Artikel : Kajian Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - ,

Pendidikan Anak Dalam Islam
oleh :

KELIMA: BERIMAN KEPADA HARI KEMUDIAN

Al-Yaum Al-Akhir (hari Kemudian) ialah hari kiamat, dimana pada hari itu Allah membangkitkan (menghidupkan) manusia kembali untuk dihisab dan diberikan balasan. Dinamakan hari Kemudian karena tidak ada hari sesudah itu, dimana ahli surga menetap di dalam istana-istananya di surga dan ahli neraka menetap di dalam penjara-penjara api neraka.

Makna beriman kepada hari Kemudian adalah beriman dan membenarkan dengan keyakinan yang pasti akan kedatangannya dan beramal shalih untuk menghadapinya.

Beriman kepada hari Akhir meliputi tiga perkara:

  • Beriman dan mempercayai adanya kebangkitan, yaitu dihidupkannya kembali orang-orang yang telah mati, ketika sangkakala (terompet raksasa) ditiup oleh malaikat yang bertugas untuk itu, lalu manusia bangkit hidup kembali untuk menghadap Allah Rabbul ‘alamin dalam keadaan kaki dan badan telanjang serta tidak disunat (utuh seperti masih bayi. pent).

    Kebangkitan ini adalah tuntutan hikmah, dimana Allah subhanahu wata'aala telah menjadikan tempat tinggal abadi bagi makhluk, dimana di sana Dia memberikan balasan terhadap tugas dan kewajiban yang dipikulkan kepada mereka yang Dia sampaikan melalui para utusan-Nya.

  • Beriman akan adanya pembalasan dan hisab (perhitungan amal). Pada hari itu, Allah mengadakan perhitungan kepada setiap amal hamba-Nya untuk diberikan balasan yang setimpal dengannya. Maka bila ia datang menghadap Allah dengan suatu kebajikan maka ia akan mendapat balasan 10 kali lipat dari amal kebajikan tersebut dan jika ia datang dengan membawa suatu keburukan, maka ia tidak dibalas kecuali sama dengan besarnya keburukan itu dan mereka sama sekali tidak dizhalimi.

    Pemberian balasan dan perhitungan amal adalah tuntutan hikmah, karena Allah subhanahu wata'aala telah menurunkan kitab-kitab suci-Nya, mengutus para utusan-Nya dan telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya agar menerima dan mengamalkan apa yang diajarkan dan disampaikan oleh para utusan itu kepada mereka.

    Jika tidak ada perhitungan amal (hisab) dan pemberian balasan di akhirat, maka semua itu adalah hal sia-sia yang Allah Maha Suci darinya.

    Kemudian, sesungguhnya hamba-hamba itu ada yang berbakti dan ada yang durhaka, ada yang beriman dan ada yang kafir, maka apakah layak dengan hikmah Allah jika semua mereka diperlakukan sama?!

    Jawab: Tidak! Allah berfirman:
    “Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir); Mengapa kamu berbuat demikian. Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (Q.S. 68: 35-36)

  • Beriman dan meyakini adanya surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat terakhir yang abadi bagi manusia. Surga adalah negeri kenikmatan yang dipersiapkan oleh Allah untuk orang-orang beriman yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada apa yang diwajibkan oleh Allah untuk diimani dan melaksanakan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya dengan ikhlas semata karena Allah dan mencontoh rasul-Nya.

    Di dalam surga terdapat berbagai macam kenikmatan yang belum pernah terlihat oleh mata atau terdengar oleh telinga atau terlintas di hati manusia.

    Manusia di dalam surga berbeda-beda tingkatannya, masing-masing sesuai dengan amal shalih yang telah mereka lakukan.

    Adapun tentang neraka, adalah negeri azab yang telah dipersiapkan oleh Allah untuk orang-orang kafir lagi zhalim yang kafir kepada-Nya dan durhaka terhadap para rasul-Nya.

    Di dalam neraka terdapat berbagai macam bentuk azab dan siksaan yang tidak ada bandingannya.

