Artikel : firqah Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits - NULL,

Ahlussunnah Wal Jama'ah
oleh :


Dari pemaparan terhadap pemikiran-pemikiran Maturidiyah, kita mengetahui bahwa ia mengandung kebenaran dan kebatilan, berikut ini adalah telaah terhadapnya secara ringkas.

Ada beberapa titik kesamaan antara pemikiran Maturidiyah dengan pemikiran Asy’ariyah, oleh karena itu penulis mengalihkan pembaca agar membaca makalah sebelumnya tentang telaah terhadap pemikiran Asy’ariyah dalam situs ini, karena dengan itu pembaca bisa melakukan perbandingan, yang dalam titik tertentu terdapat kemiripan.

Membagi ushuluddin menjadi aqliyat dan sam’iyat merupakan perkara bid’ah yang tidak dikenal dalam al-Qur`an, sunnah dan kebiasaan para sahabat, ia merupakan pemikiran baru yang diletakkan oleh orang-orang filsafat dengan berpijak kepada asumsi bahwa dalil-dalil naqli bertentangan dengan aqli, maka mereka mencari jalan tengah antara akal dan naql, hal mana menjadikan mereka meletakkan akal di medan yang bukan medannya, akibatnya mereka menuai hukum-hukum batil yang menabrak dalil-dalil syar’i, selanjutnya mereka memakai metode takwil atau tafwidh dalam menyikapi dalil-dalil tersebut.

Yang benar tanpa kebimbangan adalah mengambil ilmu-ilmu agama dari al-Qur`an dan sunnah dengan pemahaman salaf shalih, inilah yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Menolak hadits ahad dalam menetapkan akidah adalah keliru, penjelasannya telah penulis paparkan dalam telaah terhadap pemikiran Asy’ariyah. Tidak jauh berbeda dengannya, menolak dalil naqli yang shahih dengan alasan bertentangan dengan akal baik menolaknya melalui jalan takwil atau tafwidh, atau menolaknya dengan menyerang rawinya merupakan sikap yang tidak benar, penulis telah menjelaskan dalam telaah terhadap pemikiran Asy’ariyah terkait dengan masalah, jika dalil naqli bertentangan dengan dalil aqli, apa yang dilakukan?.

Mewajibkan pertama kali mengetahui Allah dengan akal walaupun syariat belum hadir, dan bahwa ia merupakan kewajiban pertama mukallaf, bahwa mukallaf diazab karenanya jika meninggalkannya adalah keliru, karena keterbatasan akal, seluas dan sepandai apapun akal, ia tetaplah terbatas lebih-lebih jika ia dipaksakan mesuk ke dalam Dzat Allah, jelas tidak bisa. Begitu pula mengkaitkan azab dengan pengetahuan tentang Allah melalui akal walaupun para rasul belum diutus juga keliru, ia bertentangan dengan firman Allah, “Dan Kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul”(Al-Isra`: 15). Termasuk kesalahan menjadikan kewajiban pertama mukallaf adalah mengetahui Allah melalui akal, karena yang benar adalah syahadatain dan berlepas diri dari segala agama selain Islam secara global. Tentang hal ini penulis telah menjelaskannya pada telaah terhadap pemikiran Asy’ariyah.

Baik dan buruk tidak berpijak kepada akal semata akan tetapi berpijak kepada syara’, yang baik adalah apa yang ditetapkan oleh syara’ baik dan yang buruk adalah apa yang ditetapkan oleh syara’ buruk. Inilah kaidah yang shahih dan menyeluruh, karena jika kita berpijak kepada akal dalam masalah ini maka akan terjadi perselisihan disebabkan sifat dasar akal yang relatif dan terbatas.

Pengertian tauhid Maturidiyah merupakan pengertian yang tidak menyeluruh, ia hanya mengambil sebagian dari makna tauhid, pengertian tersebut tidak berbeda jauh dengan pengertian milik Asy’ariyah, oleh karena itu silakan pembaca merujuk telaah terhadapnya.

Benar, bab asma`ul husna bersifat tauqifiyah, akan tetapi Maturidiyah justru menentang prinsip yang mereka letakkan sendiri dengan menetapkan nama bagi Allah Taala yang tidak ditetapkan oleh dalil al-Qur`an dan sunnah.

Menetapkan sebagian sifat dan menta’thil (mengingkari) sebagian yang lain adalah keliru. Tentang hal ini penulis telah membahasnya dalam telaah terhadap pemikiran Asy’ariyah.

Akidah Maturidiyah dalam al-Qur`an juga keliru, bantahannya silakan dibaca pada telaah terhadap pemikiran Asy’ariyah.

Meyakini iman sekedar membenarkan adalah madzhab Murjiah, ia adalah pendapat rusak bertentangan dengan dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah, silakan pembaca merujuk kepada makalah tentang Murjiah yang penulis paparkan sebelumya, juga kepada apa yang penulis jelaskan dalam segmen Akidah tentang iman di situs ini. Begitu pula anggapan bahwa iman tidak bertambah dan tidak berkurang adalah salah, penulis telah menjelaskannya dalam segmen Akidah.

Islam dan imam bukan dua kata yang sinonim secara mutlak, akan tetapi keduanya merupakan dua kata yang yang saling berkait, jika kedua bersatu maka keduanya berpisah, jika keduanya berpisah maka keduanya bersatu, yakni jika Islam dan iman disebut secara bersama maka masing-masing memiliki makna, Islam untuk amaliyah lahir sementara iman untuk batin. Jika Islam disebut secara tersendiri maka ia mencakup iman begitu pula sebaliknya.

Adapun pemikiran-pemikiran Maturidiyah yang lain yang disebutkan diatas maka ia benar sesuai dengan akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang di dasari dengan dalil yang shahih. Wallahu a'lam.

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah fi al-Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Mu’ashirah.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=indexfirqah&id=1§ion=fr001