Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Sedari Dini Mengenali

Jumat, 28 Februari 20

NASH HADITS

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãõÑõæÇ ÃóæúáóÇÏóßõãú ÈöÇáÕøóáóÇÉö æóåõãú ÃóÈúäóÇÁõ ÓóÈúÚö Óöäöíäó æóÇÖúÑöÈõæåõãú ÚóáóíúåóÇ æóåõãú ÃóÈúäóÇÁõ ÚóÔúÑò æóÝóÑøöÞõæÇ Èóíúäóåõãú Ýöí ÇáúãóÖóÇÌöÚö


“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat, saat mereka (telah genap) tujuh tahun, dan pukullah mereka jika (meninggalkan) shalat, saat mereka (telah genap) sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud no. 495).(1)

FAIDAH DARI HADITS

Abu Hamid al-Ghazaliy rahimahullah mengatakan, “Sebuah perintah (untuk pihak kedua) yang berisi perintah dengan sesuatu (untuk pihak ketiga), tidaklah menjadi sebuah perintah bagi (pihak ketiga) tadi, selagi tidak ada dalil yang membawanya ke makna perintah (wajib)...”

Beliau juga mengatakan, “Oleh sebab inilah diketahui bahwa makna perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat saat usia tujuh tahun..’ bukanlah sebuah khitab (perintah) dari syariat kepada anak-anak, bukan pula sebagai kewajiban bagi mereka, padahal perintah tadi wajib hukumnya bagi orang tua (wali si anak).”(2)

Memang dari kacamata anak yang belum mencapai baligh, shalat bukanlah perkara yang wajib bagi mereka, namun bukan berarti mereka dibiarkan begitu saja tidak diperintahkan shalat. Justru mereka harus dibiasakan untuk melaksanakanshalat, karena kebaikan-kebaikan itu melekat menjadi karakter disebabkan oleh kebiasaan.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jaga anak-anak kalian untuk tetap melaksanakan shalat, kemudian biasakan mereka untuk melakukan kebaikan, karena perbuatan baik itu muncul dengan pembiasaan.”(3)

Banyak sekali faidah yang dapat kita petik dari hadits di atas, namun faidah utama yang akan kita soroti ialah, berkenaan dengan pembiasaan ibadah, dan pendidikan seksual bagi anak.

PEMBIASAAN IBADAH

Islam sangat memperhatikan kualitas regenerasi umat. Oleh karenanya kita dapati di dalam syariat banyak sekali perintah, taujih (arahan), wasiat, dan nasihat yang secara khusus ditujukan kepada pemuda dan anak-anak. Karena tegaknya rumah karena sendi, sendi keropos rumah binasa. Sendi bangsa pemuda berbudi, rusak pemuda runtuhlah bangsa.(4)

Di antaranya Islam sangat memperhatikan para pemuda dan anak-anak di dalam ibadah. Dan para salaf sangat memahami esensi dari perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, oleh sebab itulah mereka sangat antusias membiasakan anak-anaknya dengan ibadah.

a. Membiasakan shalat
Perintah membiasakan anak-anak kita untuk shalat telah diisyaratkan di dalam QS. Thaha: 132.


æóÃúãõÑú Ãóåúáóßó ÈöÇáÕøóáóÇÉö æóÇÕúØóÈöÑú ÚóáóíúåóÇ áóÇ äóÓúÃóáõßó ÑöÒúÞðÇ äóÍúäõ äóÑúÒõÞõßó æóÇáúÚóÇÞöÈóÉõ áöáÊøóÞúæóì


“Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat, dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya...”.

Ziyad berkata, “Zabid bin al-Harits seorang muadzin di masjid (kampungnya) pernah memanggil anak-anak, ‘Hai anak-anak, ayo kesini shalat, nanti aku beri kalian buah kelapa!’ Mereka pun shalat, dan setelah selesai mereka mengitari beliau, maka aku tanyakan ihwal ini kepada beliau.

