Artikel : Hadits - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Setetes Tinta Keruhkan Samudera

Jumat, 08 Februari 19

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ÃõÑöíÊõ ÇáäøóÇÑó ÝóÅöÐóÇ ÃóßúËóÑõ ÃóåúáöåóÇ ÇáäøöÓóÇÁõ íóßúÝõÑúäó Þöíáó ÃóíóßúÝõÑúäó ÈöÇááøóåö ÞóÇáó íóßúÝõÑúäó ÇáúÚóÔöíÑó æóíóßúÝõÑúäó ÇáúÅöÍúÓóÇäó áóæú ÃóÍúÓóäúÊó Åöáóì ÅöÍúÏóÇåõäøó ÇáÏøóåúÑó Ëõãøó ÑóÃóÊú ãöäúßó ÔóíúÆðÇ ÞóÇáóÊú ãóÇ ÑóÃóíúÊõ ãöäúßó ÎóíúÑðÇ ÞóØøõ


“’Neraka diperlihatkan kepadaku, maka aku melihat sebagian besar penghuninya adalah kaum wanita, (karena) mereka berbuat kufur.’ Dikatakan kepada beliau, ‘Apakah mereka kufur kepada Allah?’ Beliau bersabda, ‘Mereka berbuat kufur kepada suaminya dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka selamanya, kemudian dia melihat sesuatu (yang tidak menyenangkan) darimu, niscaya dia akan berkata, ‘Tiada kebaikan sedikit pun yang aku saksikan darimu.’”

Takhrij Hadits

Hadits ini ditakhrij oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya (no. 29), An-Nasa’I dalam Sunan-nya (no. 1493), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (no. 2832), Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. 2711), Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya (no. 1377), Ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil Atsar (no. 851), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 8705), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 1140), dll.

Makna Kosakata

íóßúÝõÑúäó : yaitu mengingkari. Dan mengingkari suami dalam hadits di atas bukan berarti mengingkari suami secara dzatnya, akan tetapi mengingkari kebaikan yang telah dilakukan oleh suami kepada sang isteri.
ÇáúÚóÔöíÑó : Pada asalnya kata ini bermakna teman, namun yang dimaksud di sini adalah suami.
ÇáÏøóåúÑó : Maknanya adalah selama umur seorang suami. Bisa juga berarti selama-lamanya yang tidak dibatasi oleh umur seseorang. Makna yang kedua adalah bentuk mubalaghah (Pemakaian kata yang melebihi apa yang diperlukan).
ÔóíúÆðÇ : Maknanya adalah sesuatu, dan tanwin dalam kalimat ini menunjukkan sesuatu yang sedikit. Maksudnya ialah sesuatu yang sedikit dan tidak sesuai dengan harapan seorang isteri, apapun itu jenisnya.

Penjelasan Hadits

Mengingkari kebaikan suami merupakan bentuk kekufuran seorang isteri terhadap suaminya. Dan tidak jarang perkara-perkara kecil yang diperbuat oleh suami namun tidak sesuai dengan keinginan seorang isteri menjadikan sang isteri melupakan kebaikan-kebaikan suaminya yang begitu banyak. Bahkan seakan-akan sang suami tidak pernah berbuat baik sedikit pun kepadanya dan tidak pernah memberikan sesuatu yang indah untuknya. Inilah setetes tinta yang mengeruhkan beningnya samudera.

Berhati-hatilah wahai para isteri! Mengingkari kebaikan suami dan tidak mensyukurinya adalah dosa besar seorang isteri kepada suami. Ini adalah keburukan yang banyak dilakukan oleh para isteri dan merupakan salah satu sebab yang menjadikan sebagian besar dari mereka sebagai penghuni neraka.

Hadits di atas menunjukkan bahwa wanita penghuni neraka jumlahnya lebih banyak daripada wanita penghuni surga. Namun ada riwayat lain yang mengatakan bahwa wanita penghuni surga jumlahnya lebih banyak.

Imam Al-Qurthubi mengkompromikan beberapa riwayat itu dengan mengatakan, ”Kondisi wanita dunia yang menghuni surga jumlahnya lebih sedikit ketika mereka masih banyak di neraka. Adapun setelah mereka dikeluarkan dari neraka karena syafa’at dan rahmat Allah sampai tidak tersisa satu pun dari mereka yang mati dalam keadaan bertauhid, maka ketika itu jumlah wanita yang menghuni surga lebih banyak.” (Syarh Al-Bukhari, karya As-Safiri, 2/35).

