Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Agar Umur Lebih Produktif

Rabu, 06 Maret 19

Problema terbesar bagi orang yang ingin memperbanyak bekal untuk menuju kehidupan yang abadi, kehidupan di surga Allah adalah terbatasnya umur. Umur setiap umat Islam secara umum hanya berkisar antara 60 hingga 70 tahun dan sungguh sangat sedikit dari umat ini yang berumur lebih dari 70 tahun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


ÃóÚúãóÇÑõ ÃõãøóÊöì ãóÇ Èóíúäó ÇáÓøöÊøöíäó Åöáóì ÇáÓøóÈúÚöíäó ¡ æóÃóÞóáøõåõãú ãóäú íóÌõæÒõ Ðóáößó


“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, sedikit sekali orang yang melampauinya.” (HR. Ibnu Majah, no. 4236, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).

Umur Produktif Manusia

Apabila dicermati dari 60 hingga 70 tahun ini tentu tidak semua dipergunakan untuk ketaatan dan ibadah, mungkin hanya sekitar sepertiganya saja yang mampu dipergunakan untuk memperbanyak ketaatan. Coba kita renungkan jika anda tidur dalam satu hari satu malam sekitar 8 jam maka jika dikalkulasikan secara keseluruhan telah menghabiskan 1/3 dari umur anda, jika dalam satu hari satu malam anda mengalokasikan waktu untuk makan, minum, buang hajat sekitar 1 jam maka itu artinya telah menyita 2,5 tahun dari umur anda dan sekitar 15 tahun anda habiskan untuk masa anakanak, lalu berapa umur produktif anda?

Jika anda ditakdirkan berumur 60 tahun maka umur produktif anda sekitar 22,5 tahun saja.

Manajemen Umur Produktif

Terbatasnya umur mengharuskan anda untuk memiliki prioritas dalam beribadah dan beramal karena anda tidak akan sanggup menjalankan seluruh syariat dan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara prioritas dalam beramal itu adalah :

1. Kerjakan amal yang wajib terlebih dahulu
Seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, zakat, haji yang wajib dan kewajiban-kewajiban yang lain.
2. Kerjakan amalan sunnah yang mengiringi kewajiban sebagai amal tambahan
Seperti halnya shalat sunnah rawatib, puasa sunnah, sedekah, dll. Landasan masalah ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :


Åöäøó Çááøóåó ÞóÇáó : æóãóÇ ÊóÞóÑøóÈó Åöáóíøó ÚóÈúÏöí ÈöÔóíúÁò ÃóÍóÈøó Åöáóíøó ãöãøóÇ ÇÝúÊóÑóÖúÊõ Úóáóíúåö æóãóÇ íóÒóÇáõ ÚóÈúÏöí íóÊóÞóÑøóÈõ Åöáóíøó ÈöÇáäøóæóÇÝöáö ÍóÊøóì ÃõÍöÈøóåõ


“Allah berfirman, ‘Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai melebihi amal yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah hingga
Aku akan mencintainya.”
(HR. Bukhari, no. 6502).

3. Kerjakan amalan yang berpahala besar atau berlipat ganda
a. Shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÕóáóÇÉñ Ýöí ãóÓúÌöÏöí ÃóÝúÖóáõ ãöäú ÃóáúÝö ÕóáóÇÉò ÝöíãóÇ ÓöæóÇåõ ÅöáøóÇ ÇáúãóÓúÌöÏó ÇáúÍóÑóÇãó¡ æóÕóáóÇÉñ Ýöí ÇáúãóÓúÌöÏö ÇáúÍóÑóÇãö ÃóÝúÖóáõ ãöäú ãöÇÆóÉö ÃóáúÝö ÕóáóÇÉò ÝöíãóÇ ÓöæóÇåõ


“Shalat di masjid-ku (Nabawi) lebih utama dari 1000 shalat di masjid selainnya kecuali Masjidil Haram, dan shalat di Masjidil Haram lebih utama dari 100 ribu shalat di masjid selainnya.” (HR. Ibnu Majah, no. 1406, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).
b. Shalat berjama’ah dan shalat dhuha. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóäú ãóÔóì Åöáóì ÕóáóÇÉò ãóßúÊõæÈóÉò æóåõæó ãõÊóØóåøöÑñ ßóÇäó áóåõ ßóÃóÌúÑö ÇáúÍóÇÌøö ÇáúãõÍúÑöãö æóãóäú ãóÔóì Åöáóì ÓõÈúÍóÉö ÇáÖøõÍóì ßóÇäó áóåõ ßóÃóÌúÑö ÇáúãõÚúÊóãöÑö


