Artikel : Fiqih - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

SHALAT GERHANA

Senin, 22 Maret 10


Shalat ini dikenal juga dengan nama shalat Kusuf yang dilakukan ketika terjadi gerhana matahari atau rembulan.

Pelaksanaannya, imam memerintahkan seseorang untuk berseru, “Ash-shalatu Jami’ah.” Kemudian shalat dilaksanakan. Shalat gerhana terdiri dari dua rakaat, di tiap-tiap rakaat terdapat dua al-Fatihah, dua bacaan surat atau ayat, dua ruku’ dan dua sujud.

Imam bertakbir, setelah membaca al-Fatihah, imam membaca surat yang panjang, kemudian ruku’ dengan panjang, kemudian bangun dari ruku’ dan kembali membaca al-Fatihah, setelahnya membaca surat yang panjang namun kurang dari surat sebelumnya, kemudian ruku’ dengan panjang tetapi kurang dari ruku’ sebelumnya, kemudian bangkit dari ruku’ kemudian sujud dua kali yang diselingi dengan duduk di antara dua sujud, kemudian bangkit ke rakaat kedua. Apa yang dilakukan di rakaat kedua adalah sama dengan apa yang dilakukan di rakaat pertama.

Dari Aisyah berkata, “Terjadi gerhana di zaman Nabi shallallohu 'alaihi wasallam, maka beliau keluar ke masjid, beliau berdiri, bertakbir dan orang-orang membuat shaf di belakang beliau, beliau membaca bacaan yang panjang, kemudian beliau bertakbir lalu ruku’ dengan panjang namun ia lebih pendek daripada bacaan sebelumnya, kemudian beliau bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan, ‘Sami’allahu liman hamidah, Rabbana wa lakal hamdu.’ Kemudian beliau berdiri lalu membaca bacaan yang panjang namun lebih pendek dari bacaan sebelumnya, kemudian beliau bertakbir lalu ruku’ yang lebih pendek dari ruku’ sebelumnya, kemudian beliau bangkit sambil mengucapkan, ‘Sami’allahu liman hamidah, Rabbana wa lakal hamdu.’ Kemudian beliau sujud, kemudian beliau melakukan di rakaat kedua seperti itu sehingga menyempurnakannya dalam empat ruku’ dan empat sujud dan matahari sudah kembali seperti semula, kemudian beliau berdiri berkhutbah di hadapan hadirin, beliau memuji Allah dengan apa yang layak dengan kebesaranNya, beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda kebesaran Allah Azza wa Jalla, keduanya tidak mengalami gerhana karena kehidupan atau kematian seseorang, jika kalian melihat gerhana maka lakukanlah shalat.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim lainnya dari Aisyah, “Jika kalian melihatnya maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekalah dan shalatlah.”

Dalam sebuah riyawat Muslim dari Aisyah, “Maka Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam mengutus seseorang untuk berseru, “Ash-shalatu Jami’ah.”

Ibnu Abbas berkata, “Matahari gerhana, maka Rasulullah shallalohu 'alaihi wasallam shalat, beliau berdiri lama seukuran membaca al-Baqarah, kemudian beliau ruku’ dengan panjang, kemudian beliau bangkit dari ruku’ lalu beliau berdiri lama namun kurang dari sebelumnya, kemudian beliau ruku’ lama namun kurang dari ruku’ sebelumnya, kemudian beliau sujud, kemudian beliau bangkit dan berdiri lama namun kurang dari sebelumnya, kemudian beliau ruku’ lama namun kurang dari ruku’ sebelumnya, kemudian beliau bangkit dan berdiri lama namun kurang dari sebelumnya kemudian sujud, kemudian beliau menyelesaikan shalatnya sementara matahari sudah terlihat, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda kebesaran Allah, keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, jika kalian melihat itu maka berdzikirlah kepada Allah.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfiqih&id=173