    Api neraka juga bertingkat-tingkat dan penghuninya pun berbeda-beda masing-masing menurut amal keburukan mereka.

  • Termasuk bagian beriman kepada hari kemudian (kiamat) adalah beriman kepada tanda-tanda kiamat dan kejadian hari kiamat yang menakutkan.

  • Termasuk juga beriman kepada segala sesuatu yang terjadi sesudah kematian seperti:

    • Fitnah kubur, yaitu pertanyaan malaikat sesudah seseorang dikuburkan, dimana pada saat itu ruh dikembalikan kepada jasadnya lalu ditanya tentang siapa Rabb, apa agama dan siapa nabinya. Maka Allah memberikan keteguhan jawaban kepada orang-orang yang beriman berupa jawaban yang tetap. Maka ia akan menjawab: Rabb-ku adalah Allah, agamaku adalah Islam, dan nabiku adalah Muhammad.

      Dan di sana Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Maka orang yang kafir akan menjawab: Aduh, aduh... aku tidak tahu.

      Dan orang munafiq atau orang yang ragu akan menjawab: Aku tidak tahu, aku mendengar orang lain mengatakan begini dan begitu lalu aku mengatakannya pula.

    • Azab dan kenikmatan kubur. Azab kubur adalah untuk orang-orang zhalim dari orang-orang munafiq dan kafir; dimana panas api neraka Jahannam dan siksaannya yang menyakiti mereka dan mempersempit kuburnya datang kepada mereka.

      Sedangkan kenikmatan kubur adalah bagi orang-orang mu’min sejati, dimana salah satu pintu surga dibukakan untuk mereka, kubur mereka dijadikan lapang dan kenikmatan surga yang menyenangkan mereka selalu datang kepada mereka.


Buah iman kepada hari Kemudian:
  • Suka dan kecenderungan untuk melakukan ketaatan dan sungguh-sungguh melakukannya, dengan harapan mendapat balasannya pada hari Akhir kelak.

  • Menjauhi dan takut melakukan perbuatan maksiat serta tidak rela dengannya karena takut akan hukuman pada hari Akhir tersebut.

  • Beriman kepada hari akhir memberikan hiburan kepada orang beriman lantaran apa yang terlewat baginya di dunia disebabkan harapannya untuk meraih kenikmatan dan pahala di akhirat.

  • Iman kepada hari Kiamat menumbuhkan kesabaran dalam menghadapi berbagai musibah dan penyakit, dan mendapat pahala karenanya.

Pengingkaran Terhadap Kebangkitan Sesudah Kematian dan Sanggahannya

Orang-orang kafir mengingkari adanya kebangkitan sesudah kematian dengan anggapan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Anggapan dan dugaan tersebut batil dari berbagai sudut pandang, di antaranya:

  • Dalil syar’i, Allah subhanahu wata'aala berfirman:
    “Orang-orang kafir beranggapan bahwa sesungguhnya mereka tidak akan dibangkitkan kembali; Katakanlah: Sekali-kali tidak demikian, Demi Rabb-ku, kamu benar-benar akan dibangkitkan kemudian kamu akan diberitakan tentang apa yang telah kamu lakukan, dan hal itu mudah bagi Allah”. (At-Taghabun 64: 7)

  • Sesungguhnya Allah lah yang memulai penciptaan, dan yang memulainya tidaklah susah untuk mengulanginya.

  • Dalil indrawi: Sesungguhnya Allah subhanahu wata'aala telah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya penghidupan kembali orang yang telah mati di dunia ini. Di antaranya ketika kaum Nabi Musa berkata:
    “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah”.
    Lalu Allah mematikan mereka, kemudian menghidupkannya kembali.