“Barang siapa berjalan menuju shalat wajib sedangkan ia dalam kondisi bersuci maka baginya pahala orang berhaji yang lagi berihram, dan barang siapa berjalan menuju shalat dhuha maka baginya pahala orang umroh.” (HR. Ahmad, no. 22304, dishahihkan Syuaib al-Arnauth dalam tahqiq Musnad Ahmad).
c. Menghidupkan malam lailatul qadar dengan amal ketaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


áóíúáóÉõ ÇáúÞóÏúÑö ÎóíúÑñ ãöäú ÃóáúÝö ÔóåúÑò


“Malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3).
d. Shalat syuruq (shalat dua rakaat setelah terbitnya matahari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóäú Õóáøóì ÇáúÛóÏóÇÉó Ýöí ÌóãóÇÚóÉò Ëõãøó ÞóÚóÏó íóÐúßõÑõ Çááøóåó ÍóÊøóì ÊóØúáõÚó ÇáÔøóãúÓõ Ëõãøó Õóáøóì ÑóßúÚóÊóíúäö ßóÇäóÊú áóåõ ßóÃóÌúÑö ÍóÌøóÉò æóÚõãúÑóÉò


“Barang siapa shalat subuh secara berjama’ah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit lalu ia shalat dua rakaat maka baginya pahala haji dan umroh.” (HR. at-Tirmidzi, no. 586, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih at-Tirmidzi).
e. Menuntut ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóäú ÛóÏóÇ Åöáóì ÇáúãóÓúÌöÏö áÇ íõÑöíÏõ ÅöáÇ Ãóäú íóÊóÚóáøóãó ÎóíúÑðÇ Ãóæú íóÚúáóãóåõ¡ ßóÇäó áóåõ ßóÃóÌúÑö ÍóÇÌøò ÊóÇãøðÇ ÍöÌøóÊõåõ


“Barang siapa berangkat menuju masjid dengan niat belajar akan suatu kebaikan atau ingin mengetahui kebaikan maka baginya pahala orang haji secara sempurna.” (HR. at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 7473, Imam ad-Dzahabi berkata, ‘Perawinya tsiqat dan sesuai dengan syarat Bukhari’).

4. Kerjakan ibadah yang pahalanya selalu mengalir walaupun pelakunya sudah meninggal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


Åöäøó ãöãøóÇ íóáúÍóÞõ ÇáúãõÄúãöäó ãöäú Úóãóáöåö æóÍóÓóäóÇÊöåö ÈóÚúÏó ãóæúÊöåö ÚöáúãðÇ Úóáøóãóåõ æóäóÔóÑóåõ æóæóáóÏðÇ ÕóÇáöÍðÇ ÊóÑóßóåõ æóãõÕúÍóÝðÇ æóÑøóËóåõ Ãóæú ãóÓúÌöÏðÇ ÈóäóÇåõ Ãóæú ÈóíúÊðÇ áöÇÈúäö ÇáÓøóÈöíáö ÈóäóÇåõ Ãóæú äóåúÑðÇ ÃóÌúÑóÇåõ Ãóæú ÕóÏóÞóÉð ÃóÎúÑóÌóåóÇ ãöäú ãóÇáöåö Ýöí ÕöÍøóÊöåö æóÍóíóÇÊöåö íóáúÍóÞõåõ ãöäú ÈóÚúÏö ãóæúÊöåö


“Sesungguhnya amal dan kebaikan seorang mukmin yang selalu mengalir kepadanya setelah kematiannya adalah: ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak sholeh yang ia tinggalkan, sebuah mushaf yang ia wariskan, sebuah masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil, sungai yang ia alirkan, sedekah
yang ia keluarkan dari hartanya di waktu sehatnya, akan mengalir kepadanya setelah kematiannya.”
(HR. Ibnu Majah, no. 242, dihasankan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).

