Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Madu Berbalas Tuba

Senin, 18 Nopember 19

Dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÃóäóÇ ÝóÑóØõßõãú Úóáóì ÇáúÍóæúÖö Ýóãóäú æóÑóÏóåõ ÔóÑöÈó ãöäúåõ æóãóäú ÔóÑöÈó ãöäúåõ áóãú íóÙúãóÃú ÈóÚúÏóåõ ÃóÈóÏðÇ áóíóÑöÏõ Úóáóíøó ÃóÞúæóÇãñ ÃóÚúÑöÝõåõãú æóíóÚúÑöÝõæäöí Ëõãøó íõÍóÇáõ Èóíúäöí æóÈóíúäóåõãú¡ Åöäøóåõãú ãöäøöí¡ ÝóíõÞóÇáõ: Åöäøóßó áóÇ ÊóÏúÑöí ãóÇ ÈóÏøóáõæÇ ÈóÚúÏóßó¡ ÝóÃóÞõæáõ: ÓõÍúÞðÇ ÓõÍúÞðÇ áöãóäú ÈóÏøóáó ÈóÚúÏöí


“Aku tunggu kalian di telaga, barangsiapa mendatanginya maka ia akan meminumnya, dan barangsiapa meminumnya maka ia tidak akan merasa haus selama-lamanya. Dan sungguh, akan datang sekelompok kaum yang aku kenal, dan mereka pun mengenaliku, akan tetapi mereka akan dihalangi dari diriku. Sesungguhnya mereka adalah golonganku (umatku). Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka rubah sepeninggalmu.’ Maka aku katakan, ‘Binasalah! Binasalah! Mereka yang merubah (syariat) sepeninggalku.’” (HR. al-Bukhari 6097, 6528 dan Muslim no. 4243, 4247).

Siapa Gerangan Mereka Ini?
Adanya perbedaan redaksi periwayatan hadits di atas, menjadi acuan para ulama untuk menjawab persoalan siapa gerangan mereka? Dimana redaksi-redaksi tadi, terpusatkan pada dua lafazh kunci yang memperjelas sifat-sifat mereka, yang pertama lafazh “innahum minni” (mereka adalah golonganku) yang dalam riwayat lain disifati sebagai “umatku” dan “sahabatku”. Yang kedua adalah watak dasar yang mengikat mereka, yakni mereka merubah agama sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, inilah sifat yang menjadikan mereka terhalang dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Mereka Golonganku
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut mereka yang terhalang sebagai “golonganku”, dalam riwayat lain sebagai “umatku”, dalam riwayat lain sebagai “sahabatku”, melalui ciri-ciri yang nampak pada mereka:
Ciri pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenal wajah mereka sebagai sahabatnya yang masih Islam sebelum beliau wafat, ini berlaku bagi mereka yang menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ciri kedua, beliau melihat secara zhahir, bahwa mereka memiliki tanda ghurrah muhajjalin(1) dari bekas wudhu, ini berlaku untuk seluruh umatnya termasuk yang belum pernah menjumpai beliau.(2)

Dari pelbagai redaksi yang ada, bisa kita tarik benang merah bahwa orang-orang yang disinyalir akan dihalangi dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah:

1) Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang Murtad(3)
Mereka adalah orang-orang yang lemah imannya, berasal dari kalangan badui, dan jumlah mereka sedikit.(4) Hal ini disinyalir dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


íóÇ ÑóÈøö ÃõÕóíúÍóÇÈöíú


“Wahai Rabb, mereka adalah ushaihabi.”(5) Dikatakan di dalam hadits ini bahwa mereka (yang disebut “sahabatku” oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) akan terus menerus dalam kemurtadan sejak beliau meninggalkan mereka. (HR. al-Bukhari no. 4259).