    Di dalam kisah tentang orang yang terbunuh yang dijadikan perselisihan oleh Bani Israil tentang siapa pembunuhnya pada zaman Nabi Musa ’alaihis salam, Allah memerintah mereka menyembelih seekor sapi betina, lalu memukul mayat tersebut dengan salah satu anggota tubuh sapi betina itu agar si mati itu berbicara untuk memberitakan siapa yang membunuhnya. Ketika mereka melakukan perintah tersebut Allah menghidupkan kembali mayat itu dan ia pun memberi tahu siapa pembunuhnya, lalu orang itu mati kembali. Dan demikian pula kisah tentang orang-orang yang keluar meninggalkan kampung halamannya, dan jumlah mereka banyak beribu-ribu karena takut mati, lalu Allah berkata kepada mereka “Matilah kalian”, lalu mereka pun mati, kemudian Allah menghidupkan mereka kembali.

    Dan demikian pula halnya dengan mu’jizat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'aala kepada Nabi Isa ’alaihis salam berupa kemampuan untuk menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dengan izin-Nya. Dali-dalil tentang hal tersebut sangat banyak sekali.

Pengingkaran Terhadap Azab Kubur dan Kenikmatannya

Ada sebagian orang yang mengingkari adanya azab kubur dan kenikmatannya dengan alasan bahwa sekiranya kubur orang yang telah mati itu dibuka, tentu akan ditemukan sebagaimana biasa, kuburnya tidak bertambah luas ataupun sempit. Anggapan dan dugaan di atas batil dari berbagai hal, di antaranya:

  • Dalil syar’i: Dalil-dalil Kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan adanya azab kubur dan kenikmatannya, dalil-dalil tersebut tidak boleh ditentang dengan menolak atau mendustakannya.

  • Dalil indrawi: Di antara dalil indrawi yang dapat memudahkan makna dan menunjukkan adanya azab kubur adalah bahwa sesungguhnya tidur itu adalah saudara kematian. Orang yang tidur melihat di dalam tidurnya bahwasanya ia sedang berada di suatu tempat yang luas dan merasa nikmat karenanya, atau melihat di dalam tidurnya bahwasanya ia sedang berada di suatu tempat yang menakutkan dan ia merasa takut dan sakit karenanya, dan bahkan terbangun karena mimpi yang ia lihat, padahal pada saat itu ia berada di atas kasur di dalam kamarnya sebagaimana biasa.

  • Kemudian, sesungguhnya keadaan alam barzakh di kubur itu tidak dapat diketahui oleh indra, sebab jika ia dapat diketahui dengan indra, maka hilanglah faidah iman kepada yang ghaib, dan tentu orang yang beriman kepada yang ghaib sama dengan orang yang mengingkari.

  • Kemudian juga, sesungguhnya kenikmatan kubur dan azabnya hanya dapat diketahui oleh orang yang mati saja, sebagaimana orang yang tidur bermimpi melihat dirinya berada di suatu tempat yang luas atau di suatu tempat yang menakutkan. Orang yang bermimpi itu bagi orang lain keadaannya tidak berubah, sementara orang yang bermimpi melihat apa yang ia lihat di dalam mimpinya padahal ia berada di atas kasur dan bertutup diri dengan selimut.

    Perlu diingat bahwa sesungguhnya kemampuan pengetahuan manusia itu terbatas dengan kemampuan yang telah Allah berikan, maka dari itu manusia tidak mungkin dapat mengetahui segala sesuatu. Kalaulah penglihatan dan pendengaran mereka mempunyai batas kemampuan, maka akal dan kemampuan pengetahuan mereka pun juga terbatas pula.

    Hal yang harus diketahui dalam masalah ini adalah bahwa sesungguhnya azab dan nikmat kubur itu tidak khusus bagi orang yang mati lalu di tanam di dalam kubur, tetapi juga meliputi setiap orang yang mati, apakah ia ditanam di dalam kubur atau di dalam tempat pengawet orang-orang mati, atau berada di dalam perut binatang buas, maupun mati di padang pasir dan tidak dikuburkan. Sesungguhnya ungkapan azab kubur itu diungkapkan karena telah menjadi kebiasaan bahwa orang mati itu dikuburkan.


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexkajian&id=1§ion=kj001