5. Memanfaatkan waktu dengan baik untuk ketaatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóÇ ÌóáóÓó Þóæúãñ ãóÌúáöÓðÇ Ýóáóãú íóÐúßõÑõæÇ Çááøóåó Ýöíåö ÅöáøóÇ ßóÇäó Úóáóíúåöãú ÊöÑóÉð æóãóÇ ãöäú ÑóÌõáò ãóÔóì ØóÑöíÞðÇ Ýóáóãú íóÐúßõÑú Çááøóåó ÚóÒøó æóÌóáøó ÅöáøóÇ ßóÇäó Úóáóíúåö ÊöÑóÉð æóãóÇ ãöäú ÑóÌõáò Ãóæóì Åöáóì ÝöÑóÇÔöåö Ýóáóãú íóÐúßõÑú Çááøóåó ÅöáøóÇ ßóÇäó Úóáóíúåö ÊöÑóÉð


“Tidaklah suatu kaum duduk di suatu majlis lalu mereka tidak berdzikir kepada Allah kecuali baginya kerugian, tidaklah seseorang menelusuri suatu jalan lalu ia tidak berdzikir kepada Allah kecuali baginya kerugian, dan tidaklah seseorang berbaring di atas ranjangnya lalu ia tidak berdzikir kepada Allah kecuali baginya kerugian.” (HR. Ahmad 9583, dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth dalam tahqiq musnad Ahmad).

6. Jauhkan diri dari amalan yang menghapuskan amal kebaikan
a. Kemaksiatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


áóÃóÚúáóãóäøó ÃóÞúæóÇãðÇ ãöäú ÃõãøóÊöí íóÃúÊõæäó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÈöÍóÓóäóÇÊò ÃóãúËóÇáö ÌöÈóÇáö ÊöåóÇãóÉó ÈöíÖðÇ ÝóíóÌúÚóáõåóÇ Çááøóåõ ÚóÒøó æóÌóáøó åóÈóÇÁð ãóäúËõæÑðÇ¡ ÞóÇáó ËóæúÈóÇäõ: íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö¡ ÕöÝúåõãú áóäóÇ Ìóáøöåöãú áóäóÇ Ãóäú áóÇ äóßõæäó ãöäúåõãú æóäóÍúäõ áóÇ äóÚúáóãõ¡ ÞóÇáó: ÃóãóÇ Åöäøóåõãú ÅöÎúæóÇäõßõãú æóãöäú ÌöáúÏóÊößõãú æóíóÃúÎõÐõæäó ãöäú Çááøóíúáö ßóãóÇ ÊóÃúÎõÐõæäó¡ æóáóßöäøóåõãú ÃóÞúæóÇãñ ÅöÐóÇ ÎóáóæúÇ ÈöãóÍóÇÑöãö Çááøóåö ÇäúÊóåóßõæåóÇ


“Aku kabarkan kepada kalian suatu kaum dari umatku yang mana mereka datang pada hari kiamat dengan membawa pahala kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih, lalu Allah jadikan amalnya bagai debu yang berhamburkan”, lalu Tsauban bertanya:
“Wahai Rasulullah jelaskan kepada kami ciri-ciri mereka, agar kami tidak terjerumus seperti mereka sedangkan kami tidak menyadarinya?” Beliau bersabda, “Mereka itu adalah saudara kalian, kulit mereka seperti kulit kalian, mereka shalat malam seperti kalian shalat malam, akan tetapi setiap mereka dalam kesendiriannya mereka terjerumus dalam larangan-larangan Allah (bermaksiat).”
(HR. Ibnu Majah, no. 2423, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).
b. Melanggar hak-hak orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


ÃóÊóÏúÑõæäó ãóÇ ÇáúãõÝúáöÓõ¿ ÞóÇáõæÇ: ÇáúãõÝúáöÓõ ÝöíäóÇ ãóäú áóÇ ÏöÑúåóãó áóåõ æóáóÇ ãóÊóÇÚó¡ ÝóÞóÇáó: Åöäøó ÇáúãõÝúáöÓó ãöäú ÃõãøóÊöí íóÃúÊöí íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÈöÕóáóÇÉò æóÕöíóÇãò æóÒóßóÇÉò¡ æóíóÃúÊöí ÞóÏú ÔóÊóãó åóÐóÇ æóÞóÐóÝó åóÐóÇ æóÃóßóáó ãóÇáó åóÐóÇ æóÓóÝóßó Ïóãó åóÐóÇ æóÖóÑóÈó åóÐóÇ¡ ÝóíõÚúØóì åóÐóÇ ãöäú ÍóÓóäóÇÊöåö æóåóÐóÇ ãöäú ÍóÓóäóÇÊöåö¡ ÝóÅöäú ÝóäöíóÊú ÍóÓóäóÇÊõåõ ÞóÈúáó Ãóäú íõÞúÖóì ãóÇ Úóáóíúåö ÃõÎöÐó ãöäú ÎóØóÇíóÇåõãú¡ ÝóØõÑöÍóÊú Úóáóíúåö Ëõãøó ØõÑöÍó Ýöí ÇáäøóÇÑö


