang mereka bersikap berlebihan. Beliau bersabda,

áÇó ÊõØúÑõæúäöíú ßóãóÇ ÃóØúÑóÊö ÇáäóøÕóÇÑóì ÇÈúäó ãóÑúíóãó ÅöäóøãóÇ ÃóäóÇ ÚóÈúÏñ ÝóÞõæúáõæúÇ ÚóÈúÏõ Çááåö æóÑóÓõæúáõåõ.


“Janganlah kalian memujiku secara berlebihan, seperti halnya orang-orang Nasrani yang memuji Isa bin Maryam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba. Karena itu, katakan (tentang aku), ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Apakah perayaan Maulid yang membuahkan keyakinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam punya kunci-kunci langit dan bumi, otoritas membagi lahan di surga, dermawan dan di antara pemberian beliau ialah dunia dan seisinya, mengetahui Lauh Mahfudh dan pena, kuburan beliau lebih baik dari Ka’bah, malam kelahiran beliau lebih baik dari Lailatul Qadar, Adam dan seluruh makhluk diciptakan karena beliau, beliau cahaya yang tidak punya bayangan di bawah sinar matahari dan bulan, tetap hidup di kuburan, mengumandangkan adzan, berpuasa, haji, dan hal-hal lain seperti dikatakan Maliki di bukunya itu tidak lain perayaan Maulid yang diserukan Maliki dan menumbuhkan keyakinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam punya semua sifat di atas, padahal sifat-sifat tersebut punya Allah semata? Hai Maliki, saya sarankan Anda bertakwa kepada Allah. Ketahuilah, kelak Anda berdiri di depan Allah dan Dia akan menghisab Anda dengan hisab sulit. Ingatlah firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa menyekutukan Allah, maka sungguh ia berbuat dosa besar.” (An-Nisa’: 48).

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang yang menyekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka.” (Al-Maidah: 72).

Hai Maliki, Anda menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rival Allah dan mensejajarkan beliau dengan-Nya dalam hal-hal yang merupakan hak prerogatif Allah. Hanya Allah yang punya kunci-kunci langit dan bumi. Dialah pihak yang punya otoritas tidak memberi dan hak memberi. Dialah yang memberi manfaat dan madharat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada orang yang paling dekat dengan beliau, Fathimah, “Mintalah harta semaumu. Tapi, ingat aku tidak bisa membelamu sedikit pun di sisi Allah.” Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ingin sekali paman beliau mendapat petunjuk, tapi ditetapkan Allah sebagai orang celaka, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Al-Qashash: 56).

Catatan Ketiga:

Maliki mengatakan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangkan banyak sekali manfaat, hingga tidak dapat ditulis pena.

Memang, manfaat shalawat banyak sekali. Sebagai contoh manfaatnya, shalawat itu bukti merespon firman Allah Ta’ala yang menyuruh kita bershalawat, karena meneladani Allah dan para malaikat-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56).

Sedang bantuan Muhammadiyah, kita tidak tahu apa yang dimaksud Maliki dengan kalimat tersebut. Barangkali, itu hasil keyakinannya bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam punya kunci-kunci langit dan bumi, hak membagi lahan di surga, di antara bukti kedermawanan beliau ialah dunia dan seisinya, mengetahui segala hal termasuk Lauh Mahfudh dan pena, semua makhluk diciptakan karena beliau, dan perkataan lain yang berlebihan. Apakah dengan shalawat-shalawatnya itu, Maliki menginginkan bantuan Muhammad, bukannya bantuan Allah? Kita tidak bisa mempresentasikan syirik kepada Allah melainkan pola pikir Al-Maliki dan anak buahnya adalah gambaran yang paling keji. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah. Perkataan Maliki, “Bantuan Muhammad,” mengingatkan kita pada orang-orang sufi dan tarikat. Jika salah seorang dari mereka mengalami kesulitan atau mendapat musibah, ia berkata secara berulang-ulang, “Hai Muhammad, bantulah aku. Hai Rifai, bantulah aku. Hai Badawi, bantulah aku.” Kita amat prihatin melihat kondisi Maliki seperti ini. Padahal, ia pemuda yang menimba ilmu syar’i dari sekolah-sekolah negeri di semua levelnya hingga tahu betul akidah salaf. Salah seorang kawannya menyebutkan, Maliki bersemangat dan terkesan dengan akidah salaf. Ia hidup pada jaman ilmu pengetahuan dan kemajuan yang memungkinkan menyingkap semua kebobrokan dan ketidak-beresan orang-orang sufi. Banyak sekali hal-hal tidak beres di otak mereka. Kita sekali lagi amat prihatin, kenapa Maliki bisa menjadi tokoh sufi, propagandis bid’ah, khurafat, syirik, dan lebih tertarik dengan dunia daripada akhirat. Ia menipu orang-orang awam agar menjadi budak-budak yang mencium tangannya dan memberi penghormatan dengan menundukkan kepala di depannya. Ia mengajak manusia untuk menyembahnya. Kelak, ia akan berdiri di depan Allah. Jika tidak segera bertaubat, ia bersama orang-orang yang dimurkai Allah, yaitu orang-orang yang diberi ilmu, tapi tidak mengamalkannya.

Catatan Keempat:

Maliki mengatakan pena tidak mampu menulis lagi pengaruh dan fenomena cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini juga perkataan berlebihan. Cahaya apa yang tidak sanggup ditulis pena?

Pena tidak sanggup menulis kalimat-kalimat Allah, menghitung nikmat-nikmat-Nya, dan mengkalkulasi bentuk-bentuk ibadah kepada Allah Yang Mahahidup, Maha Menahan pemberian, Maha Pemberi, Pemberi manfaat dan madharat, Mahakuasa atas segala sesuatu, Raja pada hari kiamat, Mahaperkasa, Mahatinggi, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Sedang shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kendati manfaat dan pahalanya sangat banyak, namun besarnya secara kongkrit hanya diketahui Allah yang mencatat seluruh hal, baik kecil atau besar. Cukuplah sebagai bukti manfaatnya bahwa shalawat merupakan respon nyata atas perintah Allah.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001