Mereka disebut sebagai sahabat, karena sewaktu hidup, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sempat menyaksikan mereka secara zhahir sebagai orang Islam, kemudian mereka murtad. Dan kemurtadan mereka sama sekali tidak mencoreng kredibilitas para sahabat.(6)
Berkata al-Khathabi, “Tidak ada seorang pun dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang murtad. Adapun mereka yang murtad hanya berasal dari kalangan badui beringas, yang tidak memiliki andil apapun dalam agama, sehingga hal ini tidak lantas mencoreng nama baik sahabat yang masyhur.”(7)

2) Orang-Orang Munafik di Zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (8)
Mereka masuk ke dalam keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “mereka sahabatku” pada hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang akan dihalangi dari telaga. Mereka disebut sebagai sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam secara simbolis, karena status kebersamaan mereka dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana ditujukan dalam salah satu sabda beliau, “Supaya manusia tidak salah menyangka, bahwa Muhammad telah membunuh sahabatnya.”(9) Sebagai jawaban kenapa beliau tidak mau membunuh orang munafik.

Orang-orang munafik akan dihalangi dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, meski adakalanya mereka memiliki tanda bekas wudhu sebagaimana seorang muslim.(10) Masuk di dalamnya pula orang-orang munafik sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengikuti jejak mereka.

3) Ahlul Bid’ah
Sifat utama daripada umat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang terhalang dari telaga ialah merubah syariat. Dan ini sangat berkesesuaian dengan sifat ahlul bid’ah. Dimana mereka membuat-buat syariat baru dan mengajak manusia untuk ikut serta melakukannya. Masuk disini kaum Khawarij, Syiah, Jahmiyyah dan semisalnya.

Berkata asy-Syathibi, “Dan yang paling dekat berkenaan dengan makna hadits “mereka telah mengubah (syariat) sepeninggalmu” ialah mengubah sunnah, dan hal ini tertuju kepada para ahli bid’ah.”(11)

4) Ahlul Kaba’ir
Pelaku dosa besar juga dikhawatirkan akan terhalang dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab dalam salah satu riwayat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


Åäøóå Óóíóßæäõ ÈóÚÏöì ÃõãóÑÇÁõ¡ Ýãóä ÕóÏøóÞóåõã ÈßóÐöÈöåöã æÃÚÇäóåõã Úáì Ùõáãöåöã ÝáóíÓó ãöäøöì æáóÓÊõ ãöäå¡ æáóä íóÑöÏó Úáóíøó ÇáÍóæÖó


“Akan muncul pemimpin-pemimpin sepeninggalku (yang akan menyuruh kalian dengan sesuatu yang tidak mereka kerjakan). Barangsiapa membenarkan kedustaan mereka, dan membantu mereka dalam kezhaliman, maka ia bukan termasuk golonganku dan aku bukan termasuk golongannya, dan ia pun tidak akan mendekat ke telagaku.”(12)

Mengubah Syariat
Mengubah syariat dan sunnah, adalah watak dasar daripada mereka yang terhalang dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kata mengubah syariat sendiri diistilahkan oleh para ulama sebagai bid’ah.
Syahdan. Baik di dunia maupun di akhirat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa membela umatnya, memberi syafaat kepada mereka, berharap agar seluruh umatnya diselamatkan dari api neraka. Namun amat disayangkan jika madu yang manis ini, ternyata dibalas dengan tuba yang teramat pahit oleh sebagian umatnya. Anda tahu bagaimana tuba itu diteteskan? Dengan menentang sunnahnya. Wallahu A’lam. (Abu Ukasyah Sapto B. Arisandi).

Footnote:
(1) Yakni cahaya pada anggota–anggota wudhu, sebagaimana ditujukan oleh HR. Muslim no. 367.
(2) Lihat al-Minhaj 3/136-137.
(3) Tidak ada seorang pun dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang murtad.
(4) Lihat al-Fajru as-Sati’, 5/79.
(5) Yakni sahabatku. Dengan bentuk tashghir dari ushaihabiy yang menunjukkan sedikitnya jumlah mereka.
(6) Hadits ini dijadikan dalil oleh Syiah Rafidhah dalam mengkafirkan mayoritas sahabat, padahal hadits tersebut merupakan bumerang bagi mereka, karena mereka telah mengubah agama sepeninggal Nabi.
(7) Fathu al-Bari, 11/385.
(8) Berkenaan dengan keadaan orang-orang munafik di akhirat silahkan baca tafsir QS. al-Hadid: 13.
(9) HR. al-Bukhari no. 3257.
(10) Lihat al-Minhaj, 3/136.
(11) Lihat al-I’tisham , 1/127.
(12) HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/151.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=404