Artikel : Fiqih - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

SHALAT WITIR

Senin, 15 Februari 10


Anjuran

Dari Ali bin Abu Thalib berkata,


ÇóáæöÊúÑõ áóíúÓó ÈöÍóÊúãò ßóÕóáÇÊößõãú ÇáãóßúÊõæÈóÉö æóáóßöäú Óóäøó ÑóÓõæáõ Çááåö Õóáøóì Çááå Úáíå æóÓóáøóãó æóÞÇóáó Åöäøó Çááåó æöÊúÑñ íõÍöÈøõ ÇáæöÊúÑó ÝóÃóæúÊöÑõæÇ íóÇ Ãóåúáó ÇáÞõÑúÂäö


“Witir bukan keharusan seperti shalat wajib kalian, akan tetapi Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam melakukannya dan beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah adalah witir, menyintai witir maka lakukanlah shalat witir wahai ahli Qur`an.” Diriwayatkan oleh Ashabus Sunan, Syaikh al-Albani berkata dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 592, “Hasan lighairi.”

Dari hadits ini kita mengetahui bahwa witir sunnah muakkad bukan wajib, ini adalah pendapat yang shahih, berbeda dengan madzhab Hanafi yang berkata, witir wajib.

Waktu

Pendapat yang shahih, waktu shalat witir masuk dengan selesainya shalat Isya sampai terbit fajar dan ia selesai dengan terbit fajar.

Dari Abu Tamim al-Jaisyani berkata, aku mendengar Abdullah bin Amru berkata, Abu Bashrah al-Ghifari menyampaikan kepadaku bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda,


Åöäøó Çááåó ÒóÇÏóßõãú ÕóáÇÉð ÝóÕóáøõæåóÇ ÝöíúãóÇ Èóíúäó ÇáÚöÔóÇÁö Åöáóì ÇáÕõÈúÍö ÇáæöÊúÑõ ÇáæöÊúÑõ


Sesungguhnya Allah menambahkan satu shalat kepada kalian, lakukanlah ia di antara Isya dengan Shubuh, yaitu shalat Witir, shalat Witir.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabrani. Syaikh al-Albani berkata Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 592, “Hadits shahih.”

Waktu mustahab dan afdhal adalah akhir malam, hal ini bagi yang menduga bisa bangun di waktu tersebut, sehingga dia melakukan witir ba’da tahajud dan menjadi shalat akhirnya di waktu malam, namun jika tidak maka ba’da shalat Isya` dan ba’diyahnya.

Dari Jabir berkata, Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda,


ãóäú ÎóÇÝó Ãóäú áÇ íóÞõæúãó ãöäú ÂÎöÑö Çááóíúáö ÝóáúíõæúÊöÑú Ãóæøóáóåõ æóãóäú ØóãöÚó Ãóäú íóÞõæãó ÂÎöÑóåõ ÝóáúíõæúÊöÑú ÂÎöÑó Çááóíúáö ÝóÅäøó ÕóáÇÉó ÂÎöÑö Çááíáö ãóÔúåõæÏóÉõ ãóÍúÖõæÑóÉõ æóÐáößó ÃóÝúÖóáõ


Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam maka hendaknya berwitir di awalnya, dan barangsiapa yakin bangun di akhir malam maka hendaknya berwitir di akhirnya karena shalat di akhir malam disaksikan dan dihadiri malaikat dan itu lebih utama.” Diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Rakaat Witir

Minimal satu rakaat tanpa perbedaan, yang sempurna tiga rakaat, kemudian lima, kemudian tujuh, kemudian sembilan, kemudian sebelas, dan sebelas ini adalah maksimal. Ada yang berkata, maksimal tiga belas.

Imam an-Nawawi berkata, “Jika berwitir dengan sebelas rakaat atau kurang maka yang lebih baik adalah salam setiap dua rakaat berdasarkan hadits-hadits shahih. Boleh jika dia melakukannya secara bersambung dengan satu tasyahud di akhir. Boleh juga dengan dua tasyahud, satu di rakaat akhir dan satu di rakaat sebelumnya.” (Al-Majmu’ 4/12).

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Shalat malam dua dua, jika kamu khawatir Shubuh maka berwitirlah satu rakaat.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Aisyah berkata, “Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam shalat malam sebelas rakaat, salam setiap dua rakaat dan witir dengan satu rakaat.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Aisyah berkata, “Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam shalat malam tiga belas rakaat, beliau berwitir darinya dengan lima rakaat dan tidak duduk kecuali di akhirnya.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Aisyah berkata, “Nabi shallallohu 'alaihi wasallam shalat malam sembilan rakaat, beliau tidak duduk kecuali di rakaat kedelapan, beliau berdzikir, bertahmid dan berdoa kemudian beliau bangkit dan tidak salam, kemudian beliau shalat rakaat kesembilan, kemudian duduk bertasyahud kemudian salam dengan suara yang kami dengar kemudian beliau shalat dua rakaat setelah salam dalam keadaan duduk.” Diriwayatkan oleh Muslim. Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)
Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfiqih&id=168