Nasihat Teruntuk Para Isteri

a. Mengingkari kebaikan suami termasuk perbuatan kufur
Para ulama membagi kekufuran menjadi dua; Pertama, kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari islam, seperti mengingkari kebenaran risalah islam. Kedua, kekufuran yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam, contohnya isteri yang mengingkari kebaikan suami.

Jenis yang kedua ini diistilahkan oleh ulama sebagai kufrun duna kufrin (kekufuran selain kekufuran), maksudnya perbuatan kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam, namun tetap sebagai perbuatan dosa yang diancam dengan siksa neraka. Mengingkari kebaikan suami merupakan kufur nikmat dan dinilai oleh Imam Nawawi sebagai dosa besar. Karena perbuatan ini mendapatkan ancaman yang keras berupa siksa neraka sebagaimana hadits di atas.

Ingatlah! keimanan seorang isteri akan bertambah seiring bertambahnya rasa syukur terhadap kebaikan suami dan akan menurun seiring berkurangnya rasa syukur terhadap kebaikan suami.

b. Begitu besar kedudukan seorang suami di depan isteri
Wahai para isteri! hak dan kedudukan seorang suami di hadapanmu sungguh besar lagi mulia. Maka hormatilah suami dan taatlah kepadanya selama dalam ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala:


ÇáÑøöÌóÇáõ ÞóæøóÇãõæäó Úóáóì ÇáäøöÓóÇÁö ÈöãóÇ ÝóÖøóáó Çááøóåõ ÈóÚúÖóåõãú Úóáóì ÈóÚúÖò æóÈöãóÇ ÃóäúÝóÞõæÇ ãöäú ÃóãúæóÇáöåöãú ÝóÇáÕøóÇáöÍóÇÊõ ÞóÇäöÊóÇÊñ ÍóÇÝöÙóÇÊñ áöáúÛóíúÈö ÈöãóÇ ÍóÝöÙó Çááøóåõ


“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih, adalah mereka yang taat (kepada Allah) lagi menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” (QS. An-Nisa’: 34).

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


áóæú ßõäúÊõ ÂãöÑðÇ ÃóÍóÏðÇ Ãóäú íóÓúÌõÏó áÃóÍóÏò áÃóãóÑúÊõ ÇáúãóÑúÃóÉó Ãóäú ÊóÓúÌõÏó áöÒóæúÌöåóÇ


“Seandainya aku (diperkenankan) untuk menyuruh seseorang bersujud kepada yang lainnya, niscaya akan aku perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1159).

Al-Hasan rahimahullah berkata, “Demi Allah, tidaklah seorang suami mentaati hawa nafsu isterinya, melainkan Allah akan menyeretnya ke dalam api neraka.” (Syarh Al-Bukhari, karya As-Safiri, 2/39).

c. Syukurilah yang kecil, niscaya engkau akan mensyukuri yang besar
Wahai para isteri! Syukurilah kebaikan suami sekecil apa pun bentuknya, niscaya Allah akan menambahkan nikmat dan keberkahan kepada keluarga anda. Karena mensyukuri kebaikan suami merupakan bentuk syukur akan nikmat Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóäú áÇó íóÔúßõÑõ ÇáäøóÇÓó áÇó íóÔúßõÑõ Çááåó


“Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, niscaya ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1954).

Bentuk syukur akan kebaikan suami berupa mengakui dan berterima kasih akan kebaikannya, tidak menuntut melebihi kemampuan suaminya, bersikap qana’ah bersamanya, taat dan santun kepadanya, menjaga diri saat suami tidak ada, senantiasa menunjukkan wajah ceria serta dandanan yang baik untuknya.

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


ãóäú áóãú íóÔúßõÑö ÇáúÞóáöíúáó¡ áóãú íóÔúßõÑö ÇáúßóËöíúÑó


“Barangsiapa tidak mensyukuri (nikmat) yang sedikit, niscaya ia tidak mensyukuri (nikmat) yang banyak.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 8698). Wallahu a’lam.. (Saed As-Saedy, Lc).

Referensi :
1. Syarh Al-Bukhari, Karya As-Safiri.
2. Umdatul Qari, Karya Al-Aini, dll.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihathadits&id=386