Beliau menjawab, ‘Tidak masalah aku membelikan mereka buah kelapa yang hanya seharga lima dirham, jika dengannya mereka bisa terbiasa untuk mengerjakan shalat’.”(5)

b. Membiasakan puasa
Dari Khalid bin Dzakwan, dari ar-Rabi’ binti Mu’awidz bin ‘Afra ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa ‘Asyura, maka kami pun berpuasa, dan anak-anak kami turut melaksanakannya pula. Kami buatkan untuk mereka mainan (boneka) dari wol, dan kami ajak mereka ke masjid, jika mereka menangis (karena lapar) maka kami berikan mainan tadi kepadanya (agar mereka lupa).”(6)

c. Membiasakan membaca Al-Qur’an
Mendidik dan membiasakan anak-anak kita dengan Al-Qur’an sangat penting sekali, saking pentingnya salah seorang salaf mengatakan, “Umat ini akan senantiasa dalam kebaikan, selama anak-anak mereka mempelajari Al-Qur’an.”(7) Bahkan bencana yang boleh jadi menimpa manusia akan diangkat, karena anak-anak mereka belajar Al-Qur’an.(8)

d. Membiasakan kebaikan
Isma’il bin Ubaidillah berkata, “Abdul Malik bin Marwan memerintahkan kepadaku untuk menjauhkan gajih (lemak) dari makanan anak-anaknya, dan agar mereka tidak makan kecuali setelah mereka buang air besar, dan agar aku menjauhkan dari mereka sifat dusta, meskipun kadang-kadang taruhannya adalah nyawa.”(9)

PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK

Jika kita mencermati hadits di muka, maka kita akan dapati bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menerapkan kaidah saddu adz-dzari’ah (yakni memutus wasilah yang mengantar kepada kemaksiatan).

Beliau memerintahkan agar anak-anak yang berusia sepuluh tahun dipisahkan ranjang tempat tidur mereka, karena dikhawatirkan mereka akan terjatuh pada perbuatan asusila,10 karena tabiat anak adalah suka mencoba hal-hal yang baru.

Dalam penyimpangan seksual dikenal istilah incest, yakni hubungan seksual dengan orang-orang yang memiliki hubungan darah na’udzubillah min dzalik, semisal ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak lelakinya, kakak dengan adik. Dan penyimpangan ini dapat muncul karena hal-hal yang dianggap kecil tadi. Begitu pula dengan homoseksual dan lesbian, bisa muncul karena kakak beradik yang berjenis kelamin sama, tidur bersama-sama dalam satu ranjang.

POIN-POIN YANG HARUS DITERAPKAN

Diantara poin-poin penting yang harus diterapkan dalam pendidikan seksual anak ialah:
1. Ajarkan anak-anak untuk meminta izin sebelum masuk rumah dan kamar.(11)
2. Ajarkan anak-anak bahwa mengintip, mengorek-ngorek privasi orang lain adalah dosa.
3. Ajarkan batasan-batasan aurat mereka, dan biasakan mereka untuk selalu menjaga aurat.
4. Ajarkan mereka rasa malu.
5. Ajarkan mereka tentang definisi mahram.(12)
6. Idealnya mereka memiliki kamar masing-masing, jika tidak memungkinkan maka setidaknya bedakan antara kamar lelaki dan perempuan, serta sediakan satu tempat tidur bagi masing-masing anak.
7. Jauhkan anak dari campur baur antara lelaki dan perempuan.

Wallahu A’lam

(Abu Ukasyah Sapto B. Arisandi)


…………………………..


Footnote:

1. Derajat hadits hasan shahih, dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya. Lihat Sunan Abi Dawud cet. Baitu al-Afkar ad-Dauliyah hal. 77.
2. Lihat al-Mustashfa, 3/181-182. Tahqiq Dr. Hamzah Zahir Hafizh.
3. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra 3/84. Cet. Da’iratu al-Ma’arif.
4. Disadur dari perkataan Buya Hamka.
5. Lihat Siyar A’lam an-Nubala, 5/297. Cet. Muassasah ar-Risalah.
6. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-’Iyal hal. 475. Cet. Dar Ibnu al-Qayyim.
7. Perkataan Abdullah bin ‘Isa. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-’Iyal hal. 480.
8. Lihat al-’Iyal hal. 481.
9. Lihat al-’Iyal hal. 511.
10. Lihat Tarbiyatu Malakati al-Ijtihad hal. 1153.
11. Lihat QS. an-Nur: 58-59.
12 Lihat QS. an-Nisa: 23.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=407