“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu? Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut dari kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham dan harta”. Beliau bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku pada hari kiamat adalah orang yang datang dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat, namun ia datang pula dengan membawa dosa mencela orang ini, menuduh orang ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini, memukul orang ini, maka kebaikannya diberikan kepada orang ini dan orang itu, hingga jika amal kebaikannya habis sedangkan
tanggungannya belum terlunasi, maka dosa-dosa orang yang ia dholimi dibebankan kepadanya hingga akhirnya ia dibenamkan ke dalam neraka.”
(HR. Muslim, no. 2581).
c. Ujub (Terpesona dan terlena dengan banyaknya amal dan menganggap sedikit amal orang lain).


ÞóÇáó ÚóÈúÏõ Çááøóåö Èúäõ ãóÓúÚõæÏò ÑóÖöíó Çááøóåõ ÊóÚóÇáóì Úóäúåõ: ÇáäøóÌóÇÉõ Ýöí ÇËúäóÊóíúäö: ÇáÊøóÞúæóì ¡ æóÇáäøöíøóÉö ¡ æóÇáúåóáóÇßõ Ýöí ÇËúäóÊóíúäö: ÇáúÞõäõæØõ ¡ æóÇáúÅöÚúÌóÇÈõ


“Sahabat Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Keselamatan itu ada pada dua perkara, yaitu takwa dan niat (yang baik), dan kehancuran itupun ada pada dua perkara, yaitu berputus asa dari rahmat Allah dan ujub.” (Tanbihul Gafiliin lil Samarkhandi, 1/485, az-Zuhdu lil-Waqi’, no. 352, 1/631).
d. Dosa yang terus mengalir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


æóãóäú Óóäøó Ýöì ÇáÅöÓúáÇóãö ÓõäøóÉð ÓóíøöÆóÉð¡ ßóÇäó Úóáóíúåö æöÒúÑõåóÇ æóæöÒúÑõ ãóäú Úóãöáó ÈöåóÇ ãöäú ÈóÚúÏöåö ãöäú ÛóíúÑö Ãóäú íóäúÞõÕó ãöäú ÃóæúÒóÇÑöåöãú ÔóìúÁñ


“Dan barang siapa yang memulai perbuatan yang tercela dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka.” (HR. Muslim, no.1017).

Wahai saudaraku seiman, pergunakanlah umurmu untuk ketaatan karena itu adalah modal utamamu, jika kamu sia-siakan maka hakikatnya anda telah menyia-nyiakan hidup dan kesempatanmu. Sesungguhnya orang yang mengetahui perjalanan akhirat sangatlah panjang, sedangkan surga Allah sangatlah mahal maka pasti dia bersungguh-sungguh untuk bersiap diri walaupun usianya sudah semakin senja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


ãóäú ÎóÇÝó ÃóÏúáóÌó æóãóäú ÃóÏúáóÌó ÈóáóÛó ÇáúãóäúÒöáó ÃóáóÇ Åöäøó ÓöáúÚóÉó Çááøóåö ÛóÇáöíóÉñ ÃóáóÇ Åöäøó ÓöáúÚóÉó Çááøóåö ÇáúÌóäøóÉõ


“Barang siapa takut kemalaman maka dia terus berjalan walau hari sudah mulai petang, dan barang siapa terus berjalan niscaya dia akan segera sampai ke rumah, ketahuilah barang dagangan Allah sangatlah mahal, ketahuilah barang dagangan Allah adalah surga-Nya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2450, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih at-Tirmidzi).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menganugerahkan hidayah taufik-Nya kepada kita agar senantiasa istiqamah dalam ketaatan dan berada di atas jalan-Nya yang lurus. Aamiin. Wallahu a’lam. (Sudarto, Lc., M.HI.)

Referensi:

1. Al-Jami Al-Musnad As-Shahih, Imam Al-Bukhari
2. Al-Musnad As-Shahih, Imam Muslim
3. Musnad Al-Imam Ahmad Ibnu Hanbal, Imam Ahmad Bin Hanbal
4. Tanbihul Ghafilin, Abu Laits Nasr Bin Muhammad
5. Az-Zuhdu, Abu Sufyan Waqi’ Bin Jarrah, Dll.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=389