Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Celakalah Dirimu!

Senin, 25 Februari 19



Úóä ÃóÈöí åõÑóíúÑóÉó Úóä ÇáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÞóÇáó: ÑóÛöãó ÃóäúÝõ¡ Ëõãøó ÑóÛöãó ÃóäúÝõ¡ Ëõãøó ÑóÛöãó ÃóäúÝõ. Þöíáó: ãóäú íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö¿ ÞóÇáó: ãóäú ÃóÏúÑóßó ÃóÈóæóíúåö ÚöäúÏó ÇáúßöÈóÑö ÃóÍóÏóåõãóÇ Ãóæú ßöáóíúåöãóÇ Ýóáóãú íóÏúÎõáú ÇáúÌóäøóÉó


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Sungguh celaka, kemudian sungguh celaka, kemudian sungguh celaka.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah dia wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang mendapati orang tuanya, salah satu atau keduanya dalam kondisi tua, namun hal itu tidak menjadikannya masuk surga.”

Takhrij hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (no. 2551), At-Tirmidzi (no. 3545), Ahmad (no. 7451), Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (no. 21), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (no. 908), dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman (no.7500).

Makna Hadits

Kewajiban setiap anak adalah berbakti kepada orang tua, terutama ketika anak telah dewasa dan orang tuanya mulai menapaki usia senja, dimana kondisi badannya mulai melemah, butuh kepada bantuan dan nafkah. Sang anak haruslah membalas kebaikan orang tua, sebagaimana ia telah diasuh oleh keduanya tatkala kecil dan lemah, disaat ia membutuhkan asuhan, nafkah, dan perlindungan.

Selain berpahala besar, berbakti kepada orang tua juga menjadi sebab masuk surga, dan melalaikannya bisa menjerumuskan ke dalam neraka. Imam An-Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan, ”Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan mengandung pahala yang besar, maksudnya berbakti kepada keduanya saat di usia tua dan kondisi lemah, dengan melayani, menafkahi, atau yang lainnya akan menjadi sebab masuk surga. Barangsiapa yang meremehkannya, maka akan hilang kesempatan masuk surga dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya celaka.” (Syarh Shahih Muslim, 16/109).

Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua

Karena besarnya hak orang tua, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan hak itu dengan hak-Nya dalam banyak ayat, di antaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


æóÞóÖóì ÑóÈøõßó ÃóáøóÇ ÊóÚúÈõÏõæÇ ÅöáøóÇ ÅöíøóÇåõ æóÈöÇáúæóÇáöÏóíúäö ÅöÍúÓóÇäðÇ ÅöãøóÇ íóÈúáõÛóäøó ÚöäúÏóßó ÇáúßöÈóÑó ÃóÍóÏõåõãóÇ Ãóæú ßöáóÇåõãóÇ ÝóáóÇ ÊóÞõáú áóåõãóÇ ÃõÝøò æóáóÇ ÊóäúåóÑúåõãóÇ æóÞõáú áóåõãóÇ ÞóæúáðÇ ßóÑöíãðÇ


“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada orang tuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra`: 23).

Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa yang amat besar

Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa yang amat besar. Hal itu karena hak kedua orang tua sangatlah besar setelah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga pelanggaran terhadap hak-hak kedua orang tua menjadi dosa yang amat besar. Banyak dalil yang menjelaskan hal ini, di antaranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:


ÃóáóÇ ÃõäóÈøöÆõßõãú ÈöÃóßúÈóÑö ÇáúßóÈóÇÆöÑö¿ ËóáóÇËðÇ. ÞõáúäóÇ: Èóáóì íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö¡ ÞóÇáó: ÇáúÅöÔúÑóÇßõ ÈöÇááøóåö æóÚõÞõæÞõ ÇáúæóÇáöÏóíúäö¡ æóßóÇäó ãõÊøóßöÆðÇ ÝóÌóáóÓó¡ ÝóÞóÇáó: ÃóáóÇ æóÞóæúáõ ÇáÒøõæÑö æóÔóåóÇÏóÉõ ÇáÒøõæÑö¡ ÝóãóÇ ÒóÇáó íõßóÑøöÑõåóÇ ÍóÊøóì ÞõáúäóÇ: áóíúÊóåõ ÓóßóÊó


“Maukah aku beritahukan kepada kalian sebesar-besarnya dosa yang paling besar,” beliau ulangi tiga kali. Sahabat berkata, “Tentu, ya Rasulullah,” beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Semula beliau bersandar, lalu duduk dan melanjutkan, “Camkanlah, dan perkataan dusta serta persaksian palsu.” Beliau terus mengulangi ucapan, “Dan persaksian palsu,” sehingga kami berkata, “Semoga Nabi diam.” (HR. Bukhari, no. 2654 dan Muslim, no. 87).

Beragam bentuk durhaka kepada kedua orang tua

Banyak sekali perbuatan yang termasuk kategori durhaka kepada kedua orang tua, kita perlu mengetahuinya agar bisa menjauhinya, di antaranya:
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, berupa ucapan atau perbuatan yang membuatnya sedih dan sakit hati. Dan menjadikan orang tua menangis merupakan perbuatan durhaka.
2. Berkata ‘ah’, tidak memenuhi panggilan orang tua, membentak atau menghardiknya.
3. Tidak mengurusi orang tua, bahkan lebih mementingkan orang lain, padahal orang tuanya sangat membutuhkan bantuan. Seandainya member nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
4. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkannya, mengatakan bodoh, kolot, ketinggalan zaman, kurang pergaulan, dan lain-lain.
5. Menyuruh orang tua melakukan pekerjaan rumah atau lainnya, misalnya menyapu, mencuci piring, atau menyiapkan makanan, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika seorang ibu melakukannya dengan kemauan sendiri, maka tidak mengapa, dan karena itu anak harus berterima kasih.
6. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik mereka.
7. Mendahulukan taat kepada istri daripada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Wal ‘iyadzu billah.
8. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya telah meningkat.

Doa orang tua yang didurhakai mustajab

Jangan sampai seorang anak mendurhakai orang tuanya, sehingga orang tua itu akan mendoakan keburukan bagi anak durhaka tersebut. Karena orang tua yang didurhakai jika mendoakan kejelekan untuk anaknya yang durhaka, niscaya akan dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:


ËóáóÇËõ ÏóÚóæóÇÊò ãõÓúÊóÌóÇÈóÇÊñ áóÇ Ôóßøó Ýöíúåöäøó: ÏóÚúæóÉõ ÇáúæóÇáöÏö Úóáóì æóáóÏöåö¡ æóÏóÚúæóÉõ ÇáúãõÓóÇÝöÑö¡ æóÏóÚúæóÉõ ÇáúãóÙúáõæúãö


“Ada tiga doa yang dikabulkan oleh Allah, yang tidak diragukan tentang doa ini, yaitu doa kedua orang tua terhadap anaknya, doa musafir (orang yang sedang dalam perjalanan), dan doa orang yang dizhalimi.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 32, Abu Dawud, no. 1536 dan Tirmidzi, no.1905).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tua, dan menjauhkan kita dari sifat-sifat kedurhakaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kedua orang tua kita. Amiin. (Abu Hasan Agus Dwiyanto).

Referensi:

1. Syarh Shahih Muslim, Imam An-Nawawi.
2. Al-Birru wa Ash-Shilah, Imam Ibnul Jauzi.
3. Birrul Walidain, Abdullah Ahmad Khusyaim.
4. ‘Uquq Al -Wal idain Asbabuhu Mazhahiruhu wa Subul Al-‘Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, dll.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=388