Artikel : Fiqih - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

ZIARAH KUBUR NABI Shallallohu 'Alaihi Wasallam

Senin, 25 Oktober 10


Setelah seorang muslim shalat dua rakaat tahiyatul masjid di Masjid Nabawi dan lebih utama di Raudhah, dia ziarah ke kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam dan kubur dua sahabatnya Abu Bakar dan Umar. Syaikhul Islam berkata, “Kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam adalah kubur yang paling utama di muka bumi.”

Qadhi Iyadh, “Ziarah kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam sunnah di antara sunnah-sunnah kaum muslimin yang disepakati.” al-Hafizh Ibnu Hajar, “Ia termasuk amal paling utama, ketaatan paling mulia yang mendekatkan kepada Allah, pensyariatannya disepakati tanpa diperselisihkan.”

Hendaknya penziarah berjalan ke kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam dengan sopan, karena kehormatan Nabi shallallohu 'alaihi wasallam saat beliau sudah wafat tidak berbeda dengan kehormatan beliau saat beliau masih hidup, tidak gaduh, berisik dan meninggikan suara seperti orang-orang jahiliyah, karena Allah Ta'ala memerintahkan kaum muslimin agar merendahkan suara di sisi beliau.

íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÂãóäõæÇ áóÇ ÊóÑúÝóÚõæÇ ÃóÕúæóÇÊóßõãú ÝóæúÞó ÕóæúÊö ÇáäóøÈöíöø


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi.” (Al-Hujurat: 2). Ibnu Katsir berkata, “Meninggikan suara di kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam dibenci, sebagaimana hal itu juga dibenci semasa hidup beliau, karena beliau dihormati dalam keadaan hidup dan di kuburnya.”

Sesampai di kubur, penziarah menghadap ke kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam dengan sopan dan suara pelan untuk mengucapkan salam kepada beliau, “Assalamu alaika ya Rasulallah warahmatullah wa barakatuhu.” Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seseorang yang mengucapkan salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan ruhku kepadaku sehingga aku menjawab salamnya.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2041, dishahihkan oleh an-Nawawi dalam al-Adzkar no. 347 dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud 1/75.

Penziarah boleh mengucapkan,


ÇóáÓóøáÇóãõ Úóáóíßó íÇó äóÈöíó Çááåö ÇáÓóøáÇãõ Úáíß íÇó ÎöíúÑóÉó Çááåö ãöäú ÎóáúÞöåö ÇáÓóøáÇãõ Úóáóíúßó íÇó ÓóíöøÏó ÇáãõÑúÓóáöíäó æóÅöãóÇãó ÇáãõÊóøÞöíäó ÃóÔúåóÏõ Ãóäóøßó ÞóÏú ÈóáóøÛúÊó ÇáÑöøÓóÇáóÉó æóÃóÏóøíúÊó ÇáÃãóÇäóÉó æóäóÕóÍúÊó ÇáÃõãóøÉó æóÌóÇåóÏúÊó Ýöí Çááåö ÍóÞóø ÌöåóÇÏöåö


“Keselamatan kepadamu wahai nabi Allah, keselamatan kepadamu wahai pilihan Allah dari makhlukNya, Keselamatan kepadamu wahai sayyid para rasul dan imam orang-orang bertakwa, saya bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanat dan menasihati umat serta berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad.”

Kemudian mengucapkan salam kepada Abu Bakar dan Umar, mendoakan keduanya dan memohon kepada Allah supaya meridhai keduanya. Bila Ibnu Umar datang ke kubur Nabi shallallohu 'alaihi wasallam, maka dia mengucapkan, “Assalamu alaika ya Rasulallah, as-salamu alaika ya Abu Bakar, as-salamu alaika wahai bapakku.” Lalu dia beranjak. Wallahu a’lam.

Dari at-Tahqiq wal Idhah, karya Syaikh Bin Baz dengan syarah dari Dr. Shalih bin Muqbil al-Ushaimi.
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfiqih&id=202